Nenek ini bernama Tukinem,
berasal dari Desa Krajan, Kecamatan Paran, Kabupaten Magetan, Propinsi Jawa Timur. Karena tidak dikaruniai keturunan, Mbah Tukinem meninggalkan tanah kelahirannya dan menumpang di rumah keponakannya di Kabupaten Madiun. Menurut pengakuan beliau, usianya kini 85 tahun. Saya percaya saja mengingat fisiknya yang sudah bungkuk dan kepalanya yang bermahkotakan perak.
Mbah Tukinem ini datang ke rumah tiap awal bulan. Untuk apa beliau datang? Meminta-minta? Tidak. Beliau berjualan bawang merah dan bawang putih yang dibawanya dari Magetan. Dari sana beliau naik bis umum ke Madiun. Selain bawang merah dan putih, Mbah Tukinem ini kadang juga berjualan tembakau.
Pada perjumpaan pertama, saya sedang menemani anak-anak bermain di sekitar rumah. Mbah Tukinem datang mendekat dan menawarkan dagangannya. Saat itu saya menolaknya karena saya sudah punya persediaan bawang. Ketika beliau berlalu saya merasa bersalah. Saya berpikir betapa bodohnya saya ini yang rela memberi uang kepada peminta-peminta yang badannya masih segar bugar, sedangkan untuk nenek tua yang tidak merendahkan dirinya dengan meminta-minta malah saya tidak peduli. Saya pun berjanji jika saya bertemu dengannya lagi saya akan membeli bawangnya.
Alhamdulillaah beberapa minggu kemudian saya benar-benar bertemu dengan Mbah Tukinem. Singkat cerita saya pun menjadi pelanggan tetapnya. Setiap awal bulan Mbah Tukinem datang membawa bawang. Mulanya saya membeli dengan harga pas sebagaimana yang beliau tawarkan. Namun belakangan ini saya memutuskan untuk melebihkan pembayaran saya, hitung-hitung untuk sedekah.

Sejak bertemu Mbah Tukinem, saya selektif dalam memberi kepada pengemis, baik yang mengemis terang-terangan maupun yang terselubung. Saya juga punya strategi khusus untuk menolak pengemis. Saya kini lebih suka memberi orang-orang seperti Mbah Tukinem yang tidak merasa segan memanfaatkan sisa tenaga dan usianya untuk meraih kedudukan terpuji, baik dengan rela ataupun terpaksa.

kasihan ya si embah, tapi emang bukan embah biasa, yang masih berjuang demi hidupnya. Salut bwt si embah, semoga embah tetap sehat dan kuat.....
BalasHapuszaman berubah mbak. mnrt cerita beliau, dulu org tua n kakeknya adl lurah desa. suaminya dulu adl mantri hutan. ya begitulah hidup ya mbak. makasih sdh berkunjung.
BalasHapusiya mbak. ibaratnya duluan mana, usahanya atau akhir usianya. itulah yg membuat saya jd 'malas' memberi kpd pengemis.
BalasHapusYang dijualnya hanya yang ada dalam tas itu ya Mak?
BalasHapusWah... berapa untung yg dia bawa pulang jika dia harus naik bus PP Magetan-Madiun ya?
iya mak. ya itulah. tp kl tdk begitu beliau ga dpt apa-apa. konon yg dinunuti suka galak.
BalasHapusSalut buat Mbah Tukinem.
BalasHapusSemoga almarhumah diberi kelapangan dalam kuburnya. Aamiin
mbak Liza: aaamiiin.
BalasHapus