Baca juga: Kisah Lansia
Saya tahu, Bapak hanya manusia biasa yang punya kekurangan. Namun sebagai orang tua, Bapak adalah sosok yang mulia bagi kami. Bapak tipe orang tua yang serius tapi lucu. Di sela kedataran ekspresinya, selalu ada hal menggelikan terselip. OpnameRasa bahwa Bapak akan pergi sudah dimulai ketika Bapak diopname pada Oktober lalu. Kadar Hb Bapak drop. Di rumah sakit itulah Bapak mulai menunjukkan tanda-tanda. Saat Bapak memanggil saya, sudah ada perasaan 'deg' di hati saya. Saya pulang ke Jogja menjenguk Bapak. Dua hari di Jogja, saya sudah harus kembali ke Madiun. Itulah saat terakhir saya bertemu Bapak. Ada air mata di sudut mata Bapak ketika saya berpamitan.
Saat diopname itu juga Bapak memberi tahu Ibu bahwa surat keputusan sudah diterimanya.
"Aku wis entuk skep," kata Bapak.
Skep yang dimaksud adalah singkatan dari surat keputusan. Ibu pun paham bahwa ini artinya sudah tinggal menghitung hari.
"Diumumkan kepada seluruh warga bahwa majelis pelayatan Bapak Sudjono diundur."
Begitu kurang lebih isi pengumumannya yang dibaca Bapak dalam Bahasa Jawa dengan gaya siaran lewat pengeras suara masjid. Barangkali itu untuk menjawab perkiraan orang bahwa Bapak mungkin akan meninggal di rumah sakit.
Selain itu Bapak juga berkata bahwa orang yang menjemput Bapak sudah datang.
"Itu di sana. Di dalam lorong," kata Bapak.
Tak hanya itu, Bapak juga minta diambilkan guling padahal Bapak sangat jarang tidur dengan guling. Bagi yang paham tentu akan segera tahu guling yang dimaksud. Di dalam kubur, mayat seorang muslim akan dimiringkan ke arah kiblat dengan bagian punggung diganjal 'guling' dari tanah. Menurut penafsiran saya, itulah guling yang dimaksud. Wallahu a'lam.
Pulang dan Lalu Pulang
Sepulang dari rumah sakit, Bapak membaik, namun tetap memberikan pertanda. Ingatan Bapak sudah mulai terkunci di masa lalu. Bapak sering menganggap saya masih tinggal di Jogja. Lalu Bapak juga menangis usai bercerita tentang masa kecilnya. Di lain kesempatan Bapak menangis sedih dan ketika ditanya sebabnya, Bapak menjawab karena di antara seisi kampung, nilai Bapak paling rendah. Nilai apa, tidak ada yang tahu.
Di minggu-minggu terakhir kehidupannya, yang dibicarakan Bapak berkisar antara data dan tim. Kata Bapak, tim Bapak dari Arab sudah datang dan menunggu di bawah pohon. Dan banyak lagi yang kesemuanya makin menguatkan praduga kami bahwa waktu Bapak hampir habis.Akhirnya, menjelang maghrib di hari Selasa, 29 Desember 2015, Bapak kembali menghadap-Nya. Inna lillaahi wa innaa ilayhi rooji'uun.
#Usai Bapak pergi, yang tersisa hanya kenangan dan bekas-bekas kesabaran Ibu. Kursi roda, tongkat, perlak kasur adalah sedikit dari bukti kesabaran Ibu merawat Bapak. Hampir empat puluh dua tahun usia pernikahan Bapak dengan Ibu. Sebuah perjalanan panjang dua insan yang disatukan-Nya dalam ikatan suci. Semoga Bapak mendapat ketenangan di alam sana dan semoga Ibu ridho dan ikhlas serta tabah menerima takdir ini. Aaamiiin.
Innalillahi wa inna ilaihi raajiuun
BalasHapusAku beberapa kali denger cerita ttg orang2 yang 'diberitahu' kabar kematiannya seperti Bapak Mbak Diah ini. Aku rasa beliau istimewa karena pernah denger ada juga cerita berbeda; seseorang ketakutan ketika didatangi 'tim' yg Bapak Mbak Diah sebutkan.
Semoga Bapak khusnul khatimah ya Mbak Diah
Kalau yang ditinggalkan sudah siap, para takziah juga lebih tenang biasanya mbak..beda klo melayat, trus keluarga jenazah sampai pingsan2..jadi tmbah trenyuh..
BalasHapusInnalilahi wa inna ilaihi roji'un....Bapak telah menemukan tempat terindah di sisi Allah SWT ya mba...
BalasHapusInnalillahi wa inna ilaihi raajiun...
BalasHapusAllahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu...