Jawab beliau, "Kalau orang Ponorogo saya kasih sambelnya banyak, soalnya ini pedes banget."
Ooo...gitu to. Dan memang sambelnya puedes pol! Ini yang makan saya apa sambelnya yang makan saya?? Rasanya memang agak beda dengan sambal pecel Madiun. Lebih asin dan lebih terasa daun jeruknya. Menurut si ibu penjual, meski harga cabai naik, beliau tidak mengurangi jumlah cabainya. Komposisinya tetap 4 kg cabai dan 2 kg kacang tanah. Whuaaa...pantesan... Tapi berhubung suami saya jagoan sambel, suami saya malah girang. Ya ampuuun... Yang juga spesial di sini adalah tempe gorengnya. Tempe bungkus godhong yang lebar, tipis dan gurih. Apalagi pas masih hangat, mmm... Sayangnya saya lupa nggak motret-motret di warung ini. Maaf, ya. Yang penasaran sama warung ini, kalau dari arah Madiun, begitu masuk perbatasan Ponorogo (gapura), belok kiri di lampu lalu-lintas (arah Telaga Ngebel). Ikuti jalan, belok kanan, maju lagi, warung itu ada di kanan jalan, depan toko mobil dan susu. Saya ingat banget toko mobil dan susu itu soalnya aneh aja, mobil kok sama susu. Mungkin jualan mobil itu bisnis si suami, sedangkan bisnis susu itu milik si istri. Hehe...sok tau. Setelah sarapan kami lanjut ke Trenggalek. Rute yang ditempuh melewati Pondok Gontor Darussalam di luar kota Ponorogo. Di perempatan Jabung yang terkenal dengan Dawet Jabungnya itu kami belok kiri ke arah Stadion Pondok Gontor. Rencananya nanti pulang mau mampir ke Dawet Jabung tapi nggak jadi karena hujan deras dan perut sudah penuh. Jalan menuju stadion agak kurang bagus apalagi habis hujan semalam. Setelah itu jalan cukup bagus. Kami naik pegunungan ke perbatasan Ponorogo-Trenggalek. Di jalur pegunungan ternyata merupakan jalur rawan longsor. Tanah longsor di beberapa titik membuat bergidik. Ada beberapa tempat air terjun tersembunyi, tapi itu bukan daerah wisata. Hutan wisata memang sedang dibangun tapi longsor juga menjadi PR tersendiri. Kami juga melewati calon waduk di wilayah Trenggalek. Ngeri juga melihatnya. Gunung dibentengi batu, rumah-rumah akan dipindahkan dari sana. Ya, mestinya sudah ada pertimbangan kenapa tempat itu yang dipilih. Turun dari pegunungan, rute kami sempat melewati wilayah yang jalanannya, masya Alloh, kayak kubangan. Persisnya ada setelah tugu Kecamatan Pogalan di Desa Ngetal, Trenggalek. Ini kenapa kok bisa begini. Terhitung ada 4 titik seperti ini. Nampaknya saluran pembuangan air hujan tidak berfungsi karena tempatnya lebih tinggi dari jalanan. Ya...air mana yang bisa naik sendiri. Setidaknya harus ada lubang-lubang penyaluran ke selokan. Itu kalau warga setempat mau lebih nyaman lho ya. Kalau ikhlas dengan kubangan di depan rumah dan toko mereka sih ya sudah, biarkan saja. Kami juga sempat melewati Tulungagung. Saya yang buta peta Jawa Timur jadi bertanya-tanya. Ternyata kami cuma numpang lewat Tulungagung sebab beberapa waktu kemudian balik lagi masuk wilayah Trenggalek. Kecamatan Watulimo, nah, sudah dekat. Yang menarik di wilayah ini ada dua gunung batu unik. Konon namanya Gunung Sepikul, cuma yang mana itu saya tidak yakin. Gunungnya terbuat dari batu lurus. Saya jadi ingat Tepui di Amerika Latin sana yang tegak lurus dan sulit didaki. Eh, emang pernah ke sana? Sudah, lihat di TV hehehe... Menurut adminnya akun @pesona.trenggalek, Gunung Sepikul ini pernah didaki tapi belum dibuka untuk umum.
ini dia gunung batunya
"Pantainya di mana to?"
