KEB

KEB

BPN

BPN

About Me

About Me
Diah is here! Mom of three boys.

Keuntungan Menikah Di Usia Tak Muda Lagi



Gambar asli: pixabay



Menikah umumnya dilakukan sepasang laki-laki dan perempuan yang berada pada rentang usia muda. Salah satu alasannya agar masih bisa berketurunan karena masih berada di  usia subur. Tak jarang pasangan suami-istri yang memulai hidup berumah tangga di usia muda memiliki banyak anak. Meski tak jarang juga ada pasangan yang memilih memiliki sedikit anak walau mereka menikah di usia muda. Itu pilihan masing-masing pasangan, ya. Toh tujuan menikah bukan cuma untuk memperoleh keturunan. Iya, kan?

Terus bagaimana dengan pasangan yang tak muda lagi saat menikah? Menikah di usia tak muda lagi itu tetap ada keuntungannya lho. Apa, apa? Apa keuntungannya? Sebelum bahas keuntungannya, kita coba ungkap dulu, yuk, penyebabnya.

Macam-Macam Penyebab Menikah Di Usia Tak Muda Lagi




Sumber gambar: pixabay

Menikah di usia tak muda lagi itu bisa jadi karena beberapa hal. Seperti yang saya alami sendiri, saya menikah di usia yang terbilang tidak muda lagi, 31 tahun. Saya menerima keseriusan seorang laki-laki (cie...) untuk pertama kalinya pada usia 30 tahun. Cukup tua lah untuk ukuran masa saya dan lingkungan saya. Bayangkan, tetangga saya yang umurnya baru 13 tahun saja waktu itu sudah minta dinikahkan, lha saya? Ya, memang itu mungkin kebiasaan setempat saja, ya.

Yang jelas saat saya masih menunggu Mr. Right, teman-teman saya banyak yang sudah melepas masa lajang mereka dan memangku buah hati. Iri? Ya, ada perasaan itu. Tersisih? Banget. Terutama saat ada acara pernikahan teman atau saudara.

Baca juga: Bullying Terhadap Jomblo Di Usia Matang

Baiklah, urusan perbaperan ini berlalu juga saat saya bertemu (calon) suami saya sekarang. Dia usianya satu tahun lebih tua daripada saya. Satu tahun satu minggu tepatnya. Jadi kalau suami saya bertambah usia, pekan depannya giliran saya.

Kenapa saya kok belum menikah hingga usia 31 itu? Jawabannya, saya tidak tahu. Sebab sebelumnya saya juga sudah berusaha kenalan, dikenalkan dan sebagainya, tapi belum membuahkan jodoh. Jodoh saya belum datang, mungkin. Ya sudah, jawabannya itu saja ya.

Setelah menikah saya dengar cerita dari suami, bahwa selama belum bertemu saya, ibu suami (mertua saya) belum meridhoi anaknya untuk menikah. Bukan berarti saya dinanti-nanti mertua lho yaaa...bukaaan...apalah saya ini. Tapi karena ibu mertua ingin suami saya fokus beneran berkarir. Dari situ saya sadar, barangkali jalan saya berjodoh itu tertunda karena jodoh saya belum dapat restu dari ibunya.

Kembali ke sebab menikah di usia tak muda lagi. Sebab pertama sudah jelas, ya. Seperti kasus saya: belum dapat ridho orang tua.

Penyebab kedua, menurut kacamata saya adalah: belum siap secara batin. Dorongan untuk menikah itu ada pada hampir semua orang. Meski kecil, tapi pada umumnya ada. Meski belum siap secara finansial, pada umumnya keinginan berjodoh itu ada. Nah, kalau keinginan dari diri sendiri belum ada, walaupun usia tak muda lagi, jodoh tak kan tiba. Gampangnya, orang yang belum siap secara batin tidak akan mencari jodoh untuk diajak menikah.

Untuk membina hubungan di luar pernikahan, mungkin iya, tapi kalau untuk menuju pernikahan, belum. Selalu ada penghalang antara dirinya dengan gerbang pernikahan dan hal itu tidak merisaukannya. Beda dengan yang sudah siap secara batin tapi belum ketemu jodoh. Ada perasaan galau dalam hatinya.

Penyebab ketiga yang pernah saya ketahui adalah: mendapat halangan dari luar. Bisa jadi berupa halangan dari ‘penggemar’ atau mantan kekasih, trauma pada hubungan sebelumnya yang berakhir buruk, atau bisa jadi karena penghalang dari dunia lain.

