KEB

KEB

BPN

BPN

About Me

About Me
Diah is here! Mom of three boys.

Meteor Garden Dan Pengalaman Belajar Bahasa Mandarin

Bahasa-mandarin

Meteor Garden come back? Di timeline saya mulai berseliweran status soal Dao Ming Se dan San Cai.

Dulu pas Meteor Garden versinya Jerry Yan F4 muncul, saya cuma sesekali nonton. Kenangan sama Meteor Garden itu malah tercipta pas saya jadi A Sick Backpacker Who Made It To Semarang bersama teman saya, Wahyu.

Waktu itu saya lagi duduk di kursi bis dalam perjalanan pulang, terus kami ngobrol soal macem-macem sampai ke Meteor Garden. Saya terkesan banget karena Wahyu, yang kursus Bahasa Mandarin, bilang ke saya, " ZH itu dibacanya C bukan Z." Nerangin tentang siapa lagi kalau bukan Vic Zhou.

Ooo gitu. Baru tahu saya. Kirain emang dibaca Z. Lhah emang ga cari di internet? Mohon maaf, internet cuma ada di warnet saat itu. Mahal pula!

Akhirnya Belajar Bahasa Mandarin Juga Meski Bukan Karena Meteor Garden


Beberapa tahun kemudian saya berkesempatan belajar Bahasa Mandarin juga. Tahun 2003. Waktu itu secara ga sengaja sih ikut kursusnya. Awalnya mau kursus Bahasa Jepang di salah satu lembaga bahasa di wilayah Kotabaru, Jogja. Teman saya ngomporin. Katanya dia cari partner buat belajar. Boleh juga lah, pikir saya yang memang juga memendam keinginan belajar Bahasa Jepang biar kalau ketemu orang Jepang lagi seperti pas perjalanan ke kampus UNS ga cuma arigato aja, hihi...

Nah, pas sampai di lokasi untuk mendaftar, ternyata kelas Bahasa Jepang adanya pagi hari. Yeee...gimana dong, masak saya kudu bolos kerja seminggu tiga kali? Mbak resepsionisnya menyarankan kami ikut Mandarin aja. Kan ga jauh-jauh dari huruf Kanji.

Teman saya ngomporin lagi, dia bilang kalau kita bisa Mandarin pasti bisa Jepang. Kan Kanji asalnya dari Cina. Lagipula Mandarin lebih sulit. Baiklah, makin sulit makin asyik. Akhirnya saya setuju. Setelah mendaftar, kami resmi menjadi murid kursus Bahasa Mandarin.

Eh, gimana? Mandarin??

Guru Bahasa Mandarin Kami


Guru kami namanya Pak Heri. Orangnya sudah cukup berumur, mungkin sekitar 55-60 tahun. Kira-kira aja, wong beliaunya ga bilang 😁. Pak Heri ini sabar. Menghadapi murid-murid yang berjumlah sekitar 7 orang yang asing banget sama bahasa ini.

Tugas pertama dari Pak Heri adalah kami wajib punya buku kotak-kotak untuk latihan nulis. Beberapa murid salah bawa buku strimin kecil. Emang mau belajar matematika, ya? 😂😂  Seharusnya bawa buku yang kotaknya besar-besar. Walhasil hari pertama ada yang gagal khusyuk belajar.

Bahan pelajaran pertama adalah dialog. Langsung ke huruf Kanji, menghafal, melafalkan dan menulis.

Hari-hari selanjutnya diisi dengan latihan menulis. Pak Heri selalu mengulang-ulang cara menulis. Sering banget yang namanya murid beliau tuh berkeluh-kesah. "Pak...ulangi lagi, Pak..." Lalu Pak Heri pun kembali mengulang tulisan Kanjinya.

Serunya, di balik tulisan kadang ada cerita tersendiri yang dikisahkan Pak Heri. Misalnya kenapa tulisan HAO (yang artinya baik) itu terdiri dari karakter PEREMPUAN dan ANAK? Kata beliau karena perempuan dan anak itu diharapkan menjadi baik. Waw...filosofi yang bagus, ya.

Belajar-bahasa-mandarin
https://m.theepochtimes.com/mysterious-chinese-characters-hao_1530071.html

Pak Heri ini tipe guru yang langsung praktik. Pernah salah satu murid bertanya, "Pak nulisnya pakai huruf latinnya bagaimana?" Jawaban beliau, "Sudah, tulis saja seperti yang kamu dengar. Tidak usah pakai transliterasi. Dengarnya PU ya tulis PU. CE ya tulis saja CE."
Horeee...

Pak Heri juga menganut bahasa percakapan sehari-hari. Kalau boleh saya bilang ya Mandarin Jawa, gitu. Karena pas ada murid yang tanya soal pengucapan seperti di acara berita Metro Xin Wen, kata beliau, "Itu terlalu rumit. Untuk sehari-hari gunakan logat biasa saja." Hore lagiiii...

Metro-xin-wen
https://seleb.tempo.co/read/224706/fiona-yuan-dari-penyiar-jadi-penyanyi

Belajar Bahasa Mandarin dengan Pak Heri juga diselingi kegiatan nonton video klip lagu Mandarin.

Habis itu kami ditanya, "Kata apa saja yang bisa kalian tangkap dari lagu tadi?"

"Wo ai ni, Pak..." 😅😅

Duuuh...murid parah ini.

Sebagai bonus, kami diberi kesempatan belajar menulis nama kami pakai huruf Kanji. Ga asal lho nulisnya. Bukan asal bunyinya sama atau mirip terus bisa dipakai. Ga. Ada aturan soal makna kata yang harus dipenuhi. Jadi, ga boleh nama orang ditulis jadi bermakna jelek. 👍👍

Sayangnya pertemuan kami cuma sampai level 2. Saya agak lupa apa sebabnya yang jelas saya ga kursus lagi. Dan sayang juga, sekarang sudah 95% lupa 😓. Kalau sekarang sudah banyak cara belajar Bahasa Mandarin, misalnya lewat TV Miao Mi

Bangga Gara-Gara Belajar Bahasa Mandarin 


Beneran ini. Gara-gara rajin kursus, saya dan dua teman saya diwawancarai sama mahasiswi S2 Psikologi UGM. Siska namanya. Ciee...diwawancarai!

Siska ini meneliti alasan atau latar belakang kami belajar Bahasa Mandarin. Dilihat dari segi apanya saya kurang tahu. Tapi saya senang bisa ikut membantu proyeknya.

Dan Siska juga kagum sama kami. Kagum...😃 masya Alloh. Katanya, "Saya aja yang keturunan Tionghoa ga belajar Bahasa Mandarin, kalian malah belajar. Salut!" Mrengeslah* kami bertiga, hahaha...

* mrenges: tertawa lebar tanpa suara

Ya, itulah pengalaman saya belajar Bahasa Mandarin. Sudah buanyak yang saya lupa, tapi kenangannya masih terasa. Sulit tapi seru. Seperti membuka tabir dunia luar deh saat bisa mengerti arti-arti tulisan itu.

Terus, Meteor Gardennya di sebelah mananya? Kata Pak Heri waktu itu, jangan sebut F4 dengan F-SE' karena itu berarti F10. Emangnya orangnya sepuluh? Sebutlah F-SE, nah itu baru F4 😁😁

Teman-teman ada yang belajar Bahasa Mandarin juga? Atau pernah belajar? Kursus online atau offline? Masih dipraktikkankah ilmunya? Bagi dong pengalaman teman-teman di sini. Cus ke kolom komentar. Yuk, yuk!

Related Posts

Posting Komentar