Kalau Nilainya Bulat
Nilai bulat itu maksudnya senilai 500 atau 1.000 rupiah. Kadang ada musim sulit uang receh. Entah kenapa saya nggak tahu, tapi selalu ada masanya sebagian penjual mengeluh kesulitan dapat uang receh. Barangkali semua receh sedang ditabung di celengan ya, atau para pengamen juga sedang dapat uang besar jadi nggak sempat nukar uang recehnya ke toko-toko.Nah, kalau ketemu penjual yang sedang kesusahan begini kita bisa minta ganti dengan barang saja. Kalau sedang di tukang sayur, minta saja wortel atau tomat atau cabe atau apa sajalah. Tukang sayur selalu punya stok barang senilai 500 atau 1.000. Kalau harga sedang meroket dan beli cabe 500 cuma bikin tambah kesal gara-gara cuma dapat dua biji, mending ganti aja dengan bahan kering seperti kemiri, merica, ketumbar atau garam. Bisa juga diganti dengan rempah aromatik plastikan yang isinya kayu manis, cengkih, kapulaga, biji pala, kembang lawang dan jintan.
Kalau Nilainya Tidak Bulat
Kembaliannya 100, 200, 300 atau 400. Yang ini susah deh. Mau ditukar barang, ditukar apa? Sudah, ditukar amal aja. Ada kotak sumbangan di situ? Minta penjual untuk nyemplungin kembalian yang seharusnya menjadi hak kita ke situ dalam bentuk uang, bukan permen. Kapan waktunya? Terserah si penjual. Sesegera mungkin lebih baik. Yang jelas setelah dia dapat uang kecil. Perkara si penjual amanah atau tidak, itu urusannya dengan Alloh. Kalau di situ tidak ada kotak sumbangan? Kita titipkan ke penjual. Kalau di warung tetangga biasa tuh begitu. Istilahnya kita ninggal 'tabungan' di situ yang sewaktu-waktu bisa kita belanjakan. Bagaimana kalau kita sedang dalam perjalanan? Nggak mungkin dong nitip 'tabungan' di situ? Cuma ada satu cara: ikhlaskan saja deh. Hitung-hitung kita nyumbang. Duh, urusan uang receh saja kok dibikin sulit? Nggak juga kok. Pada intinya mendidik masyarakat supaya menghargai hak orang lain. Uang kembalian adalah hak pembeli. Jangan dipakai main-main. Kan ada juga penjual yang nakal, malas menyediakan uang receh. Kalau masing-masing pihak saling menghargai hak pihak lain kan enak jadinya. Nah, itu tadi alternatif uang kembalian permen. Ada ide lain, teman-teman? Bagi ceritanya di sini yuk. Yuk, yuk.
saya kalau kehabisan 500/1000, saya solasi uang 200/100an 5 biji, biar praktis. biasa kalau ga disolasi ga mau terima, dimintain permen atau jajan cemilan Mbak
BalasHapusIya mbak. Penjual yang sip ini mbak Tarry!
HapusDitempatku biasane klo yang 500, disusuki masako...klo yang pecah...vetsin renceng. Klo masako, aku mau mb...dikit2. Klo vetsin, tak balikin ke yng jual
BalasHapusVetsin tak pake mbersihin kamar mandi lis. Katanya bisa juga untuk mupuki tanaman. Tapi emang paling ga suka ya kalo dikasih vetsin.
HapusPaling ga suka dikasih kembalian permen...nilai permen kan semakin turun sekarang hehe....diakalinya cari barang-barang yang nilainya kecil tp selalu kepake...
BalasHapusJarang banget dapat uang kembalian receh. Kalo dapat, ya udah ikhlasin buat yang jual. Hitung-hitung amal. :)
BalasHapussaya sih kadang kesel kalau di kasih permen tapi kadang butuh juga buat nyumpel mulut kalau perut lapar tapi ngak ada makanan ;)
BalasHapusIya kadang-kadang dapat kembalian permen juga, tapi sudah jarang. Aku banyak uang receh dari tukang sayur, jadi aku yang nambah uang recehnya. Misalnya kembalian 1800, aku kasih 200 rupiah biar kembaliannya 2000 :)
BalasHapussaya belum lihat kejadian seperti di atas. mungkin karena saya yg nggak belanja ke tukang sayur kali yah :D
BalasHapusPaling sebel kalo kembaliannya diganti sama permen. Kalo di warung sih masih ada alternatif lainnya seperti yang mbak paparkan diatas. Nah, kalo di tempat fotokopi gimana? :(
BalasHapuskalau ke tukang sayur memang bisa digenepin dgn tomat 1 butir atau bumbu apa yg murah. kalau di swalayan dapt permen. biasanya langsung direbut sama anak saya itu permennya :p
BalasHapus