Trembesi atau dikenal juga dengan nama Ki Hujan adalah pohon peneduh yang luar biasa. Tajuknya luas, pohonnya tinggi, buahnya terbungkus dalam polong yang kecil memanjang.
Di seputar tempat tinggal saya di Madiun Selatan, trembesi mudah dijumpai.
Di sekitar pabrik gula ada, di seputar Stasiun Pagotan ada, di Tempat Penimbunan Kayu (TPK) juga ada. Di persawahan dekat tempat tinggal saya yang dekat sawah juga ada.
Duduk-duduk di bawah pohon serindang ini sangat menghanyutkan. Maksudnya bisa bikin jatuh tertidur, gitu. Kalau tidak malu dan keadaan aman, ayo aja deh 😅
Mau Menanam Trembesi? Hmm...
Meskipun reputasi trembesi sebagai pohon peneduh di perkotaan cukup buruk, di pedesaan dengan lahan terbuka yang luas, trembesi menarik untuk dibiakkan.
Menurut penelitian, trembesi sangat tidak cocok ditanam di dekat bangunan dan jalanan. Alasannya ada dua, pertama, akar trembesi dewasa sangat besar dan sampai ke mana-mana.
Ya maklumlah, makin lebar tajuknya makin jauh pula akarnya berkelana.
Akar besar seperti ini bisa dengan mudah mencongkel beton bangunan dan aspal.
Jadi, kalau di tepi jalan raya banyak trembesi bisa dipastikan bakalan sering diadakan peremajaan jalan raya.
Bisa saja sih trembesi ditanam sebagai peneduh jalan raya, asalkan jalan rayanya dari tanah terus kendaraannya pakai kereta kuda.
Wow, terbayang dunia tanpa mesin pemroduksi CO2 massal.
Update 2019, pohon ini sudah ditebang. Sedihnya...😢 |
Alasan kedua, trembesi adalah tanaman yang rakus air.
Ya maklum lagi, ya, badannya gede begitu. Kalau trembesi ditanam di lingkungan rumah, bisa-bisa ketersediaan air terancam karena rebutan sama si trembesi ini.
Trembesi ini aslinya adalah tanaman impor. Tanaman yang punya nama latin Albizinia saman ini dibawa penjajah Belanda dari Brasil.
Di Indonesia, trembesi ditanam di daerah penghasil polusi seperti pabrik gula. Pantesan aja begitu, karena trembesi ini bisa memakan 28.000 kg CO2 dalam setahun. Jadi keberadaan trembesi di wilayah seperti itu pas sekali.
Bayi-Bayi Trembesi
Di musim penghujan seperti sekarang ini kita bisa menjumpai bayi-bayi trembesi yang imut-imut.
Mereka muncul dari biji-biji trembesi yang jatuh sebelumnya. Biji trembesi dibungkus polong mirip petai yang panjang.
Kalau di TK anak saya, polong yang kering dan jatuh itu suka dijadikan pedang untuk main perang-perangan sama anak-anak laki-laki.
Sungguh cantik bayi-bayi mungil itu di lapangan depan sekolah. Sayangnya, biasanya tak ada yang bertahan lama karena sebelum jadi besar mereka sudah mati terinjak-injak.
Ibu guru seyogyanya bisa mengambil manfaat dari hadirnya bayi-bayi trembesi ini. "Ini lho, Nak, dari biji keluarlah tunas."
Trembesi mungil |
Trembesi Dicari, Pun Dibenci
Ya, semoga ada tangan-tangan kecil yang menyentuh mereka dengan lembut dan mematrikan janji di dalam hati bahwa kelak ia akan punya kebun trembesi di halaman belakang rumahnya yang kalau malam hari dipasangi lampu temaram sehingga menghasilkan kesan romantis untuk menemani makan malam bersama pasangan hidup.Apalagi ditingkahi dengan guguran bunga trembesi yang lembut.
Gambar bunga trembesi dari: baltyra.com |
Ranting trembesi dewasa, ya. Bukan dahannya. Meski ranting, tapi tetap saja itu ranting trembesi dewasa.
Semoga trembesi tetap ada di muka Bumi ini dan menjalankan tugasnya dengan baik. Semoga anak keturunan kita masih dapat menikmati kesejukan bersamanya. Aaamiiin.
Pertamax. Membaca tentang pohon trembesi, saya malah ingat cerpen Mbak Afifah Afra yang mengangkat tokoh si trembesi. Judulnya Attar.
BalasHapus@KMubarokah LBI Grup B
BW balik ya ke postingan bebas saya, Bu. :)
Wah ternyata pohon ini impor yah.. Saya kira tumbuhan gak ada kata impor ekspor ... :)
BalasHapus@masirwindotcom
jadi dahannya mudah patah ya mba? duh padahal pohonnya rimbun banget. berarti gak bisa aku panjat nih hehehe gak gak gak kuat kalau kat 7icons mah :))
BalasHapusMemang kadang tanaman import kurang cocok di Indonesia, ya mbak.. Ada positif, tapi negatifnya juga nggak main-main karena masalah keamanan dan keselamatan. Sementara itu tanaman lokal yang jarang sekali tidak cocok dgn tanah asalnya, mulai hilang. :(
BalasHapusmasih kecil sering nempel sama pohon ini, pulang sekolah kalo kehujanan sering berteduh. tapi sekarang udah nggak ada lagi pohonnya di deket sekolahan :)
BalasHapusCantiknya pohonnya...
BalasHapusKalau nggak salah, di taman Samarendah, Samarinda bakal ditanamin pohon kayak gini. Trembesi yah?
@mzaini30
Ini pohon trembesi juga ada di tempatku. Di SMA Loyola jaman masih kecil dulu kami juga suka main pedang-pedangan, kalo nggak buat main musik, suaranya krecek krecek kaaan, hihiii
BalasHapusPohonnya kuat dan terlihat kokoh, saya jadi teringat pohon ini beberapa kali jadi "Cameo" di cerpen atau novel yg pernah saya baca :)
BalasHapustrembesi. Keren namanya tapi baru dengar.
BalasHapusAku baru tahu namanya nih, Mba.
BalasHapusHihi...
Oh trembesi itu malah menyerap air ya, saya kira trembesi ini yang bisa menyediakan air seperti sumber
BalasHapus