KEB

KEB

BPN

BPN

About Me

About Me
Diah is here! Mom of three boys.

Cerita Tentang Bapak

Cerita tentang Bapak. Siapa tahu kelak anak-anak saya perlu membaca kisah ini, sepenggal sejarah tentang leluhur mereka. Atau siapa tahu kelak saya yang harus membaca ini sebab ingatan yang sudah melemah.

Sejarah hidup adalah bagian dari diri kita. Penting atau tidak pentingnya sejarah tergantung kebutuhan kita saat itu. Mumpung masih ingat, ada baiknya saya rekam cerita tentang Bapak ini.

Bapak adalah anak kedua dari tiga bersaudara kandung yang semuanya laki-laki. Bapak lahir di tahun 1942 di Kebumen, Jawa Tengah. Bapak bernama Sudjono, dengan penulisan dalam ejaan Soewandi. Selisih usianya dengan kakaknya (Pakde) kalau tidak salah dua tahun. Adiknya (Paklik) lahir tahun 1944/1945, saya lupa.

Kebumen


Ibunya Bapak berasal dari Kebumen, bernama Murkinah, putri ke-5 dari Mbah Partodimedjo. Sedangkan Bapaknya Bapak berasal dari Cirebon, Jawa Barat, bernama Tirtabrata. 

Ketika Bapak masih kecil, bapaknya meninggal dunia. Bapak sendiri tidak begitu ingat dengan bapaknya. Hanya sedikit yang bisa diingat yaitu pekerjaan bapaknya adalah semacam tabib. Bapak pernah bercerita kalau sekilas ingat ada orang datang berobat ke bapaknya. 

Setelah bapaknya meninggal, ibunya Bapak menikah lagi dengan orang Solo, Jawa Tengah dan menetap di Solo. Di Solo, ibunya Bapak punya dua putra-putri lagi. Jadi total saudara Bapak ada empat. Yang dua saudara kandung (laki-laki), yang dua lagi saudara seibu (laki-laki dan perempuan).  Dari keempat saudara Bapak ini hanya satu yang masih hidup saat ini, yaitu adik terkecil yang perempuan. Saya menyebutnya Tante Lilik.

Ketika akan berangkat ke Solo, Bapak dan dua saudaranya dititipkan kepada budenya Bapak, yaitu Bu Mursinah, mbaknya Bu Murkinah sendiri. Beliau ini kebetulan tidak dikaruniai putra, sehingga Bapak, Pakde dan Paklik diangkat anak oleh Bu Mursinah. 

Ada satu adegan pindahan yang diingat dan diceritakan Bapak kepada saya. Saat ibunya Bapak akan pindah ke Solo dan menitipkan putra-putranya kepada kakaknya, ketika itu sedang terjadi agresi militer Belanda alias clash. Pesawat militer meraung-raung di langit Kebumen. Pindah saat itu berisiko terkena serangan. Di saat seperti itu, Paklik alias adiknya Bapak malah sibuk mencari ikan ketika harus menyeberangi sungai. Ya namanya juga masih kecil. Kalau melihat perkiraan usia Paklik saat itu, kemungkinan adalah Agresi Militer II tahun 1949. Berarti usia Bapak saat itu 7 tahun. Sudah cukup besar untuk mengingat kejadian. Ketika bercerita di bagian ini Bapak ada nada sedih campur gelinya.

Sejak saat itu Bapak, Pakde dan Paklik jadi putranya Bu Mursinah dan Pak Martodarsono. Pak Martodarsono adalah seorang kepala sekolah. Bapak dan saudara-saudaranya dididik dengan baik. Bahkan Bapak juga diajari untuk turun langsung ke dapur membantu memasak. Saya ingat dulu di depan rumah nenek ada lumbung padinya. Rumahnya rumah jawa dengan halaman depan belakang yang luas. Ada pohon jeruk bali dan dikelilingi kali yang bisa dipancing ikannya.

Bu Mursinah inilah yang saya kenal sebagai nenek. Kami menyebut beliau dengan sebutan Mbah Bumen. Sedangkan mbah kandung kami, malah saya belum pernah bertemu. Beliau sudah meninggal sebelum saya lahir dan dimakamkan di Solo. Begitu juga dengan Pak Martodarsono, bapak angkatnya Bapak, saya juga belum pernah berjumpa.

Ketika usia SMA, Bapak dan Pakde hijrah ke Jogja. Niatnya mau masuk SMA 3 Jogja tapi gagal karena orang dari luar daerah sulit masuk. Lalu Bapak bersekolah di Taman Siswa. Belakangan, saya bisa masuk SMA 3 Jogja. Bapak pernah bilang, cita-citanya sudah saya gapaikan. Duh, mau nangis jadinya nih. 

Selesai SMA, Bapak berhasil masuk Fakultas MIPA UGM jurusan Matematika. Kuliah di UGM cukup lama tapi tidak selesai-selesai. Akhirnya bisa lulus dengan gelar B. Sc, Bachelor of Science, gelar Sarjana Muda setara Diploma 3 sekarang. Belakangan setelah bekerja, Bapak meneruskan kuliah S-1 dan lulus lewat jalur Universitas Terbuka dengan gelar Drs. Sehingga Bapak punya gelar B. Sc dan Drs.

Di saat kuliah atau selesai kuliah itulah (saya lupa persisnya), Bapak mendaftar wajib militer di AURI. Wajib militer alias wamil adalah program perekrutan perwira melalui jalur lulusan perguruan tinggi. 

Bapak menikah dengan ibu saya di tahun 1974 dan diterima sebagai tentara di tahun 1975, tahun saat mbak saya lahir. Dari situlah Bapak menjadi perwira di AURI, khususnya menjadi pengajar alias dosen di Akademi Angkatan Udara (AAU). Bapak mengajar Statistika/Matematika. Bapak terus berdinas di Lanud Adisutjipto Yogyakarta sampai pensiun di tahun 1997, di usia 55 tahun. Kalau ada pembaca yang lulusan AAU sampai tahun segitu, mungkin pernah jadi muridnya Bapak.

Pensiun dari AURI, di tahun 1998,  Bapak dan kami semua pindah dari rumah dinas di Lanud Adisutjipto ke desa, tepatnya di Ngentak Baru, Baturetno, Banguntapan, Bantul. Bapak meninggal di tahun 2015, saat berusia 73 tahun, dimakamkan di pemakaman umum di sana. Semoga Alloh mengampuni dosa Bapak dan menerima semua amal baiknya dan menempatkan Bapak di tempat yang indah. Aaamiiin.

Itulah cerita tentang Bapak yang bisa saya tulis secara ringkas. Sejarah memang milik yang menuliskannya. Namun sejarah juga berdasarkan informasi dari penghuni masa lalu. Kelak mungkin ada yang menuliskan sejarah kita, atau sekadar menceritakannya secara lisan. 


Related Posts

2 komentar

  1. Jadi ingat dulu ada temenku yang ditanyai siapa idolanya, dia menjawab ayahnya dan membuatkan biografi seperti ini tentang ayahnya. Ya, sejarah keluarga dan relasi panjangnya mudah banget terputus kalau tidak ditulis seperti ini. Terima kasih sharingnya!

    BalasHapus
  2. Oh ..jadi tau, dari siapa mb diah pinter mtk/ilmu eksakta..😀

    BalasHapus

Posting Komentar