Catatan:
Tulisan ini merupakan artikel bersponsor.
Sebagai ibu, saya tahu persis bagaimana keadaan suasana hati anak saya. Kedua anak saya yang hanya berselisih usia 14 bulan memiliki karakter yang berbeda. Tidak terlalu jauh sih, karena dalam beberapa hal mereka terlihat sama, tapi tetap saja mereka memiliki keistimewaan sendiri-sendiri. Damar, anak saya yang pertama, terlihat sangat kinestetik dan sangat visual. Sedangkan Darojat, anak saya yang kedua, cenderung kinestetik auditori. Untuk menyelami kedua karakter ini, saya perlu meluangkan quality time bersama mereka. Kebetulan kedua anak saya ini bersekolah di SD yang sama. Damar kelas 2, adiknya kelas 1. Biasanya ketika mereka pulang sekolah, mereka akan bermain dulu sebelum sampai di rumah. Jadwal pulang sekolah adalah pukul 13.45. Sampai di rumah kira-kira pukul 14.00. Sebenarnya jarak antara rumah dengan sekolah sangat dekat. Kalau berjalan kaki kira-kira hanya 3 menit saja. Sangat dekat sekali. Lalu, mereka ngapain aja selama 15 menit setelah bel pulang? Biasanya anak-anak saya tidak langsung pulang. Mereka bermain dulu di sekolah sebentar. Kadang-kadang mereka beli jajanan di kantin atau di toko milik sekolah, lalu ngobrol dulu dengan teman-temannya yang menunggu jemputan. Ya, risiko rumah terlalu dekat dengan sekolah. Hahaha... Ketika sampai di rumah biasanya mereka ucap salam lalu langsung bercerita kepada saya. Bahkan meski muka saya belum terlihat pun mereka sudah mengeluarkan segala bahan cerita yang mungkin sudah dipendam seharian. Duh, jadi tersanjung. Dalam hati saya membatin, "Berarti saya ini berharga buat mereka, ya?" Apaaa saja mereka ceritakan. Mulai dari hal-hal yang (menurut mereka) menakjubkan di sekolah, tingkah laku teman, gosip-gosip, perolehan bintang prestasi, sampai membicarakan soal nilai dan guru-guru. Menurut saya itu adalah saat-saat yang sangat menyenangkan. Saya berusaha untuk selalu siap mendengarkan cerita mereka ketika mereka baru saja tiba dari sekolah. Sungguh quality time yang berharga bagi saya dan anak-anak. Kapan lagi ada saat seindah ini? Dua tahun lagi mungkin mereka sudah lebih sibuk dengan teman daripada dengan saya. Time flies so fast, kan?
Lain lagi ceritanya dengan suami saya alias bapaknya anak-anak. Suami saya seorang yang suka bekerja. Workaholic. Tuntutan kerja di perusahaan keluarganya memang mau tidak mau menjadikannya harus lebih banyak berfokus pada pekerjaan kantor. Tidak jarang pas malam minggu pun beliau pulang larut seperti biasa. Hari Minggu kadang ada rapat manajemen. Terus, quality time-nya kapan dong? Nah, biasanya setiap mau akhir pekan atau hari libur, suami saya menugaskan anak-anak untuk bikin rencana liburan kecil-kecilan.
Merancang Quality Time
Biasanya yang muncul di daftar 'tujuan wisata' adalah kolam renang dan gunung. Kebetulan tempat tinggal kami dekat kaki gunung. Liburan ke gunung biasanya diawali dengan sarapan di warung nasi pecel dekat kaki gunung, lalu naik sepeda motor ke gunung, mampir duduk-duduk di tepi sawah sambil lihat pemandangan, nyemplung ke kali yang airnya jernih. Anak-anak saya sangat menyukai kegiatan fisik. Mungkin karena mereka itu laki-laki, yang secara natural, senang bergerak dan senang berkeringat.
Ngobrol berempat sepanjang perjalanan itu sudah quality time banget. Kata suami saya, penting sekali menanamkan memori indah di masa kecil yang akan diingat anak ketika ia dewasa kelak.
Kalau dipikir-pikir, sebetulnya quality time kami lebih banyak terbentuk ketika dalam bepergian. Misalnya perjalanan pulang kampung pada waktu lebaran dari Madiun ke Jogja atau saat saya dan anak-anak ikut 'perjalanan dinas' ayahnya ke Malang. Berada di dalam satu mobil selama kurang lebih tujuh jam bersama itu adalah sesuatu yang sangat berharga. Sangat jarang di kehidupan sehari-hari, kami bisa berkumpul terjaga selama kurang lebih tujuh jam terus-menerus. Justru itu terjadi ketika dalam perjalanan. Aneh, ya? Haha...Memang kami biasa menggunakan mobil untuk perjalanan pulang kampung. Banyak obrolan selama perjalanan. Ketika waktu makan pun bisa menambah keeratan hubungan. Mampir di restoran atau warung makan dan mencoba menu baru, selalu menggugah topik obrolan baru.
Baca juga: Riding Honda
Namun sekali waktu saya ingin juga mengajak anak-anak untuk bepergian menggunakan alat transportasi lain agar ada nuansa berbeda. Misalnya dengan kereta api. Saya kira anak-anak akan bisa mendapatkan pengalaman baru sekaligus mendapatkan quality time yang juga sama berharganya dengan bila bepergian menggunakan mobil. Anak-anak akan sangat antusias karena mereka belum pernah naik kereta sebelumnya kecuali pada waktu mereka bayi. Akan muncul banyak pertanyaan nantinya. Pemandangan baru, rute, jadwal keberangkatan dan kedatangan yang bisa dijadikan bahan obrolan. Dan yang menarik lagi, anak-anak bisa belajar mengenai tiket kereta api. Kalau naik mobil kan tidak pakai tiket, ya. Nah, pengalaman beli tiket kereta online bisa jadi hal seru untuk didiskusikan.Urusan packing pun bisa menjelma menjadi topik khusus. Tentu berbeda packing untuk naik mobil dengan packing untuk naik kereta api. Harus seefisien mungkin karena tempat bagasi lebih terbatas. Anak-anak bisa belajar memilah barang mana yang super penting dan mana yang tidak. Pintu obrolan terbuka lebar lagi, kan?
