KEB

KEB

BPN

BPN

About Me

About Me
Diah is here! Mom of three boys.

Pos Covid-19, Upaya Cegah Masuknya Virus Korona Di Pemukiman

virus-korona

"Bu, ada ubim puyiyi! Ubim puyiyi!"

Si Adik berteriak-teriak di suatu malam di akhir Maret.

"Mobil polisi?" tanya saya.

"Iya," sahut si batita itu.

Ada apa, ya? Batin saya.

Sudah hampir 10 tahun saya tinggal di sini tapi belum pernah ada patroli polisi masuk ke perumahan. Hmm...ini pasti ada hubungannya dengan si virus korona.

Si Adik dan Mas Besar masih di depan jendela, melihat keluar. Saat itu di luar sudah sangat gelap. Kurang lebih jam 20.00.

Saya pun akhirnya ikut melihat keluar.

Ternyata betul. Ada mobil patroli yang parkir di depan rumah dengan lampu rotator menyala tapi tanpa suara.

Bukan cuma itu. Ada mobil-mobil lain yang juga parkir di sepanjang jalan masuk perumahan. Total ada 7 kendaraan termasuk 1 truk yang berisi beberapa anggota polisi.

virus-korona
Mobil patroli polisi dalam rangka sosialisasi mencegah penyebaran virus korona

Saya pun keluar rumah, ke teras. Satu orang tetangga terlihat di luar sedang memotret rombongan itu dengan ponselnya.

"Ada apa to, Bu?" tanya saya.

Ada rasa khawatir juga, jangan-jangan ada ODP di sini dan mau dijemput.

"Aman kok, Bu. Ada Kapolres," jawab tetangga saya itu.

"Cuma patroli biasa," lanjutnya.

Patroli biasa? Kok berombongan? Ada apa sebenarnya, sih?

Dua hari sebelumnya ada rombongan polisi datang dalam rangka sosialisasi physical distancing. Selain menempel stiker di beberapa titik, rombongan tersebut juga memasang spanduk berbunyi 'Kawasan Tertib Physical Distancing'.

virus-korona
Rombongan Kapolres sosialisasi jaga jarak untuk mengatasi penyebaran virus korona

Satu orang tetangga mengirim pesan lewat WA.

"Ada apa sih, Mbak. Kok rame?" tanyanya.

Posisi rumah saya memang ada di poros utama perumahan, sehingga sebagian besar orang memang melintas lewat depan rumah.

"Katanya patroli, Mbak," jawab saya.

"Bukan njemput ODP, ya?"

"Kayaknya bukan. Ini ga ada yang pake ADP, " jawab saya.

"Eh, APD," ralat saya.

Tetangga saya itu tertawa ngakak.

Setelah kurang lebih setengah jam, akhirnya mereka pun pergi.

Pos Covid-19 Didirikan Untuk Cegah Virus Korona


Esoknya, ibu-ibu pun heboh. Iya dong, siapa yang ga khawatir coba kalau ternyata ada orang yang kena Covid-19 di sekitar kita.

Bisa-bisa satu perumahan di lockdown. Waduuuh.

Kata salah satu tetangga, jika nanti ada warga sekitar sini yang positif Covid-19, akses masuk dan keluar perumahan akan dijadikan satu pintu.

Beberapa hari kemudian, terdengar berita bahwa ada satu orang yang divonis positif Covid-19. Masih di kecamatan yang sama dengan saya.

Pasien positif ini merupakan staf Kemenag yang baru pulang dari pelatihan pendamping haji di Surabaya.

Kabar baiknya, saat ini beliau sudah dinyatakan sembuh setelah diisolasi di rumah sakit.

Gejala yang ditampakkan adalah badan panas, lemas dan nafsu makan berkurang.

Menanggapi temuan itu, pihak RW langsung menjalankan perintah dari Kapolres, terhitung awal April 2020.

Akses keluar masuk yang semula ada 4 kini tinggal 1, yaitu di poros utama depan rumah saya.

Pos Covid-19 didirikan di ujung jalan. Meskipun cuma berupa tenda dan beberapa tempat duduk saja untuk penjaga.

