Malam Ramadan hari ketiga di 2021. Menjelang maghrib hujan deras turun. Berangin meski tidak besar. Sepertinya ada badai di kejauhan. Entah di mana. Tapi saat bencana badai Seroja menghantam NTT-NTB beberapa waktu lalu, hujan turun di sini dengan sangat berangin.
Si Mas Kecil sudah ada di masjid sebelum turun hujan. Maghrib tiba, yang puasa Ramadan berbuka. Dimulai dengan air putih dan dawet seger. Kuahnya pakai susu, bukan santan. Gurih, tidak terlalu manis. Pas. Alhamdulillah.
Selesai berbuka dan sholat maghrib, Mas Kecil datang dari masjid. Agak basah. Lalu ia ganti baju dan masak nasi goreng. Tiba-tiba saya ingin melihat kamar mandi. Waktu hujan deras terakhir kali, rumah kebanjiran gara-gara tutup pembuangan di kamar mandi belum dibuka. Pembuangan itu menampung air dari kamar mandi dan juga dari talang. Kalau tertutup, air jadi terhambat. Banjir.
Tapi yang ini tutup sudah dibuka, hanya saja tertutup guguran material dari talang. Ada daun yang sudah busuk segala. Mungkin juga campuran debu, guguran semen. Entahlah. Yang jelas air naik. Waduh...
Saya bergegas bagi tugas. Suami menguras kamar mandi, membersihkan saluran pembuangan. Saya mendorong air yang lolos ke ruang tamu. Mas Besar mengepel lantai dengan kain. Si Adek sibuk mau main air. Hish!
Sesudah kering, waktu isya datang. Mas Besar dan Mas Kecil sholat di rumah karena jalanan licin. Berdua berjamaah. Yang jadi imam gantian. Kalau si Adek belum ikut, soalnya belum belajar sholat. Daripada jadi rame.
Hari ini tadi Adek sangat sibuk. Jam 3 pagi bangun dan ikut makan sahur. Jam 5 pagi tidur lagi bareng saya. Duh. Padahal tidur sesudah subuh itu makruh, ya. Rugi, ga dapat rezeki pagi. Jangan diulangi lagi, ya. Kalaupun ngantuk, tidurnya setelah matahari terbit.
Sekitar pukul 21.00 hujan reda dan bikin lega. Tinggal mikir besok mau sahur pakai apa. Sepertinya sih telur dadar pakai daun bawang. Insya Alloh. Lihat saja besok, ya. Itulah cerita malam Ramadan hari ketiga di 2021. Terima kasih sudah mampir, ya.