Ternyata selain Pantai Pasir Putih ada banyak pantai di wilayah ini. Ada Pantai Prigi, Karanggongso, Damas. Yang dekat dengan Pantai Pasir Putih adalah Pantai Prigi yang merupakan Pelabuhan Penangkapan Ikan. Naik menuju pantai jalanan padat. Yee...banyak temannya. Sebelum masuk wilayah pantai, beli tiket dulu. 10.000 per orang plus 5.000 untuk biaya parkir mobil. Itu biaya di hari libur, ya. Nggak tahu kalau hari biasa. Dan ternyata memang padat. Parkiran pun penuh. Pantainya, jangan ditanya, ramai oleh manusia!
Pantai ini ternyata merupakan teluk yang dilindungi pulau-pulau karang sehingga ombaknya tidak begitu besar. Bayangan saya kan kalau pantai selatan itu samudera ya, pasti ombaknya besar. Ternyata tidak. Jadi aman untuk anak-anak. Di Pantai Pasir Putih ini juga banyak pohonnya seperti pohon kelapa dan semacam waru, jadi bisa berteduh juga. Pokoknya nggak sama dengan bayangan saya soal pantai deh yang panas dan ombaknya besar. Haha...ketahuan deh saya nggak ke pantai selama belasan tahun.
Di pantai juga banyak perahu. Bisa keliling laut dan lihat Jembatan Luna Maya. Gitu sih iklannya mas-mas pengelola perahu. Tarifnya 10.000 per orang tapi harus ngumpul setidaknya 10 orang dulu baru bisa berangkat. Bisa sih tidak nunggu 10 orang tapi tarifnya 70-100.000 tergantung tawar-menwar hehe... Tarif rombongan 150.000. Saya ikut nebeng rombongan lain dengan total penumpang 14 orang dewasa dan anak-anak.
Mas pemandu juga menawarkan rute yang lebih jauh dengan membayar tambahan biaya 10.000 per orang. Tapi berhubung ada rombongan yang waktu bermainnya terbatas, tawaran itu ditolak.
Oya, bagi yang pingin seru-seruan bisa naik speedboat atau banana boat. Bisa juga naik perahu karet berombongan.
Wah, udah lama nggak ke sini. Jadi kangen. ^_^
BalasHapusJauh, ya? Semoga kelak bisa ke sana sekeluarga.
BalasHapusCantik tempatnya. Bayangin hamparan pasir putih, pasti bagus buat selfie. :D
BalasHapusCantik pantainya ;) hihi jaman skrg anak kelas 1 uda bisa minta jalan ya.. tp untung diminta pantai nya bagusss 🤗
BalasHapusPantainya bagus mbaaa masih bersih ga kaya ancol hehe, harga masuknya juga murah sekali :)
BalasHapusKalo inget jalanan Trenggalek yang bagian pegunungan. Itu nyeremin bingit mbak hheee
BalasHapusTpi seru perjalanan wisatanya heee
Damar-rojat mau mbak naik perahu. Anak2ku nggak pernah mau..alasannya takut tenggelam☺
BalasHapusPasti senang tu Mak anaknya udah bisa cerita juga ke teman-temannya.
BalasHapusKirain Pasir Putih tu hanya ada du Lampung, ternyata di Trenggalek juga. Hihi...
Aku pernah ke Prigi (bener ga ya tulisannya). Apa sama dengan pantai ini ya? Daerah Trenggalek juga.
BalasHapuswaah... suka saama pantainya. pasirnya itu lho... pastinya bikin betah anak2 :)
BalasHapusBelum pernah ke sana. Pengen banget. Seru mba Diah ulasannya. :*
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus