KEB

KEB

BPN

BPN

About Me

About Me
Diah is here! Mom of three boys.

Kepada Yth. Ny. Almarhum Broto

10 komentar

Ini adalah sebuah kisah tragis akibat kurang memperhatikan penggunaan istilah. Semoga bisa diambil hikmahnya.

Sebut saja namanya Eyang Broto. Usianya sudah senja. Beliau sudah lama menjanda sejak kematian sang suami.

Suatu hari Eyang Broto marah besar. Ada kejadian apa sehingga  beliau sampai marah seperti itu? Siapa pula yang tega membuat seorang nenek yang sudah sangat tua menjadi marah?

Ternyata hari itu Eyang Broto menerima sebuah undangan pernikahan cucunya. Pada sampul undangan itu tertulis: Kepada Yth. Ny. Almarhum Broto. Tulisan itulah yang memantik kemarahan beliau. Anak dan menantunya yang mengantarkan undangan itu sekaligus yang empunya hajat pun menjadi sasaran kemurkaannya. "Apa kalian mendoakanku untuk segera mati?!", begitu kata Eyang Broto.

Sayang seribu sayang, sang anak dan menantu tak bisa menjelaskan maksud mereka. Sang anak dan menantu hanya ingin menyebutkan bahwa sang ayah, yaitu suami Eyang Broto,telah meninggal dunia. Bagi mereka, tidaklah pantas melupakan sang ayah meski sang ayah telah meninggal dunia. Akhirnya ketiga orang itu bertengkar. Masing-masing pihak merasa tak punya kesalahan. Hubungan kekeluargaan pun retak,hanya karena kurang memperhatikan penggunaan kata.

Menurut saya, jika memang ingin menyebut ketiadaan suami Eyang Broto, seharusnya dalam undangan itu tertulis Kepada Yth. Ny. Janda Broto. Bagaimana menurut Anda?

Related Posts

10 komentar

  1. biasa nya kalau seperti itu kan memakai nama asli si ibu nya, dengan tidak lagi memakai nama suami yang sudah almarhum,,,
    misalnya . Kepada Yth. Ny. Sari .... (istri alm. broto)

    BalasHapus
  2. Saya sependapat dengan mak adel...yang mengundang harusnya juga berpikir sedikitlah siapa saja kalau bunyi undangannya seperti itu ya pasti marah...apalagi yg diundang sudah sepuh, pasti lebih sensitif.

    BalasHapus
  3. @Mak Adel: setuju. harusnya bgitu ya. toh ibunya sendiri, jd pasti sdh tau namanya ya.

    @Mak Irowati: iya mak, makin sepuh makin sensitif. eyang ini usianya sampai nyaris 90 th. dan skrg sdh meninggal dunia.

    BalasHapus
  4. eh, maaf, ralat komentar sblmnya. eyang ini usianya nyaris 100 tahun. beliau lahir th 1911.

    BalasHapus
  5. Sehaeusnya sih ga usah ditulis jg almarhumnya, toh si eyang tidak menikah lg. kalau saya pribadi lbh pilih nama asli walau sudah menikah.

    BalasHapus
  6. @mak Melati: iya mak. nama kita kan yg paling akrab di telinga kita sendiri ya.

    BalasHapus
  7. ini dr anaknya sendiri kn mak undangannya,,kok kyknya anaknya agak keterlaluan ya mak,,klo ditempatku eyang ya ngga usah dikasi undangan wong msh sedulur kok,,dikasi tau lisan aja,,klo kejadiannya kyk gni ya ngga salah klo si eyang marah2,,

    BalasHapus
  8. iya mak tita. itu anaknya sendiri. sayang mmg knapa bisa kejadian spt itu. mgkin jg krn tidak sempat sowan ke eyang n menyampaikan kl mau punya hajat, jadilah pakai undangan.

    BalasHapus
  9. haha.. antara ketawa dan sedih ya mak

    BalasHapus
  10. iya mak tanti. tragis beneeer itu.

    BalasHapus

Posting Komentar