Kasus kedua beda lagi. Yang ini saya alami saat sedang hamil. Keluar cairan berwarna kehijauan namun tidak berbau. Untuk kasus ini saya lupa persisnya sembuhnya dengan cara apa. Yang jelas itu cuma terjadi sekali dan tidak berulang lagi. Setelahnya juga tidak ada keluhan apa-apa selama kehamilan, jadi saya tenang-tenang saja.
Mencari Obat Keputihan Saat Hamil Tua
Pada kehamilan keempat ini, saya mengalami rasa gatal di area V dan keluar cairan agak berbau dengan warna cairan masih normal, kekuningan. Rasanya kaget sekali, kok gataaal gitu. Saya pun konsultasi ke bidan. Oleh bidan, saya hanya diberi sabun cair khusus dan disuruh untuk sering mengganti celana dalam.
![]() |
Sabun Cair Giovan |
Sabun ini mengandung Aqua, Sodium Lauryl Sulfate, Sodium Chloride, Chloroxylenol (4-chloro-3, 5-xylenol), Citric Acid, Formaldehyde, Parfum. Nomor POM NA 1813070124. Produksi PD Giovan,Jakarta.
Diperkirakan, keputihan yang saya alami karena lembap di area V akibat kehamilan yang semakin besar. Hal ini wajar terjadi pada ibu hamil.
“Harus sering ganti. Celana dalam harus disetrika dan jangan pakai celana dobel,” kata Bu Bidan.
Mengenai celana dobel, maksudnya adalah pakai dalaman celana di balik gamis. Tahu kan, ya, semacam legging gitu tapi bukan yang ketat. Kalau ini sih saya sering pakai, soalnya saya ke mana-mana naik sepeda motor. Kalau tidak pakai dalaman celana bisa tersingkap nanti bagian betis saya meski sudah pakai kaos kaki. Sedangkan celana panjang sudah nggak muat lagi.
Solusinya sih pakai kaos kaki puuuanjang biar tidak tersingkap atau pakai kulot. Nah, ini saya juga belum punya. Perlu dipertimbangkan beli kulot nih. Praktis dan tetap longgar.
Bu Bidan tidak memberi saya obat. Beliau cuma berpesan agar tidak menggaruk bagian kewanitaan, jangan memakai sabun atau cairan antiseptik, menjaga kebersihan termasuk membersihkan rambut di area kewanitaan. Saya lalu bertanya, berapa lama saya harus kembali kalau masih gatal juga? Beliau menjawab, “Tiga hari.”
Setelah berlalu tiga hari, gatalnya tidak kunjung hilang. Saya memutuskan berkonsultasi ke dokter kandungan perempuan langganan saya di RSI Siti Aisyah. Saya kan khawatir juga terjadi apa-apa pada si janin. Di ruang periksa dokter menanyakan riwayat gatalnya, memeriksa keadaan janin lewat USG dan memeriksa bagian kewanitaan saya dengan alat khusus. Spekulum namanya.
Saya cukup terkejut saat dokter bilang bahwa, “Bersih kok, Bu. Nggak ada apa-apa.”
Hah? Lha kok gatal, ya?
Dokter bilang bahwa kemungkinan hanya lembap saja. Tidak ada jamur atau apapun. Bersih. Alhamdulillaah, bersyukuuur sekali saya. Rasa khawatir terhadap keselamatan janin pun hilang seketika.
Namun dokter memberi saya obat untuk mengatasi rasa gatal itu. “Diminum hanya kalau SANGAT mengganggu saja, ya, Bu.”
![]() |
Dextamine |
Obat berbentuk kaplet ini mengandung Dexamethasone 0,5 mg dan Dexchlorpheniramine Maletae 2 mg. Produksi Phapros.
Selebihnya dokter cuma memberi nasihat seperti yang diberikan bidan. Jaga kebersihan, intinya.
Sepulang dari rumah sakit, saya minum obat itu dan alhamdulillaah, gatalnya hilang. Eh tapi tidak serta merta sembuh, ya. Perlahan-lahan gatalnya hilang asal sering ganti dalaman. Saya minum obat itu cuma satu kali saja karena masih bisa diatasi. Iya lah, ibu hamil jangan sembarangan minum obat, ya, khawatir berdampak pada janin.
Nah, itulah cerita saya seputar keputihan saat hamil tua. Buat ibu-ibu yang juga mengalami hal yang serupa, semoga tulisan ini bisa membantu, ya. Yang penting kalau kena keputihan, jaga kebersihan area kewanitaan dan kalau sudah mengganggu, seperti gatal dan atau berbau, segera bawa ke bidan atau dokter kandungan.
Aku juga mengalami waktu kehamilan dulu. Tapi belum tahu ada sabun itu. :'D
BalasHapusdulu diapakan mbak? dibawa ke bidan juga?
HapusGatal keputihan memang sangat mengganggu. :( Iya, dulu aku disaranin buat gak pakai celana dobel2 dan nyetrika CD.
BalasHapussama ya berarti ya mbak. menjaga kebersihan intinya.
Hapus