KEB

KEB

BPN

BPN

About Me

About Me
Diah is here! Mom of three boys.

Update: Jilbab Gadis vs Hijab Ibu-ibu

2 komentar
jilbab


Zaman dulu, waktu saya masih kecil, istilah yang dipakai untuk kain penutup kepala adalah 'kerudung' alias 'kudung'.

Pada umumnya berbentuk segi empat panjang yang dipakai di kepala dan dililitkan ke leher.

Lalu istilah kerudung banyak ditinggalkan saat hadir istilah 'jilbab'. Intinya sama, kain penutup kepala.

Hanya saja, saat itu kerudung bermakna lebih luas, bentuk atau model seperti apa saja asal dimaksudkan sebagai penutup kepala maka dikategorikan sebagai kerudung meski sebagian rambut, telinga dan leher masih terlihat (jadi ingat Red Riding Hood).

Jilbab Di Mata Saya


Sedangkan jilbab bermakna lebih khusus, yaitu kain yang dipakai sebagai penutup kepala, telinga dan leher serta sebagian dada.

Bahkan di tahun 1990-an ada pengelompokan jilbab menjadi dua, yaitu jilbab dan jilbib. Yang angkatan Majalah Annida mungkin pada tahu ini. 😁😁😁

Jilbib ini ukurannya lebih mini daripada jilbab pada umumnya. Ada-ada aja, ya.

Maklum, saat itu pemakaian jilbab sedang menggeliat, salah satunya diawali dengan populernya syair Emha Ainun Najib Lautan Jilbab di tahun 1980-an.

Meskipun mendapat tekanan dari sana-sini dan juga karena iklim pemerintah saat itu kental diwarnai islamophobia, jilbab terus naik daun hingga akhirnya menjadi model busana yang dipakai banyak kalangan dengan beragam gaya dan corak.

Di awal 1990-an pengguna jilbab itu masih belum sebanyak sekarang. Meski begitu, pemakaiannya terus-menerus. Jarang ada jilbaber (begitu dulu penyebutannya) yang lepas-pasang jilbabnya.

Kalau dulu lihat orang berjilbab itu rasanya nyaman. Soalnya perilakunya juga biasanya mengikuti aturan agama.

Sekarang beda lagi. Jilbab sudah tidak dilarang dipakai tetapi penggunaannya seperti sekadar 'seragam'.

Seragam saat ke pesta pernikahan, wisuda, seragam untuk menyambangi orang sakit atau meninggal dunia, seragam sekolah, kuliah dan bekerja.

Tidak jarang kita temui seorang muslimah pakai jilbab saat acara resmi, tapi tak berjilbab saat acara santai.

Sedih. 😢

Baca juga: Busana Muslim: Identitas Atau Seragam?


Hijab Dalam Pandangan Saya 


Belakangan muncul istilah 'hijab', yang menurut saya lebih khusus lagi daripada istilah jilbab tadi.

Pada awalnya, saya melihat penggunaan istilah hijab itu merujuk pada kerudung yang lebih besar, berwarna tak terlalu mencolok, dikenakan bersama dengan busana yang syar'i alias sesuai syariah.

Saya sempat berharap semoga nasib hijab ini tak seperti jilbab yang kemudian punya 'adik' bernama jilbib.

Tapi ternyata hijab tetap punya 'adik' juga. 😣


Hijab, yang saya lihat pada tahun 2000-an lebih baik nasibnya. Ia dipakai di mana pun pemakainya berada, kecuali di dalam rumah.

Tampilannya pun biasanya sederhana dilihat dari potongan dan coraknya.

Jarang saya lihat muslimah berhijab yang mengenakan hijab warna jreng atau motif-motif ramai nan mengundang decak.

Kebanyakan memilih warna kalem, lembut tapi tidak pinky-pinky, bahkan warna gelap. Pun tak banyak yang bermotif. Jika ada biasanya dipadu dengan kain polos.

Baca juga: Suka-Duka Hijabku: Pengalaman Unik Saat Berhijab

Namun, belakangan hijab juga tampil lebih jreng dengan pilihan warna terang dan model yang beragam. Sampai-sampai ada hijab yang asal panjang saja tapi tak sesuai kaidah berbusana.

