KEB

KEB

BPN

BPN

About Me

About Me
Diah is here! Mom of three boys.

Apa Kabar Momongannya?

12 komentar
[Ilustrasi ]
Di tempat belanjaan di pagi hari.
Si A:"Apa kabar momongannya?"
Si B: "Baik. Hari ini momongan saya minta alpukat."

Momongan, artinya yang diasuh. Istilah ini bisa mendadak muncul saat seseorang merawat orang tua yang sudah tak bisa apa-apa lagi. Seperti dalam ilustrasi percakapan tadi.

Selain istilah momongan ada juga istilah 'bayi' dan 'balita'. Sudah barang tentu keduanya merujuk pada objek yang sama: orang yang sudah sepuh dan harus selalu dibantu dalam banyak hal.

Sepintas tak ada yang salah dengan istilah-istilah tadi. Tapiii...kalau ditelisik, ada aroma kurang senang di sana. Bayi, balita, momongan identik dengan 'merepotkan'. Dalam tanda kutip, ya. Mengasuh mereka itu adalah membuat repot. Badan besar tapi perilaku kayak anak kecil. Mandi tak bisa, cebok tak mampu, makan pun harus disuapi deeste deesbe. Uh, merepotkan!

https://ausathmedia.files.wordpress.com/2011/06/ivatan_old_woman.jpg?w=141

Kadang secara tak sadar, pengasuh 'bayi' tadi curhat ke orang lain. Ya manusiawi lah curhat karena lelah mengurus 'momongan' tadi, cuma kadang curhatnya 'keterlaluan'. Pakai tanda kutip lagi, ya. Keterlaluannya itu kadang curhatnya di depan si 'momongan'. 'Momongan' yang tak bisa bicara jelas tapi mungkin masih jelas pendengarannya bisa terluka hatinya.

Andai si 'momongan' bisa, tentu ia tak mau merepotkan siapa pun. Tapi nyatanya ia sedang tidak bisa. Ketentuan Alloh telah berlaku kepadanya bahwa siapa pun yang dipanjangkan umurnya akan kembali seperti anak kecil. Rewel, penuntut, penakut dan lain-lain.

Bayangkanlah kita yang menjadi 'momongan', tak sedihkah hati kita ketika anak atau pasangan kita menyebut diri kita dengan 'momongan'?

Alangkah baiknya jika kita tetap sebut 'momongan' kita dengan panggilan yang biasa kita sematkan kepadanya. Bapakku, Ibuku, Nenekku, Kakekku dan seterusnya. Bukankah menjaga lisan dari perkataan buruk kepada orang tua itu harus? Mengucapkan "Ah!" kepada orang tua yang sudah renta saja dilarang, apalagi memanggil mereka dengan panggilan yang meremehkan.

Tak ada lagi 'momongan', 'bayi', 'balita', 'pasien' atau apapun itu. Setuju?

Related Posts

12 komentar

  1. Sebenarnya kuncinya ikhlas ya mak...pasti g akan keluar kata2 'merepotkan' itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ikhlas itu ilmu yang paling sulit diterapkan ya mak. Untuk kasus ini, ada trik khusus juga, yaitu membatasi bicara berlama-lama dengan orang lain biar nggak ada kesempatan curhat. Hehe...beeraaat...

      Hapus
  2. Pas baca ilustrasinya, aq nangkepnya bebi sitter anak Mbak, eh ternyata bukan.

    Di sini juga ada gitu Mbak Diah. Kalo ada ortu sepuh yg udah ga bisa apa2, anak2 yg merawat nyebut beliau sebagai momongan.
    Tulisan ini makjleb banget buat yg suka blg itu hiks (eh saya ga lo yaa hihihi)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, nggak tega dengar yang seperti itu. Kesannya meremehkan gitu. Semoga kita bisa menjaga lisan kita ya. Aaamiiin.

      Hapus
  3. Oh..tak pikir momongan ki bahasa lain/ istilah lain dari anak mbak.... "Sudah punya momongan mbak"....... Ternyata biasa untuk manula

    BalasHapus
  4. saya mah berpikirnya momongan itu adalah bayi atau anak kita :)

    BalasHapus
  5. Gak tahu kenapa klo bukan bayi atau anak balita rasanya kok kurang sreg ya dipake kata "momongan"...
    Ga enak aja di hati rasanya.
    Padahal klo memang maksudnya bayi atau balita sebetulnya gak ada konotasi negatif juga ya..tp klo yang dimakusdkan orang sdh sepuh, jadi ga enak ya dengernya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak. Konotasinya negatif. Sedih dengarnya.

      Hapus
  6. iya juga sih ya kalo ada orang yang nyebutin kata momongan kesan nya tuh kaya kurang sopan, mending bilang aja to the point, misalnya mau beli alpuket buat dede, atau buat nenek, buat kaka kan lebih enak dengernya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Kurang sopan. Mending langsung saja ya. Lebih enak didengar.

      Hapus

Posting Komentar