Ada 4-5 orang warga yang ditempatkan di pos tersebut bergantian.

Tugas mereka memeriksa tamu yang akan masuk dan memastikan mereka memakai masker dan mencuci tangan di tempat yang disediakan terlebih dahulu sebelum masuk perumahan.

virus-korona
Papan peringatan di pos Covid-19 untuk cegah virus korona

Dilema Pos Covid-19 Untuk Cegah Virus Korona


Dilemanya, di masa pandemi ini belum semua penghuni perumahan patuh.

Warga yang keluar bermasker masih jarang, kecuali yang berniat keluar dari perumahan.

Sholat berjamaah juga masih dilaksanakan di masjid, anak-anak kecil masih sepedaan bareng.

Tidak berharap ada kasus positif di sini, ya, tapi rasanya gimanaaa gitu, kok belum semua orang kompak.

Padahal yang namanya virus korona itu bisa singgah lewat orang dekat, bukan cuma orang luar.

Kalau waspadanya hanya sama orang dari luar perumahan, saya kira kurang tepat juga.

Soalnya warga perumahan juga masih ada yang bekerja di kantor, ada yang ke pasar juga karena memang berjualan.

Kan bisa saja tertular virus korona saat di luar sana, sementara pergaulan tetap biasa.

Yang repot juga adalah sering ada rasa sungkan kalau mau menolak tetangga mendekat, padahal masih ada tetangga yang suka cubit-cubit pipi anak bayi atau balita.

Wuaaa...

Satu-satunya jalan, ya tetap di rumah aja. Ga keluar kalo ga perlu banget.

Sepanjang musim wabah ini sih alhamdulillaah anak-anak betah di dalam rumah. Kadang Si Adik saja yang gatel minta main di luar.

Baca juga: Juragan Slayer dan Upaya Melawan Covid-19 (plus video tutorial bikin masker tanpa dijahit dan tanpa dipotong)

Dilema lainnya adalah kadang pos Covid-19 itu malah menjadi tempat ngumpul bapak-bapak.

Kemudian juga lamanya waktu berjaga dikhawatirkan bisa bikin daya tahan tubuh petugas jaga melemah.  Padahal musuhnya virus korona ini adalah daya tahan tubuh yang kuat.

Di sisi lain, keberadaan pos Covid-19 ini penting, bukan saja dari sisi pencegahan penyebaran virus korona tapi juga keamanan perumahan.

Ekonomi serba sulit, tidak dipungkiri kenaikan angka kejahatan bisa terjadi. Pos Covid-19 juga punya peran ganda menjaga keamanan warga.

Pernah kejadian ada orang luar yang mau masuk lalu dicegat dan ditanya petugas. Ternyata orang itu tidak bisa menyebutkan mau ke rumah siapa dirinya.

Ga pingin berprasangka buruk, tapi kemungkinan niat jahat bisa saja ada. Syukurlah, petugas jaga tidak mengizinkan orang itu masuk.

Baca juga: Yang Bisa Dilakukan Di Rumah Saat Rehat Sekolah Akibat Wabah Virus Corona Covid-19 (bonus lembar mewarnai seri kendaraan)

Khawatir Berisiko Terpapar Virus Korona, Bisa Cek Di Halodoc


Saya sebetulnya sudah cukup cuek sama virus ini dalam arti saya ga meng-update datanya.

Pikir saya percuma juga mikirin data, yang ada malah saya stres.

Tapi karena lingkungan yang masih seperti ini, ada rasa was-was juga, sementara gejala yang muncul dari virus ini makin beragam, ga cuma batuk pilek saja.

Akhirnya tadi saya cek apakah saya berisiko terpapar virus korona atau tidak.

Ga jadi cuek, nih? Hahaha...

Tesnya di mana? Secara daring lewat aplikasi Halodoc!

virus-korona
Tampilan muka cek risiko terkena virus korona di aplikasi Halodoc

Ternyata tesnya mudah, cuma menjawab beberapa pertanyaan saja, dengan pilihan jawaban 'ya' dan 'tidak' saja.

Hasilnya nanti menunjukkan risiko kita. Kalau berisiko akan diarahkan untuk melakukan rapid test.

Alhamdulillaah, hasilnya saya tidak berisiko.  Teman-teman sudah coba tes ini juga?

virus-korona
Pertanyaan di tes risiko terpapar virus korona di aplikasi Halodoc

Fiuh, ceritanya panjang juga.

Jadi kesimpulannya pos Covid-19 ini baik dan sangat perlu untuk mencegah penyebaran virus korona. Pos ini juga berfungsi sebagai pos keamanan.

Barangkali catatan yang perlu diperhatikan adalah kesehatan petugas perlu dijaga dan disosialisasikan juga jaga jarak untuk warga perumahan. Jangan sampai kecolongan!

Harapan kita tentu saja wabah virus korona ini segera berlalu, sehingga kehidupan bisa berjalan normal kembali. Aaamiiin.

Related Posts

34 komentar

  1. ah aku juga mba pas waktu ada mobil polisi masuk perumahan takut banget jangan2 ada yang positif eh nggak taunya lagi pasang wastafel cuci tangan di pos perumahan wkwkwkwk... Aku juga nyobain tes di halodoc sangat membantu banget melihat perkembangan kesehatan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. haduh, bikin takut ya, mbak. Ga tahunya pasang wastafel. lol

      Hapus
  2. Aplikasi halodoc ini manfaat banget ya. Semoga wabah ini segera berakhir.

    Apa kabar, Mbak? Semoga sehat selalu yaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kabar baik alhamdulillaah, pak

      Aaamiiin, semoga wabah segera berlalu

      Hapus
  3. Aamiin...semoga segera berlalu. Kangen untuk beraktifitas normal kembali...

    BalasHapus
  4. aamiin, semoga corona ini segera kabur dan tak kembali lagi ya Mbak. bersyukur juga ada apl kesehatan seperti halodoc ya mbak jadi ga cepat panik jika ada masalah kesehatan. maklum kadang bawaannya rada panikan di masa pandemi ini.

    BalasHapus
  5. Semacam pengawasan ya untuk antisipasi penyebaran virus...bikin orang2 jadi lebih hati2 juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. niatnya begitu, mbak. Mengamalkan anjuran pemerintah.

      Hapus
  6. RUmahku deket banget sama Indogrosir yg lagi rame itu. Satu kecamatan sama aku. Tapi ibu2 kampung masih ada yg belanja ke warung nggak pakai masker. Udah gitu lama karena ngobrol dulu deket2an. Pada nggampangin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tampaknya ibu-ibu tersebut mendukung herd immunity, hihihi

      Hapus
  7. aku paling setuju dengan kebijakan untuk tidak mudik sih untuk mencegah masuknya virus ke pedalaman, semoga banyak orang yg sadar huhuhu, aplikasi halodoc bisa sangat membantu dikondisi seperti ini ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga, mbak. Cuma kl melihat kenyataan sekarang ketika lapangan kerja menghilang dan kemudian orang-orang pulkam, ya...antara maklum dan sedih.

      Hapus
  8. di sini ada yang pake masker ada yang ngga, musola juga ada yg jamaahan, jadi bikin galau warga yang lain,sbnrnya situasi tuh udah aman apa belom sih

    BalasHapus
  9. Semoga pandemi ini segera berakhir ya mbak, tapi pesimis sih liat orang2 egois yang mementingkan dirinya sendiri

    BalasHapus
  10. Aku memilih lebih baik saat ini stay at home dulu ya mba, beneran deh ini sedih amat masih banyak yang menyepelekan. Sedangkan temen-temen dokter dan perawat mereka mati-matian jadi garda terdepan dan terbelakang untuk korban yang masih berjatuhan. Hiks. Semoga pandemi ini cepet selesai ya. Btw, Halodoc saat ini banyak membantu banget.

    BalasHapus
  11. halodoc ini jadi aplikasi yang paling sering saya buka khususnya di masa pandemi ini, saking malesnya liat banyak hoax, mending baca artikel di halodoc atau sekalian chat dokter :)

    BalasHapus
  12. Iya mbak Pos untuk waspada Cocid 19 ini bagus banget mbak, memang kudu hati-hati kalau ke luar rumah saat ini. Btw saya juga pakai aplikasi Halo Doc ini buat cari artikel juga rapid test ini mbak.

    BalasHapus
  13. Banyak tempat pemukiman yang lumayan ketat dengan pengaturan mobilitas orang dan barang ya mba selama pandemi ini, Bagus untuk sama - sama berhati - hati

    BalasHapus
  14. Wah senengnya, ada petugas yg pratoli ya. Di tempatku gak tau, ada apa gak. Soalnya aku gak pernah liat-liat keluar hihi

    BalasHapus
  15. Lucuuu banget, ubim puyiyi..ubim puyiyi..
    ngegemesin dehh..

    Halodoc nih ya, emang membantu banget saat pandemic yaa. Btw aku juga udah cek, alhamdulillah tidak beresiko

    BalasHapus
  16. Aaaakkk, aku juga udah coba loh kak rapid test di halodoc, alhamdulillah dinyatakan negatif. Huhuuu. Bersyukur banget sih skrg ada alikasi halodoc ini, memudahkan kita cek kesehatan banget loh.

    BalasHapus
  17. Corona memang bikin emosi ya mbak....apalagi kalau ada patroli polisi yang tiba-tiba ada di kampung kita, pasti rasanya ketakutan...padahal mereka cuma ingin patroli. Yang lebih parno jika di tempat tinggal kita ada yang terpapar....berasa orang itu adalah pembawa virus di kampung kita...sungguh kasihan orang itu...tak tahu sebab musababnya tahu-tahu sudah dikucilkan masyarakat. Semoga kita semua dalam lindungan Allah SWT ya...

    BalasHapus
  18. Di rumah mertua juga steril mbak nggak sembarangan orang boleh masuk perumahan bahkan tukang dagang. Alhamdulillah jadi terkendali penyebarannya

    BalasHapus
  19. Di daerahku kemarin ada yag meninggal karena positif Covid, tai ga sampai ada mobil polisi. Apa mungkin karena sudah ditangani dengan tepat oleh petugas medis dan keluarga gitu yaa..?
    Halodoc wajib di instal di handphone untuk dapetin informasi kesehatan terakurat.

    BalasHapus
  20. awal-awal aku agak parnoan, sering merasa demam padahal kata suamiku gak, kebetulan termometernya lagi rusak jadi gak bisa cek. Jadinya iseng aja cek di aplikasi halodoc

    BalasHapus
  21. Di rumahku, ada banyak upaya juga untuk cegah penyebaran virus corona mba. Termasuk pakai masker

    BalasHapus
  22. Ternyata kehadiran pos jaga covid-19 malah menimbulkan dilema ya, dijadikan tempat nongkrong, kesadaran memang mwwih kurang, di tempat tinggal saya juga masih ada shalat berjamaah di masjid

    BalasHapus
  23. Patroli dilakukan mungkin karena ada tanda-tanda orang pada mulai ga patuh lagi kalik ya ke aturan physical distancing. Orang udah pada bosen di rumah dan mulai abai pada kemungkinan berlanjutnya rantai penularan Covid. Duuhh... kapan selesainya kalau gini ya mba.

    BalasHapus
  24. di daerah rumahku juga ada pos covid, mbak, gunanya buat ngecek pemotor yang berboncengan masuk. kadang juga ada pengecekan suhu. kalo di pos satpam, tempat dikumpulinnya paket2 orang se perumahan haha

    BalasHapus
  25. Di sini ada portaknya dan ga sembarangan orang luar kota bisa masuk. Tapi di sebelah ada tuh banyak kobil plat luar kota yang parkir. Sedih

    BalasHapus
  26. Nah, waspada emang perlu banget ya mbak sbg bentuk ikhtiar, terutama mulai dari lingkungan rumah kayak gini

    BalasHapus
  27. sekarang lihat patroli dan ambulance udah khawatir duluan yah mba,, apalagi minggu lalu suami panas worry banget kalo ada halodoc gini jadi bisa tau segera yah, gak panik kayak kemarin.. hehe

    BalasHapus

Posting Komentar