Contohnya hijab penguin yang panjang menutup dada dan punggung hingga ke pantat tapi mempertunjukkan bagian pundak dan lengan atas. Entah dibuat model jepitan di pundak atau memang potongannya seperti itu.

Jilbab-gadis
'Adiknya' Hijab

Berkali-kali saya melihat pengguna hijab model ini tersingkap saat mereka mengendarai sepeda motor. Padahal sudah susah-susah pakai sarung tangan motor segala, eh hijabnya berkibar kena angin.

Sayang, kan kalau niat berhijab tapi tak kesampaian karena salah pilih model?

Jilbab Saat Masih Gadis dan Saat Sudah Jadi Ibu

Saya sendiri saat masih single suka mengenakan jilbab. Waktu itu jilbab yang banyak beredar adalah jilbab kain segi empat.

Saat masih bekerja kantoran pun saya mengenakan jilbab seperti ini. Dipadu dengan atasan dan celana panjang serta kaos kaki.

Lucunya, kaos kaki ini pun saya padankan warnanya dengan jilbab dan atasan. Koleksi kaos kaki saya cukup banyak waktu itu. Ada ungu, oranye, merah, kuning, krem dan putih.

Saat itu saya menghindar dari warna hitam soalnya kalau beli jilbab warna hitam pasti dimarahi ibu.

Mungkin ibu khawatir saya kelihatan makin kurus kalau pakai baju dan jilbab warna hitam. Ya minum susu ibu hamil aja kalau gitu. Eh. 😁😁😁

Setelah menikah dan punya anak, gaya saya berubah. Sekarang saya lebih suka mengenakan rok dibandingkan celana panjang. Bahkan saat ini saya hanya punya satu setel celana panjang!

Rok, celana rok muslimah dan atasan yang panjang hingga menutup pantat adalah pakaian wajib saya. Dipadu dengan jilbab panjang menutup dada hingga perut.

Sepertinya tidak praktis ya, namun saya sadar bahwa seharusnya memang seperti itu, soalnya bentuk tubuh perempuan yang pernah hamil memang berbeda. Jadi saya merasa lebih aman dan tentram berada di balik hijab model itu.

Lalu, apakah dengan begitu saya bisa tampil bergaya? Tentu bisa. Pilihan warna yang beragam bisa jadi salah satu caranya. Asal tidak mencolok dan mengundang perhatian karena saking anehnya.

Cara lain adalah dengan menyetok jilbab dengan warna-warna wajib seperti putih, krem, hitam (sekarang saya tidak lagi antihitam 😉), serta padu padankan busana.

Bahkan saya punya gamis juga sekarang. Gamis batik dengan warna yang mirip tanah jadi pilihan saya.

Saya juga memilih hijab cantik dengan warna polos biar mudah dipadupadankan dan hemat.

Jilbab, Hijab atau yang Lainnya


Sekarang ada juga istilah khimar. Bedanya apa jilbab atau hijab dan khimar?

Bingung juga saya membedakannya. Beda atau sama? Sekadar beda nama atau memang berbeda?

Sepanjang yang saya tahu, khimar ini berarti kerudung alias penutup kepala. Khimar menutup sampai ke dada. Jilbab gedelah kalau kata saya.

Sedangkan jilbab dan hijab sendiri sebetulnya adalah pakaian luar panjang yang menutup aurat. Pakaian syar'i. Ringkasnya begitu. Cmiiw.

Salah kaprah, ya berarti?

Hehehe...tak apalah. Yang penting muslimah senantiasa berusaha berbusana yang sesuai aturan. Iya, kan?

Agar berbusana tidak sia-sia, niatkan juga untuk beribadah. Niatkan berhijab untuk menaati perintah Alloh bukan sekadar ikut tren.

Semoga yang berhijab istiqomah. Semoga yang belum segera menyusul. Semoga Alloh meridhoi kita. Aaamiiin.

Diperbarui pada 30 September 2019.


Related Posts

2 komentar

  1. Jilbab adek saya banyak sekali, warna-warnanya komplet dan yang paling suka sih dia suka bikin model-model gitu jadi kelihatan selalu cantik.
    Kadang juga dia suka main-main dengan pashmina koleksi saya :)

    Salam kenal :)

    BalasHapus
  2. wah...banyak koleksi menyenangkan ya...salam kenal jg.

    BalasHapus

Posting Komentar