Apa Saja Pekerjaan Rumah Yang Bisa Mulai Diajarkan Kepada Anak Kelas Satu SD?
Yang sederhana dulu seperti yang saya tulis tadi: membawa piring kotornya sendiri ke cucian sekaligus mencucinya. Teknisnya dilaksanakan setiap usai makan. Minta anak dengan sopan, "Piringnya ditaruh di tempat cucian, ya, tolong. Sekalian dicuci, ya." Jangan lupakan kata terima kasih ketika perintah kita dijalankan anak. Ditambah acungan jempol juga boleh, pakai banget. Anak akan senang ketika kerja kerasnya dihargai.![]() |
Sumber gambar: Pexels |
Bisakah anak kelas satu SD melakukan ini? Bisa, insya Alloh. Tentunya secara bertahap. Anak-anak saya sudah saya biasakan mencuci sendiri piring kotor mereka tiap usai makan. Tidak selalu mereka kerjakan sih, kadang mereka muncul juga rasa malasnya dan harus selalu diingatkan.
Bersih tidak hasil cucian mereka? Jujur saja, belum. Masih sering ada sisa makanan yang tertinggal atau masih berminyak. Tapi tak apa, yang penting mereka mau melakukannya. Perkara kurang bersih, ya kita cuci ulang tanpa sepengetahuan mereka agar mereka tidak kecewa ketika tahu hasil kerja mereka kurang maksimal. Tak usah dicela, biarkan saja. Lama-lama mereka akan terampil juga.
Piring beling apakah aman dicuci oleh anak? Ya, harus didampingi. Pada awalnya saya mendampingi anak-anak saaat mencuci piring. Saya beri contoh, saya bimbing, hingga akhirnya saya cukup memberi instruksi saja. Perlahan-lahan. Tahap demi tahap. Jangan langsung minta yang sempurna.
Baca juga: Punya Anak Laki-Laki Itu
Membawa Handuk Seusai Mandi Ke Jemuran
Ini juga sangat amat sederhana. "Tolong, ya, handuknya dijemur di sana. Terima kasih." Anak-anak akan dengan bersemangat melaksanakan tugas mereka, apalagi jika orang tua senantiasa mencontohkan juga. Ayah dan ibu yang selalu meletakkan handuk di jemuran usai mandi, pasti jadi teladan untuk anak-anak.
Problemnya adalah, jemuran kadang terlalu tinggi untuk dijangkau anak-anak. Solusinya ya izinkan mereka meletakkan handuk seadanya dulu di jemuran. Mungkin dalam keadaan tergulung, tak apa untuk pemula. Kita rapikan lagi. Lama-lama tubuh mereka akan bertambah tinggi dan akhirnya akan bisa juga menjemur sendiri handuk mereka di jemuran.
Apakah anak-anak saya sudah terbiasa membawa handuk mereka ke jemuran tiap habis mandi? Belum. Masih harus selalu diingatkan. Tapi yakin saja, pembiasaan yang baik akan memberi hasil yang baik insya Alloh.
Meletakkan Sepatu Ke Tempatnya Setiap Pulang Sekolah
Anak sulung saya tergolong masih super cuek untuk urusan meletakkan sepatu ini. Biasanya dia menaruh sepatu di teras dan membiarkan si sepatu di luar sampai pagi. Ya, maklumlah, harus dibiasakan. Tiap pulang sekolah jugalah saya selalu mengingatkan, "Sepatunya, kaos kakinya, ganti baju." Tidak bisa sekali-dua kali, kadang setelah berkali-kali baru perintah itu dilaksanakannya.
Ini berlaku juga untuk sandal, ya. Ingatkan untuk selalu meletakkan sandal ke tempatnya tiap habis main. Intinya pembiasaan untuk disiplin. Tak perlu terlalu kaku, yang penting menumbuhkan kesadaran. Anak-anak saya sudah sadar? Ya, belum juga. Masih berproses.
