KEB

KEB

BPN

BPN

About Me

About Me
Diah is here! Mom of three boys.

Rumah Warisan

4 komentar

Seorang ibu, tepatnya seorang nenek, bertemu saya dalam sebuah kesempatan singkat. Rupanya waktu berjalan cepat, sepertinya baru kemarin cucu si nenek itu lahir, sekarang sang cucu sudah berumur satu tahun lebih. Saya takjub sekali menyadari cara Alloh menjalankan makhluk yang bernama waktu ini. Di dunia ini saya kira tak ada yang lebih cepat atau lebih lambat daripada waktu.

Ibu tadi terlihat menua. Kerut wajahnya tak banyak bertambah, pun ubannya. Namun satu hal yang secara signifikan (baca: jelas sekali) terlihat: giginya mulai tanggal. Sungguh, gigi memainkan peran penting dalam menunjang kenampakan usia seseorang.

Saya bertanya-tanya, apa sebab si ibu tadi menua dengan relatif cepat mengingat saat kami terakhir bertemu beliau masih terlihat segar. Dengar-dengar ibu itu sekarang menempati rumah anaknya. Rumah miliknya, sepeninggal suaminya, dijual dan dibagi waris. Akhirnya si ibu tinggal bersama salah satu anaknya.

Hal serupa juga pernah terjadi pada kerabat saya. Beliau seorang janda yang akhirnya juga tinggal di salah satu rumah anaknya karena rumah beliau sudah dibagi waris. Selang beberapa bulan kemudian kesehatannya menurun.

Orang tua yang tidak lagi memiliki rumah atas namanya bagai orang kehilangan wilayah kekuasaan. Tidak lagi merasa bebas, mungkin merasa rikuh dan perasaan lain sebagaimana orang menumpang. Meskipun rumah telah diatasnamakan anak dan orang tua tinggal di dalamnya, sejatinya anaklah yang menumpang di atas harta orang tuanya, bukan sebaliknya.

Saya tak tahu hal apa yang terjadi sehingga warisan dibagi dalam keadaan salah satu orang tua masih hidup dan menyebabkan orang tua meninggalkan rumahnya. Hanya saja saya kira jika keadaan tidak mendesak, dalam arti tak ada hal darurat yang memaksa sebuah keluarga untuk menjual rumah, lebih baik jika warisan dibagi saat kedua orang tua sudah meninggal dunia.

Related Posts

4 komentar

Posting Komentar