Catatan: tulisan ini bukan mengkritisi mereka yang harus berpisah dari keluarga dengan alasan syar'i.
Dia berdiri menunggu di halaman sekolah di bawah pohon trembesi yang gagah. Dia menggeleng saat saya tanya apakah sudah dijemput. Saya terenyuh, sedih dalam hati. Hari ini, gadis kecil itu mengambil rapornya sendiri tanpa ditemani ayah atau ibunya.Teman-temannya hari ini ada yang dipangku ibunya, ada yang duduk bersebelahan dengan ibunya, ada yang menangis karena terjatuh lalu dihibur ibunya. Hari ini semua anak di sekolahnya mengambil rapor ditemani ibu atau nenek mereka, kecuali dirinya dan seorang temannya. Seorang anak laki-laki yang juga mengambil rapornya sendiri.
Ibu si gadis kecil baru saja meninggalkannya dan ayahnya untuk bekerja di negeri orang. Demi rupiah yang berlebih, ibu si anak laki-laki kecil malah sudah lebih lama lagi berada di negeri tetangga. Saya termangu. Sebesar itukah pengorbanan mereka, anak-anak kecil yang tumbuh tanpa kasih sayang ibu? Ibu mereka menjauhi mereka dengan alasan yang kadang teramat sulit dimengerti.
Uang? Pekerjaan? Status? Kesempatan? Dengan suami di sisi mereka yang masih sanggup menafkahi, bagi saya sungguh tak bisa dilogika apalagi dirasa. Untuk apa? Untuk apa?
:(
BalasHapusIngat dg anak saya bbrp waktu lalu. Dia tiba2 nangis waktu saya tanya, hanya iseng bertanya, apa pendapatnya kalau sy bekerja.
Saya kasih perumpamaan, kalau sy kerja dia bs beli mainan semaunya, kalau sy di rumah dia harus bersabar jika ingin membeli sesuatu. Dan sy terharu karena dia memilih saya di dekatnya.
Sedih ya kalo liat anak-anak yang terpaksa harus ditinggal orangtuanya merantau demi mencari sesuap nasi. Di kampung saya banyak...orangtua muda yang meninggalkan anak-anaknya dititipkan ke kakek neneknya...
BalasHapussemoga kita bisa menjadi ortu yang bisa berada di dekat si buah hati, ya, menyaksikannya tumbuh. amin
BalasHapusdilema para buruh migran ya mbak... itu para ibu- bapak mrk pada merantau semua..? ditempatku, klo yang sampai ln nggak bnyak...rata2 dipabrik, dan anak kmd menjadi "jatah" para kakek-nenek....
BalasHapussemoga anak-anak itu tumbuh menjadi generasi yang kuat ya Mbak. Walau tidak dipungkiri pasti ada ruang kosong di hati mereka kelak...
BalasHapusNgga sanggup bayanginnya, Mbak.. :( Pasti sedih rasanya :'
BalasHapusBanyak anak seperti ini di sebagian besar desa di negeri ini. Semoga mereka tumbuh jadi anak yg bermental kuat dan tegar.
BalasHapusHwuaaaa.... sedih. Kasian yah.
BalasHapusKasian banget, ga ada keluarga lainkah? Om atau tantenya? Klo soal uang memang susah juga, mungkin kalau tidak bapaknya tidak kerja, anak itu ga bisa sekolah. Oya, anak itu kan tinggal sama keluarga dong, apa semuanya sibuk? Btw sy punya murid smk yg dari cerita si anak dia selalu ngambil rapot sendiri sejak sd. Dan itu tidak berlaku di smk kami. Anak itu bahkan diketahui mengidap suatu penyakit be jolan di kepala. Setelah walikelas homevisit bbrp kali barulah anak itu dibw ke rs. Ibunya sibuk kerja pabrik dan bapaknya supir pribadi. Untung masi ada neneknya.
BalasHapusSemoga anak itu tumbuh jadi anak yang sehat, soleh dan pintar. Biasanya mereka akan bermental baja dan teguh hati :')
BalasHapusSaya juga waktu sekolah sering ambil raport sendiri :)
BalasHapustapi ga selamanya boleh si, seingat saya pas sudah smp/smu harus sama wali & pernah akhirnya saya minta diambilkan sama bapanya temen hehe
Walau pengennya kaya anak2 lain tapi karena ibu/bapak saya juga guru yang mana biasanya hari itu juga sibuk membagikan raport ya jadi nerima aja hehe