Adanya mantan kekasih yang belum ikhlas melepas hubungan bisa jadi penghalang berat lho. Mau menikah dengan orang lain, pihak yang merasa terluka menghalang-halangi dengan beragam cara. Bisa dengan selalu muncul, menyebar berita kurang sedap, membunuh karakter, bahkan ada juga yang melancarkan ilmu sihir. Hoaaa...seram, ya. Buntutnya pasangan yang mau serius ke jenjang pernikahan ini terpaksa menunda penikahan mereka atau akhirnya bubar jalan dan tidak jadi menikah. Ya, bisa jadi itu ruginya punya mantan kekasih, ya.



Sumber gambar: pixabay

Trauma akibat hubungan di masa lalu yang berakhir buruk. Wah, ini cobaan cukup berat. Barangkali terapi kejiwaan bisa membantu seseorang yang terkungkung dalam kubangan masa lalu bisa bangkit kembali.

Menikah Di Usia Tak Muda Lagi Itu Berarti...


Di balik segala macam penyebab menikah di usia tak muda lagi, ada keuntungan yang bisa diraih. Jadi, yang baru akan atau sudah menikah di usia tak muda lagi tak perlu khawatir. Ada sisi positifnya kok.

Mapan Secara Emosional
Iyes, ini yang paling saya rasakan saat menikah di usia tak muda lagi. Masing-masing dari kami sudah melalui banyak hal dalam hidup, setidaknya beberapa tahun lebih lama sebagai seorang jomblo dibandingkan teman-teman lain. Banyak pengalaman sebagai gadis dan jejaka berumur yang menempa kami sebelum kami melangkah ke pelaminan.

Baca juga: Bedanya Lamaran Nikah Di Jogja Dengan Di Jawa Timur

Bukan berarti lantas kami tak menemui persoalan seputar emosi lho, ya. Ada, jelas. Tetapi hasrat keduniawian kami sudah sedikit menurun. Dalam arti kami sudah bisa memandang diri kami sebagai kesatuan dan lebih mudah mengesampingkan urusan pribadi yang remeh.

Misalnya nih, soal kumpul dengan teman, baik teman lama maupun teman baru. Kami sudah tidak merasa begitu ‘tersiksa’ lagi saat tidak bisa menghabiskan waktu bersama teman, padahal di media sosial teman-teman kami mengiming-imingi dengan foto-foto kompak mereka. Fokus kami ya keluarga, terutama anak.

Contoh lain adalah kami tidak terlalu mudah baper saat ada masalah dengan keluarga besar. Alhamdulillaah, selama ini baik-baik saja hubungan kami dengan masing-masing keluarga besar. Semoga seperti itu selamanya, aaamiiin.

Bukan berarti yang mudaan lantas bergelimang masalah, ya. Bukan. Saya juga tidak tahu kok perkembangan teman-teman yang menikah di usia lebih muda dari kami. Bisa jadi teman-teman kami sudah melewati berbagai rintangan hingga bisa mendewasakan diri lebih cepat dari yang seharusnya, dan tentu saja lebih cepat dari kami.

Mapan Secara Finansial
Tidak semua sih mapan secara finansial, namun secara umum demikianlah. Suami dan atau istri mungkin telah lama membangun karir atau bisnisnya sehingga saat menikah mereka telah memiliki kemapanan finansial.

Baca juga: Minta Mahar

Saya sendiri tidak termasuk kelompok itu. Nah lho, kok bisa bikin kesimpulan mapan secara finansial? Ya, melihat dari beberapa kasus di sekitar kami. Kalau kami sendiri malah memulai dari nol. Saat menikah, suami baru mulai merintis usahanya dan saya keluar dari pekerjaan kantoran saya. Jadi, bisa dibilang kami mulai dari bawah. Tapi saya tetap mensyukurinya. Salah saya juga sih, dulu pas masih gadis pernah bermimpi membangun rumah tangga dari nol. Konon katanya manis dan romantis, gitu. Betul? Ada betulnya juga sih. Hehehe...



Sumber gambar: pixabay

Mapan Secara Ruhaniah
Ini yang biasanya terjadi. Umur sudah banyak, ruhani mulai terbiasa menepis gelombang godaan dunia. Kebanyakan dari pasangan yang menikah di usia tak muda lagi mulai memiliki cita-cita akhirat yang lebih banyak. Urusan sofa bulukan belum diganti tak apa, asal bisa mengunjungi bukit Shofa di Makkah, misalnya. Dorongan untuk taat lebih kuat, keinginan untuk melanggar makin longgar.

Di Balik Keuntungan Menikah Di Usia Tak Muda Lagi, Ada Juga Kerugiannya


Tak ada hidup yang sempurna. Pun bagi pasangan yang menikah di usia tak muda lagi, ada kerugiannya. Yang jelas adalah waktu yang dihabiskan bersama pasangan menjadi lebih pendek. Usia memang hanya Alloh yang menentukan, namun jika kebersamaan dimulai agak sedikit terlambat, tentu kenangan yang tercipta tak sepanjang jalan gejayan, eh tak sepanjang pasangan lain yang menikah di usia lebih muda.

Kerugian lain adalah soal keturunan. Lagi-lagi, keturunan bukan hal yang mutlak ada dalam sebuah ikatan pernikahan, tetapi jika dikaruniai keturunan, maka sang anak akan mendapatkan lebih sedikit waktu bersama orang tuanya.



Sumber gambar: pixabay

Kerugian lain, ah...sudahlah. Artikel ini membahas tentang keuntungan menikah di usia tak muda lagi kok, bukan kerugiannya, hehehe...

Tak ada gading yang tak retak, kan? Pada intinya, kebahagiaan bisa diraih semua pasangan, baik yang menikah di usia muda atau yang menikah di usia tak muda lagi. Bersyukur atas segala yang kita terima dari-Nya, rasanya sesuatu yang wajib dilakukan. Setuju?

Related Posts

18 komentar

  1. Idealnya umur berapa mbak? Klo aku pengennya dulu nikah 27-28 gitu.. Biar maen sama tmn2nya bisa puas. Tapi aku nikah 25 gara2 suamiku saat itu wis 30+ saat itu...
    *padahal aku masih pengen maen *malah curhat

    BalasHapus
    Balasan
    1. 25 menurutku pas. banyak yang pingin nikah di usia 25.

      Hapus
  2. Kalau memang Allah inginkan mbak bertemu dengan jodohnya di usia yang matang, pasti ada hikmah yang banyak di balik semua itu..

    Penantian berharga pasti akan terbayarkan mba, jadi kuncinya memang sabar.. termasuk saya, yang sabar biar sekolah dulu, baru berpasrah pada Allah supaya mendatangkan si dia, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak. insya Alloh setelah melaluinya baru terasa manfaat sabar. kadang malah heran sendiri, kok aku dulu gitu ya? ga sabar. hehehe

      Hapus
  3. Aku masuk kategori 2-2nya mba :p. Jd nikah pertama aku umur 19 thn. Tp gagal tengah jalan, dan baru nikah lg umur 29 ..semoga ini yg trakhir krn aku ngerasain sendiri dulu itu kita memang blm siap emosional. Beda ama nikah kedua ini di mana aku udh lbh sabar, gitu juga suami :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga yang kali ini untuk selamanya ya mbak. memang pengalaman adalah guru terbaik.

      Hapus
  4. Ngerasain juga keuntungannya mbak, tapi Yang paling terasa tuh temen2 udah bisa lenggang kangkung karna anak udah bujang, lah kitanya masih rempong ngurusin balita :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi...tapi kan asyik to mbak, ada kesibukan. kalau ga ada Alfi mungkin emaknya udah dolan melulu :-D

      Hapus
  5. Bener Mba. No body's perfect. Setiap pilihan pasti ada untung dan ruginya :)

    BalasHapus
  6. saya menikah di usia yg mnurut saya sudah tdk muda lagi mba, yaitu 28. Usia 25 kayaknya pas ya... :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang penting sekarang bahagia mbak. dan dikaruniai rezeki anak-anak yang solih solihah.

      Hapus
  7. saya juga menikah di usia 31 tahun, mbak. sisi positifnya ya saya merasa lebih matang dan dewasa aja dalam menjalani pernikahan

    BalasHapus
    Balasan
    1. sesama 31 ini, hehe. alhamdulillaah ya bisa dewasa dalam pernikahan, semoga begitu selamanya.

      Hapus
  8. Menikah menurut saya tak semuanya berdasarkan usia ya mba. Karena semua sudah ada takdirnya :). Hanya saja memang kalau menikah di usia 30 tahun banyak yang bilang sudah lebih siap ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul, mbak. semua sudah digariskan oleh Alloh, termasuk kapan ketemu jodoh.

      Hapus
  9. Usiaku sekarang 26 Mba, dan memang sih kadang iri liat teman-teman yang sudah berumah tangga. Tapi ya balik lagi aku nggak mau jadiin menikah itu sebagai kompetisi. Allah juga sudah mempersiapkan jodohnya di waktu yang tepat kok. Yang penting ikhitiar dan memperbaiki diri ya Mba. Terimakasih untuk sharingnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. I feel you, mbak. tetap sabar dan ikhtiar, ya. setuju banget, menikah bukan kompetisi, justru kompetisi dengan diri sendiri sebenarnya dimulai saat sudah menikah. bisa nggak kita jadi insan yang lebih baik dengan menikah?

      Hapus

Posting Komentar