KEB

KEB

BPN

BPN

About Me

About Me
Diah is here! Mom of three boys.

Sogi Aku Di Sini

14 komentar
Lagi demam lagu 'Sakitnya Tuh Di Sini', tiba-tiba muncul versi baru yang dinyanyikan anak kecil, 'Sogi Aku Di Sini'. Adudududuh...

Yang mana, yang kayak apa, sih? Tidak usah dicari di youtube, ya. Soalnya memang tidak ada di sana, tapi di sini, di rumah saya.

"Sogi, Sogi aku di sini."
"Sogi, Sogi aku di sini."


Pertama kali mendengar anak saya bernyanyi-nyanyi begitu saya tidak terlalu memperhatikan. Lama-lama penasaran juga, lalu saya tanya.

"Lagu apa tuh, Mas?"

"Sogi," jawabnya.

"Sogi itu siapa?" tanya saya lagi.

"Nggak tahu."

Sepintas saya, sih merasa pernah dengar nada lagu itu, tapi lagu apa saya tidak tahu. Baru beberapa waktu kemudian di suatu sore anak saya menyanyikan itu lagi saat lagu betulannya diputar keras-keras oleh tetangga saya.

"Sogi, Sogi aku di sini."

Astaghfirulloh. Ternyata lagu itu. Ternyata dari sana anak saya dapat lagu itu *nunjuk rumah tetangga*


Kesal. Mangkel. Jengkel. Itulah perasaan saya. Ya, bagaimana tidak? Di rumah, kami memang sebisa mungkin menghindari paparan musik.

Saya nyaris tak pernah mendengarkan dan memperdengarkan musik. Musik, lagu, jika ada pun yang miliknya anak-anak, kebanyakan soundtrack acara TV untuk anak.

Sebelum 'Sogi' pernah juga anak saya ketularan lagu 'Pokoke Joget' dari tetangga yang lain lagi.

Susah betul membentengi anak dari meniru-niru, apalagi yang ditiru adalah perilaku orang dewasa di sekelilingnya.

Berkenaan dengan 'Sogi', saya bilang kepada anak saya kalau itu lagu dewasa dan dia tidak boleh menyanyikannya. Tapi, karena tetangga yang memutar lagu itu keras-keras masih setia menyetel sampai suaranya ke mana-mana, maka anak saya bukannya jadi berhenti menyanyikan 'Sogi' malah makin fasih.

Terus terang ini membuat saya kepikiran. Kalau sekedar lagu mungkin saat ia bosan ia akan berhenti sendiri. Tapi kalau lebih dari lagu? *elus dada*

Harapan saya, melalui tulisan ini, bagi siapapun yang gemar memutar musik atau menyetel TV keras-keras hendaknya introspeksi. Siapa tahu ada tetangga Anda yang punya prinsip berbeda dalam menyikapi muatan sebuah hiburan.

Dan, ya, tidak ada kebebasan mutlak, bukan?

Related Posts

14 komentar

  1. dampaknya bener2 ya mak uat anak2,disini juga banyak yg nyanyi itu,anak2 pula :(

    BalasHapus
  2. iya mak. sudah gitu yg nyetel pun orang baik2 yg juga dihormati. jd mau kasih tau gimana ke anak, wong yg nyetel ya orang baik. beda kl yg nyetel orang kurang baik, kita bisa bilang "jangan niru2. nanti jd ketularan nggak baik."

    BalasHapus
  3. anak-anak adalah penghafal paling kuat apa-apa yang dilihat dan didengarnya. Keluarga adalah benteng yang paling terakhir menjaga anak-anak dengan semua yang dipelajarinya

    BalasHapus
  4. Banyak anak-anak yang kayak gitu :)

    BalasHapus
  5. mak... ponakan saya juga gitu.... fasih banget nyanyi sampai jogetnya...
    kadang kita susah sekali benar2 menghindari hal itu...
    di TV ada, di tetangga ada, di pasar diputar lagu itu dimana-mana diputar, mungkin disekolah anak-anak juga brcanda dan mempraktekkan itu bersama-sama....


    kalau kakak saya menyiasatinya adalah dengan membuat anaknya sibuk sehingga tidak terlalu banyak mendendangkan lagu itu....(meskipun bisa)

    misal sore mengantarnya ke TPA yang tidak hanya membaca iqra tapi juga mengajarkan dendangan shalawat2, sesampai dirumah mamanya menanyakan diajaarkan apa? kalau anak sudah bercerita, mamanya meminta agar mengajarkan pada adiknya, mamanya dan papanya.....

    maka yang jadi trend dalam keluarga tsb lebih banyak menyanyikan sholawat, bukan lagu dewasa, mamanya juga kadang meminta anaknya menelpon nenek dan eyangnya supaya menunjuukkan kebolehannya....

    kalau lg selo dan tiba-tiba anak menyanikan lagu dewasa lagi, mamanya memanggilnya dan meminta anak tsb membantu mamanya, misal mama yg lagi masak minta anaknya memasukkan sayuran atau memetik sayur2annya....

    pokoknya mengalihkan perhatian anak mak....

    hehehe itu yang saya lihat dari kakak saya....

    BalasHapus
    Balasan
    1. bagus tuh idenya mbak, dibikin sibuk ya. makasih sudah berbagi info.

      Hapus
  6. Anak-anak mendengarkan lagu dewasa ya mbak -,- , padahal tuh lirik cuma diulang" aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebelumnya juga ada, sebelumnya lagi juga. zaman dulu juga ada aserehe. kayaknya semua zaman ada.

      Hapus
  7. kalo bisa jauhkan anak anak sama lagu2 dewasa -_- miris banget kalo liat anak jamana skrg lebih hafal lagu sakitnya tuh disini dibanding lagu daerah atau lagu indonesia raya -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul mas. lagu kebangsaan juga bagus. daripada sakit nggak sembuh-sembuh, hehe

      Hapus

Posting Komentar