Bagi saya, quality time bersama anak adalah saat orang tua bisa ngobrol dari hati ke hati dengan anak. Ngobrol bebas dan bukan bicara dengan tujuan memerintah anak apalagi memarahi.
Menurut saya, anak-anak yang punya quality time dengan orang tua berpotensi menjadi anak yang cerdas, percaya diri dan memiliki kecakapan berkomunikasi interpersonal.
Lucu juga kalau dipikir-pikir, quality time saat bepergian. Haha... Tapi begitulah keadaannya. Setiap keluarga, saya kira, punya kekhasan sendiri menentukan quality time-nya. Kalau teman-teman, pas apa bisa ber-quality time? Cerita, yuk, cerita.
Baca juga tulisan Maria Soraya Azzahra: Ciptakan Trust Pada Anak, Bebas Masalah Di Kemudian Hari
Alya blm pernah juga e mb, bepergian pake kreta. Kapan2 pengen nyoba..jarak deket aja dulu. Jogja-solo paling. Eh..tiba kangen criwisnya darojat... Pasti klo diperjalanan gitu koyo radio....takon wae ra ono entek e☺
BalasHapusSeru pastinya ya menanggapi cerita anak-anak... wahaha...
BalasHapuscita2ku itu ... pengin tinggal di desa yang ada gunungnya (tapi bukan gunung berapi aktif + koneksi wifi kenceng --banyak mau) ... kayaknya hidupnya sehat tentram yaaa ... akuuu mau ikutan antri cerita dooong hehehe
BalasHapusDeket gunung? Duh asyik banget. Pasti dingin ya Mak. Enak ya, kalo aku rumahnya deket gunung juga, mungkin sama. Quality time nya di luar :D
BalasHapusKautsar: mau ga mau sih. soalnya kalo bukan ibu mereka, siapa lagi yang mau memperhatikan mereka? terima kasih ya sudah mampir.
BalasHapusSulis: iya nih. Rojat ki kayak siaran radio. kadang sampe pak sopirnya heran, ni anak kok ga habis-habis batrenya.
Mb Liza: seru-seru capek mbak. haha...
Mb Soraya: di sini juga bukan gunung aktif mbak. iya sih kalo di gunung susah sinyal ya. wadaw...ikut ngantri? jangaaaaan....
Mb Ade: dekat kaki gunung tapi masih panas mbak. ketinggian. 94 meter DPL. tp ga sampai 30 menit naik motor ke arah gunung udah dapet dingin dan segernya.
Sekali2 main ke Kali dekat rumah saya Mbak. Ada DAM Sedah, bangunan peninggalan jaman Belanda. :)
BalasHapusyes, sekarang ekdua anakku meranatu, tapi setiap bulan diusahakan ketemu di bandung, itu bisa nongkrong di kafe berjam-jam untuk ngobrol apa saja dan epsan makan berkali2
BalasHapusmakasih sharingnya mbak. saya masih harus banyak belajar tentang quality time bersama anak
BalasHapusMb Tarry: owh, kayaknya belum pernah denger deh mbak. yang pernah itu bendungan yang perbatasan magetan itu. apa ya namanya.
BalasHapusMamah Tira: bisa berjam-jam ya, ma. waw...asyik banget. apalagi anak dah dewasa itu jadi kayak teman. duh...jadi ingat ibu saya.
Mb Rachma: terima kasih sudah berkenan mampir, mbak. semoga quality time-nya betul-betul berkualitas.
Jarak anaknya mirip sama dua anakku. Btw. Iya juga kudu pinter-pinter bikin quality time. Udah jarang, masa jorjoran. Ih. Mau dong ke gunung. 😊
BalasHapusiya yah Mba, bahkan ngobrol-ngobrol santai saat packing pun bisa dijadikan quality time dan meningkatkan bonding antara ibu dan anak juga tentunya :)
BalasHapusAnak saya juga suka banget ngajak ngobrol, sampe kegerahan diajak ngobrol terus. Tp ngobrol itu quality time banget kok ya
BalasHapusItu sungai berbatunya seger banget, Mbak. Jadi pingin nyempulung ^__^
BalasHapusQuality time itu saat semua waktu bisa digunakan dengan maksimal #kalau saya :D
BalasHapusMungkin karena punya ibu bekerja, aku selalu menunggu kapan bisa pegi bareng Mama. Soalnya kalok uda jalan berdua gitu bahagianya gak terkira, Mbak. :D
BalasHapusSeru banget ceritanya ya mba Diah. Quality time sama anak-anak walaupun dengan cara sederhana selalu berkesan.
BalasHapusSetujuuu bgt.quality time yg terbaik adalah saat komunikasi antar keliarga berjalan baik
BalasHapusWah, asyik banget Mbak makan pecel di kaki gunung. Pecel Madiun mah salah satu favorit saya. Intinya sih selama bersama anak-anak bisa kok jadi quality time tergantung bentuk aktivitasnya. Termasuk jalan atau bepergian jauh juga bisa meningkatkan ikatan bersama ortu. Jadi ngiler pecel :)
BalasHapusBener banget tuh mba, quality time paling baik itu saat bepergian bareng.
BalasHapusKalau saya ditambah juga dengan main bareng plus rutinitas sebelum tidur bareng :)