Si pengantin pria menunggu dengan harap-harap cemas. Setelan jas yang dikenakannya terlihat serasi dengan dirinya yang biasanya nyaris tak pernah berdandan.
Hari ini sungguh istimewa, karena hari ini ia akan menikah pada jumpa pertama.
Wow...serius nih, menikah pada jumpa pertama?
Yang dinantikan pun tiba. Dengan gaun serba putih dan buket bunga di tangan, si pengantin wanita hadir diiringi tatapan kagum para tamu undangan.
Sedikit malu ia berjalan mendekati si pengantin pria yang seketika itu juga takjub saat menatap calon istrinya untuk pertama kalinya.
“Nilainya 11 dari 10,” kata si pengantin pria, yang artinya kecantikan si pengantin wanita melebihi dugaannya.
Saya pun ikut tersenyum haru menyaksikan momentum itu, saat Mark dan Christie menikah.
Eh, siapa sih Mark dan Christie?
Mereka adalah pasangan suami-istri yang dipertemukan melalui program Married at First Sight yang tayang di saluran TV Lifetime (walaupun akhirnya mereka belakangan berpisah juga sih).
Menikah pada jumpa pertama alias married at first sight sungguh bukan gambaran pernikahan yang didambakan banyak orang. Tapi nyatanya ada juga lho yang mau menempuh jalan bertemu jodoh melalui cara ini.
Acara TV ini sendiri bukanlah sebuah ajang mak comblang yang asal-asalan. Married at First Sight yang pernah saya tonton mengambil tempat di Amerika Serikat dan Australia.
Dalam acara itu, para jomblo yang ingin menikah tapi terkendala soal menemukan jodoh, dipasangkan oleh para ahli yang berkompeten.
Ada konselor pernikahan, ada juga psikolog. Dari beberapa pelamar, para ahli menetapkan 3 pasang laki-laki dan perempuan untuk dijodohkan.
Para ahli menetapkan pasangan tersebut secara hati-hati berdasarkan minat, latar belakang keluarga, harapan, karir, ras dan lain-lain.
Ada yang dipasangkan karena memiliki karakter yang saling mendukung, ada yang karena memiliki latar belakang keluarga yang mirip.
Program ini disebut juga sebagai program uji coba. Setiap pasangan yang dijodohkan diberi kesempatan untuk memilih mau melanjutkan hubungan atau tidak setelah beberapa minggu menikah.
Menikahnya secara resmi sesuai kebiasaan setempat, lho. Keluarga kedua belah pihak juga diundang.
Bedanya di pernikahan ini, setiap pengantin belum pernah melihat calon pasangannya, bahkan nama pun tidak diberi tahu. Mirip dengan beli kucing dalam karung, ya, hanya saja kali ini kucingnya sudah dipilihkan oleh orang yang terpercaya.
Saya senang nonton acara ini meski tak selalu menontonnya, karena ada banyak hikmah yang bisa diambil dari situ. Terutama tentang pembiasaan diri setelah menikah.
Siapa sih yang tak canggung dan salah tingkah setelah menikah, meskipun menikah dengan orang yang sudah dikenal baik? Apalagi ini, pasangan yang 100% asing satu sama lain.
Baca juga: Operation Thank You Pasca Pesta Nikah
Dalam kasus Mark dan Christie, misalnya, Christie ingin mempertahankan hidupnya di Sydney yang notabene kota besar. Sedangkan Mark sudah terlanjur mendarah daging dengan kehidupannya sebagai peternak di desa. Siapa yang harus mengalah? Kasus yang sangat akrab dengan kita kan, ya?
Ada juga kasus pernikahan yang berakhir karena si istri kurang dewasa dalam bersikap. Masih kekanak-kanakan, begitu menurut saya. Seperti belum memahami perbedaan hati wanita dan pria.
Kesalahan kecil suami bisa membuatnya sangat tersingung dan memilih untuk berpisah.
Tapi ada juga kasus yang bikin tertawa geli sekaligus bahagia. Si istri pada awalnya kurang tertarik kepada suaminya, namun pada akhirnya si istri mampu melihat kelebihan suaminya dan akhirnya jatuh cinta kepada sang suami.
Jatuh cinta setelah menikah, wah...nonton yang ini bikin ihik-ihik sendiri dan bisa jadi bahan diskusi yang menarik dengan suami: apa yang dipikirkan pria saat jatuh cinta.