Mencuci Sepatu Sendiri
![]() |
Acara mencuci sepatu yang akhirnya merembet ke acara mencuci yang lainnya juga |
Sepatu mereka menjadi tanggung jawab mereka. Ketika libur awal puasa yang baru lalu, saya minta mereka mencuci sepatu mereka sendiri-sendiri. Karena acara mencuci sepatu ini juga berarti bermain air, mereka dengan suka cita melaksanakannya. Saya cukup memberi instruksi peralatan apa yang harus dibawa dan cara mencucinya. Walaupun akhirnya acara mencuci sepatu itu berubah jadi main air, tidak apa-apa, yang penting sepatu sudah bersih tercuci.
Tantangannya jelas pada durasi jam kerja. Anak-anak biasanya akan berlama-lama mencuci sepatu mereka, yang sudah dicucui dicuci lagi, bahkan akhirnya merembet ke acara mencuci barang lain. Biarkan saja, cukup beri batas waktu, "Lima menit lagi selesai, ya."
Memasak Nasi
Kalau yang ini memasak nasi pakai alat elektronik, ya, bukan dengan dandang dan sejenisnya. Anak-anak saya sudah saya ajari memasak nasi dengan magic com. Kebetulan adik mereka sudah lahir, jadi saya sangat memerlukan kemandirian anak-anak jika mereka harus saya tinggalkan untuk mengurus si adik bayi.
Cukup mudah untuk memasak nasi ini. Anak diajarkan mengambil beras sesuai takaran, mencuci berasnya dan menambahkan air ke dalam magic com. Intinya pakai takaran. Anak-anak senang saja saya ajarkan ini. Ditambah pula sanjungan atas keberhasilan mereka dan betapa berterima kasihnya saya ketika mereka mau membantu pekerjaan rumah yang satu ini.
Resikonya apa? Nasi terlalu lembek karena kebanyakan air, pernah kami alami. Saya beri motivasi saja ketika hasilnya kurang memuaskan. Saya bilang, "Dihangatkan lagi saja agak lama, nanti kan nasinya nggak begitu lembek lagi." Ya, sambil menyelam minum air. Sambil belajar juga mengatasi masalah yang timbul.
Baca juga: Bicara Soal Tanggung Jawab Laki-Laki Dengan Anak Laki-Laki
Mencuci Pakaian
Ini serupa dengan memasak nasi, ya. Mencuci bajunya dengan mesin cuci, bukan dengan tangan. Anak-anak cukup diajarkan cara meletakkan pakaian kotor, menakar air dan sabun yang digunakan serta langkah pencucian. Jika di rumah ada mesin cuci otomatis, lebih mudah lagi. Tinggal ajarkan anak-anak untuk menyetel mesin dengan tombol-tombol tertentu.
Baca juga: Anak Masuk SD? Seharusnya Mereka Sudah Bisa Ini Agar Mandiri Di Sekolah
Tantangannya adalah kebanyakan sabun, kebanyakan air atau malah kurang air. Ini berlaku untuk mesin cuci semi otomatis, ya. Kadang juga anak lupa menyelesaikan tugas karena sedang asyik dengan kegiatan lain, sehingga pakaian masih ada di dalam mesin cuci sampai beberapa lama. Solusinya? Dampingi anak. Kalau perlu orang tua berperan sebagai pengingat, "Sudah belum, ya, cuciannya?" Biasanya anak-anak akan segera ingat tugas mereka dan kembali mengerjakannya.Selain mencuci pakaian dengan mesin cuci, saya punya cita-cita mengajarkan mereka mencuci pakaian dengan tangan. Tapi bukan sekarang, mungkin nanti ketika mereka sudah berusia 10 tahun. Untuk sekarang, sementara ini dulu yang saya ajarkan.
Pekerjaan Rumah Yang Bisa Mulai Diajarkan Kepada Anak Kelas Satu SD, Apakah Tidak Membebani Anak?
Saya kira tidak. Pekerjaan rumah yang didelegasikan juga bukan pekerjaan besar. Dalam hal mencuci baju pun hanya sebagian proses yang kita serahkan kepada anak. Dengan diajarkan menangani pekerjaan rumah sejak dini, menurut saya malah akan menimbulkan rasa tanggung jawab pada diri anak dan juga rasa percaya diri. Mereka akan percaya bahwa mereka bisa melakukan pekerjaan orang dewasa.
Anak sulung saya bahkan sejak kelas 2 SD sudah bisa menggoreng telur sendiri. Mulai dari menyiapkan wajan dan minyaknya, menyalakan kompor hingga menggoreng dan meniriskan telur. Mau goreng yang lain pun dia sudah bisa karena sudah punya keterampilan dasar menggoreng.
Bahaya dong, main kompor? Tentu saja bahaya, sehingga selalu saya dampingi. Tugas saya adalah mengantar anak menuju kemandirian mereka.
Baca juga: Anak Perempuan
Buat Apa Sih Mengenalkan Pekerjaan Rumah Yang Bisa Mulai Diajarkan Kepada Anak Kelas Satu SD?
Tujuan saya adalah mendidik anak mandiri, terutama yang berkaitan dengan kebutuhannya sendiri. Saya tidak tahu kelak anak-anak saya akan hidup seperti apa, apakah berkecukupan atau tidak. Apakah anak-anak saya akan punya asisten atau tidak. Saya juga tidak bisa memprediksi kelak mereka harus mencuci pakaian sendiri atau menggunakan jasa binatu. Oleh karena itu, saya membekali mereka dengan keterampilan agar bisa survive di kelak kemudian hari.Jika jadi anak kos yang sedang kelaparan, setidaknya mereka bisa memasak nasi sendiri dan menggoreng telur. Jika tinggal di perantauan dan jauh dari peradaban, setidaknya mereka akan bisa mencuci pakaian dan menjemur baju mereka sendiri.
Ya, itulah beberapa pekerjaan rumah yang bisa mulai diajarkan kepada anak kelas satu SD. Bagaimana menurut teman-teman? Berlebihan atau tidak? Atau teman-teman punya pengalaman juga mengenalkan pekerjaan rumah kepada anak? Atau pengalaman teman-teman dulu kala masih kecil? Boleh bagi ceritanya di kolom komentar, ya. Yuk, yuk!
lumayan banyaaak ya mba..dan mereka sudah bisa diajarkan tanggung jawab sedini mungkin
BalasHapusmendisplinkan anak2 memang susah2 gampang ya... kadang anak gampang disuruh kalo lagi mood nya bagus, tapi kadang susaah :) tapi memang penting membuat tugas2 utk anak2
BalasHapusPunyaku yang baru jalan nyuci sepatu, tas ( pke acara disuruh dl, berkali2).. Naruh piring ke cucian (nggak mau klo sm nyuci)..naruh sepatu, tas(kdng2 inget, kdng di geletakin depan pintu).. Handuk habis pake, bisa.
BalasHapusNaahh setuju banget mba. Akupun pernah menulis hal serupa. Sekarang ini bnyak anak2 yang utk hal sepele aja masih ngandelin orang lain. Gimana mereka bisa bertanggungjawab dengan hal yg lbh besar
BalasHapusWah ternyata banyak yaa...aku jadi malu nih belum ngajarin banyak pekerjaan padahal anakku udah kelas dua SD.
BalasHapusSetuju mbaak, saya termasuk "anak manja" di rumah, jadi agak shock waktu harus jauh dari keluarga :) walaupun bukan yang manja secara emosi, namun saya tidak terbiasa masak dan mencuci baju sendiri sehingga agak canggung.... Jadi sepertinya ke anak akan melatih untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurus diri sendiri sejak dini :) thanks insightnya mbaaa :)
BalasHapusIni Kak Ghifa sejak dini kuajari untuk selalu meletakkan sepatu atau sandalnya yg habis dipakai ke rak, Mbak. Malah kadang aku sering lupa mengungatkan eh diingatkan sama Kakak.
BalasHapus