SITUASI 1
“Le, bagus nggak gelang Ibu ini?”
“Ibu dapat dari mana?”
“Beli dong.”
“Oh.”
“Bagus, nggak?”
“Bagus.”
Udah itu thok komentarnya? Irit amat komentarnya? Gini ya nasibnya punya anak laki-laki itu?
SITUASI 2
Habis potong rambut, jalan sliwar-sliwer di depan anak-anak. Hmmm...nggak ada yang tahu nih ibunya barusan potong rambut?
“Le, Ibu baru potong rambut lho.”
“Oh, iya. Bagus.”
Sudah? Lagi?
Ya, begitulah kira-kira yang terjadi di rumah saya yang isinya laki-laki semua kecuali saya. Dua krucil saya tampaknya tidak begitu peduli dengan pertanyaan-pertanyaan ibu mereka. Sepertinya, yang penting ibu mereka hepi, kerjaan beres. Udah.
Padahal...padahal, maunya saya itu kalau saya punya sesuatu yang baru itu mbok ya ditanyain, beli di mana, potong di mana, ibu kelihatan cantik dan seterusnya. Ya masak bilang ibu cantik kalau pas ditanya aja.
Baca juga: Susahnya Punya Anak Laki-laki
Baca juga: Susahnya Punya Anak Laki-laki
Saya jadi ingat dulu pas anak-anak masih balita, mereka suka nonton film Pororo the Little Penguin. Di salah satu episode ada kisah tentang Lupy si berang-berang yang ngambek gara-gara ‘dicuekin’ teman-temannya. Jadi ceritanya Lupy baru pakai jepit rambut baru yang manis, gambar bunga. Dengan bahagianya Lupy mengunjungi rumah teman-temannya satu per satu. Teman-teman Lupy laki-laki semua, ya, kecuali Petty si pinguin.
Nah, si Lupy ini tiap berkunjung ke rumah temannya selalu bertanya, “Apakah kamu melihat sesuatu yang berbeda dari penampilanku?” Seperti yang bisa ditebak, tidak ada satupun teman laki-laki Lupy yang mengetahui perbedaan di diri Lupy. Tak satupun! Teganyaaa...!
Dengan sedih, Lupy kembali ke rumah. Dia berpikir bahwa teman-temannya tidak menghargainya. Dia cuma ingin teman-temannya melihat jepit rambut barunya dan memuji barang baru tersebut. Tapi nyatanya jauh panggang dari api. Kenyataan tak seindah harapan.
Dengan sedih, Lupy kembali ke rumah. Dia berpikir bahwa teman-temannya tidak menghargainya. Dia cuma ingin teman-temannya melihat jepit rambut barunya dan memuji barang baru tersebut. Tapi nyatanya jauh panggang dari api. Kenyataan tak seindah harapan.
Setelah beberapa saat, Lupy akhirnya pasrah menerima keadaan itu. Teman-teman Lupy yang merasa bahwa Lupy sedih akhirnya mengunjunginya di rumahnya. Ketika teman-temannya datang, Lupy yang suka memasak menyuguhkan teh untuk teman-temannya. Teh dalam cangkir itu diberi hiasan bunga oleh Lupy. Cantik sekali seperti jepit rambut barunya. Barulah setelah teman-teman Lupy melihat bunga di dalam cangkir teh, satu per satu dari mereka baru berkata, “Bunganya cantik, Lupy, seperti jepit rambutmu yang baru.”
Nah.
Jadi, kesimpulannya apa?
Kesimpulannya, harus dikasih teh dulu baru ngeh. Hehehe...
Kesimpulannya, harus dikasih teh dulu baru ngeh. Hehehe...
Nggak. Mungkin begini penjelasannya. Laki-laki dan perempuan ditakdirkan punya cara berpikir yang berbeda. Laki-laki menanggapi sesuatu sebagaimana yang bisa dia indera. Teman-teman Lupy, misalnya, tidak bisa menangkap maksud tersirat Lupy saat ditanya adakah yangberbeda dengan penampilan Lupy. Mereka akan lebih paham jika Lupy bertanya langsung, “Jepit rambutku baru. Bagus nggak?” Dan kalau Lupy bertanya begitu, saya yakin jawabannya adalah “Bagus,” dan udah cuma itu. Hahaha...
Gimana ibu-ibu...ada yang punya pengalaman kayak saya nggak? Kalau yang saya tanya ibu-ibu biasanya jawabannya panjang. Kalau yang ditanya bapak-bapak jawabannya paling cuma “Pernah” atau “Belum”. Eh, bener nggak?
Klo sama cowok itu..eh suamiku....ceritanya panjaanggggg....lebar.... Tanggapannya cuma.. "Ooo.."
BalasHapusYang pororo...aku juga liat eps itu.
hahaha...iya...atau cuma basa-basi njawabnya
HapusHaha Beda banget ya sama anak cewek Mbak. Alfi itu apa aja dikomentarin, bajune ibuk baru, cantiknyaa. Langsung berbunga-bunga lah ibuknya
BalasHapusgak usaha anak laki2 mbak, suamiku aku pakai apa saja dibilang bagus saja, ini lumayan, dia mah aku ganti model rambut pakai baju baru saja gak ngeh, mirip anak lelakiku, cuma bilang baguuuuuuus dengan sedikit senyum, aku kan ragu senyum itu senyum ngejek atau bukan ya???
BalasHapusEmang rata-rata laki2 seperti itu ya, kalau perempuan itu perharinya minimal 20 ribu kata nah kalau laki2 cukup 7000 kata, itu kata penelitian hahaha...Tapi anakku yang keempat beda dgn kakaknya yg kedua yang juga laki2. Anak keempatku bawel mba, kalau bicara ga mau kalah, apa2 dikomenin jadi kadang bikin ribut sama aksi bawalnya. Kalau ngomong kadang3 berteori padahal baru kelas enam SD..hehe
BalasHapus