Menikah Pada Jumpa Pertama, Idealkah?
Menikah pada jumpa pertama. Sumber gambar: Pixabay |
Menurut saya sih tidak ideal. Hehehe... Bagi saya menikah itu ya harus diiringi dengan perasaan yakin, bukan meraba-raba. Dan melihat calon suami/istri itu dianjurkan dalam agama.
Dikisahkan dalam suatu hadits, seorang sahabat Rasulullah Sholallahu alaihi wa sallam telah menikahi seorang gadis dari kalangan kaum Anshor, lalu terjadilah percakapan berikut antara si sahabat dengan Rasulullah SAW:
“Apakah kamu telah melihatnya?”
Jawab orang ini, “Belum.”
Kemudian Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam menyarankan, "Lihatlah calon istrimu, karena di bagian mata orang Anshor ada sesuatu…" (HR. Muslim 3550)*
Dalam hadits lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada seorang sahabat yang hendak melamar seorang perempuan, "Lihat dulu calon istrimu, karena itu akan lebih bisa membuat kalian saling mencintai." (Ahmad 18154, Turmudzi 1110 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)**
Sumber * dan ** https://konsultasisyariah.com/26491-taaruf-sebelum-menikah.html
Praktik ‘melihat’ ini sendiri sebetulnya sudah diterapkan oleh nenek moyang kita dulu. Kalau menurut cerita ibu saya, jika ada seorang laki-laki mau melihat perempuan yang hendak dilamarnya, kalau orang Jawa dulu, biasanya si laki-laki bertandang ke rumah si perempuan bersama ayahnya atau keluarganya.
Bertandangnya bukan dalam rombongan besar lho, ya, mungkin dua-tiga orang dengan alasan yang dibuat-buat.
Biasanya kedua orang tua sudah sepakat akan menjodohkan anak-anak mereka, tapi mereka ingin anak-anak mereka menerima perjodohan dengan ikhlas, lalu dijalankanlah misi setengah rahasia ini.
Dalam acara bertamu itu, orang tua si perempuan biasanya menyuruh si anak perempuan untuk menyajikan minuman kepada para tamu. Nah, pada saat itulah yang dijodohkan bisa melihat calon jodoh mereka.
Usai acara, biasanya orang tua masing-masing pihak akan bertanya kepada masing-masing anak mereka, “Gimana, kamu suka nggak sama dia?”
Jadi, kalau kamu adalah anak gadis yang tiba-tiba disuruh ibumu menyajikan minuman untuk tamu yang datang bersama anak bujangnya, jangan kaget, ya kalau nanti ditanya sama orang tua suka apa nggak, hehehe...
Baca juga: Hal Yang Wajib Dipelajari Lelaki Sebelum Menikah
Ada juga teknik ‘melihat’ lain yang biasa dipraktikkan di masyarakat kita, khususnya di lingkungan pondok pesantren.
Cerita ini saya dengar dari saudara saya yang pernah mondok. Saat itu ada santri yang akan dijodohkan, maka si santri laki-laki diajak gurunya berjalan melewati kelas si santri perempuan.
Di kesempatan lain gantian si santri perempuan yang diajak gurunya melintas di hadapan santri laki-laki yang hendak dijodohkan dengannya.
Melintasnya bukan dalam jarak dekat lho, ya. Kata saudara saya melintasnya agak jauhan biar tidak ketahuan sedang ‘diperlihatkan’. Setelah itu masing-masing pihak ditanya pendapatnya. “Gimana, suka nggak?”
Jadi geli sendiri membayangkan perjodohan model seperti itu. Kalau saya sendiri memang dikenalkan, tapi lewat email, hahaha... sudah zaman internet sih pas kenalannya.
Kami cuma dikasih foto masing-masing dan data diri. Punya suami saya malah waktu itu yang dikirim adalah biodata Curriculum Vitae-nya yang buat melamar kerja, hahaha... ini mau ngelamar kerja apa ngelamar anak gadis, sih?
Ini bukan soal salah-benar, ya, tapi kita hanya membicarakan sesuatu yang benar pernah terjadi dalam sejarah manusia.
Menikah pada jumpa pertama memang betul-betul ada gitu, lho.
Nah, teman-teman, punyakah kisah menarik seputar menikah pada jumpa pertama? Atau opininya, mungkin? Boleh lho berbagi cerita di kolom komentar. Yuk, yuk!
Tulisan ini adalah hasil kolaborasi bersama Ade Delina Putri dan Liza Permasih
Baca juga tulisan Ade Tentang Kebiasaan-Kebiasaan Sebelum Menikah
Baca juga tulisan Ade Tentang Kebiasaan-Kebiasaan Sebelum Menikah
Ngikik baca bagian curriculum vitae...
BalasHapusBiar terlihat serius kali yaaa
iya mungkin mbak, haha... yang penting jadi deh.
HapusUntung2an berarti ya mb klo ketemu sekali..pas nikah. Tapi kesannya jadi main2 juga...karena klo nggak suka bisa di undo pasca nikah.
BalasHapusiya, ada kesan nggak enaknya. aku baca beberapa pasangan kemudian memang bercerai walau pada awalnya kayak cocok banget. bisa jadi mereka menemukan pasangan lain setelah belajar dari eksperimen ini. ngeri juga ya.
Hapuswah. toss dong. Saya juga pendalaman taaruf dengan suami lewat email. Menikah saat jumpa pertama? Menurutku, enggak deh. Riskan....
BalasHapushihi...sama ya mbak. iya, mbak. riskan banget. buat perempuan apalagi.
Hapusjadi pngen nonton filmnya hahaha
BalasHapusseason 3 sekarang diputer lagi di lifetime mbak.
Hapustemenku ada yg baru ketemu pas nikah, mba. Hihihii... seru. Jadi sebelumnya, cowonya ketemu sama bapaknya terus. :D
BalasHapuswow...terus, terus gimana mbak? kepo nih.
Hapuskalau di barat kayaknya bisa ya mbak....tapi kalau di kultur sosial kita kyknya masih susah ya...banyak pertimbangan
BalasHapusdi sana orang lebih terbuka sama eksperimen kayaknya mbak.
Hapusenggak... aku gak mau huhuu menikah bagiku harus kenal dulu... tau latar belakangnya tau siapa dia dll... hehehe
BalasHapusiya, sama, mbak. harus tahu dulu sebanyak mungkin, ya.
Hapusaku kayaknya gak bisa deh kalau menikah saat pertama bertemu, aku baru klik kalau sdh banyak mengenal siapa pria itu secara detail. Lah sama suami saja pacaran lima thn ada yang bikin aku kaget saat sdh nikah, apalagi yg baru kenal. Aku orngnya gak gampang tertarik langsung
BalasHapusmungkin bisa aja mbak kalo jadinya cinta pada pandangan pertama, tapi saya termasuk yang susah baru pertama kali lihat lalu nikah, harus mengenal dulu
BalasHapusWuih, ada ya acara gini hihii... aku kuper ya kok enggak tau. Lumayan riskan juga ya menikah pada jumpa pertama gini. Kalau data2 yg disubmit ternyata enggak valid gimana dong.
BalasHapusAgak riskan euy menurut saya kalo baru pertama kali langsung menikah. Krn kita belum kenal siapa dia apalagi keluarganya. Jadi buat saya ya enggak deh hehe. Minimal harus ta'aruf dululah dg cara melihat dan mengenal lebih dalam :)
BalasHapusUdah saling kenal aja kadang suka kaget mbak sama kebiasaan2 yg muncul setelah menikah. Apa lagi ini bener2 baru ketemu, udah pastilah isi banyak yg ga sesuai casing. Jadi kalo aku lebih suka ketemu dlu, kenali dlu, baru deh nikah.
BalasHapusAku ga bisa bayangin klo yg dinikahi ga sesuai ekspektasi. Hehe. Paling nggak ketemu dululah. Wekeke. Habis itu baru nikah. Bener banget kata mb, sesuai ajaran islam pun harus ada adab2nya juga ya. Ketemu dulu, diliat dl. Baru deh. :D
BalasHapusJadi penasaran, sensasi ihik ihiknya kaya gimana married at the first sight ini :D
BalasHapusKalau aku sih big no mba, taaruf dulu, ortu harus kenal, harus diberi restu, baru langkah berikutnya.
tp beda kebudayaan kebiasaannya juga beda ya hehee
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusalamak aku mah ga mau mba ahahaha kenal 6 bln lgsg ajak nikah 6 bln kemudian aja kami masih tarik napas mulu mba ahaha apalagi cmn tau pas nikah aku keknya guling2an mulu mba haahah
BalasHapus