Pernah?
Berburuk sangka?
Kepada suami sendiri?
Manusiawi. Saya pernah berburuk sangka kepada suami dan hasilnya bikin malu sendiri.
Pasalnya buruk sangka itu adalah hasil dari olah rasa yang kebablasan. Perasaan yang menganggap diri sendiri selalu yang paling benar dan paling berhak dibahagiakan.
Ceritanya seperti apa? Ini dia.
Pagi ini saya mengantar dua anak saya ke TK dengan terburu-buru karena terlambat. Parahnya saya belum sempat mandi. Tak masalah, asal bisa sampai ke sekolah dengan selamat dan cepat. Usai mengantar anak-anak masuk kelas, saya berniat pulang untuk mandi dulu kemudian kembali lagi ke TK. Maklumlah, anak saya yang kecil masih minta ditunggui di sekolah. Saya pamit kepada anak saya dan berjanji untuk segera kembali.
Saya meleponnya hingga dua kali namun tak juga diangkat. Saya pun menjadi kesal. "Lagi apa sih kok telepon nggak diangkat?" batin saya. Buruk sangkalah saya kepadanya. Akhirnya saya memutuskan untuk mengambil rute ke kantor dulu, siapa tahu suami saya sudah sampai di sana. Ternyata belum. Maka saya segera menuju ke rumah.
Sesampainya di rumah saya mendapati pintu garasi terbuka dengan mobil masih di dalamnya. Suami saya sedang berdiri di dekat mobil. Melihat saya datang suami saya terlihat seperti tak menduga.
"Ada apa?" tanya saya.
"Kunci mobil ketinggalan di dalam mobil," jawab suami saya.
Oh.
"Tas, hp, laptop, kunci rumah juga di dalam mobil," lanjut suami saya.
Oh lagi.
Jadi ini sebabnya suami saya tidak menjawab panggilan saya tadi. Wahai buruk sangka, kenapa kau hadir tadi? Pada akhirnya mobil bisa dibuka setelah meminta bantuan sopir kantor dan keadaan kembali normal.
Tak hanya sekali kejadian berburuk sangka ini terjadi. Mungkin merupakan hal yang lumrah bagi pasangan suami istri, apalagi bagi kami yang umur pernikahannya baru 6 tahun. Salah sangka, buruk sangka menghiasi dinamika hidup berumah tangga. Biasa terjadi namun juga harus diwaspadai sebab bisa memicu pertengkaran yang bisa berujung pada perpecahan. Tentu tak ada yang ingin mengalaminya, kan?
Lalu bagaimana agar buruk sangka tak menjadi bumerang bagi rumah tangga? Yang jelas kita perlu introspeksi. Adakah kita sering menyebabkan timbulnya buruk sangka? Jika ya, kurangi itu. Selebihnya percayalah kepada pasangan dan bertawakallah kepada Alloh, sebagaimana nasihat ibu saya dulu, "Suamimu di rumah adalah milikmu, tapi di luar rumah ia bukan milikmu. Pasrahkanlah kepada Alloh dan biarkan Alloh yang menjaganya."
Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway 8th Tn & Ny. Aulia.
sama Mak, aku juga sering buruk sangka, cuma di dalam ati aja gak sampai dikeluarin....kalau tau kita yg salah akhirnya malah malu sendiri..memang hati ini perlu dilatih untuk belajar berpikir positif ya
BalasHapusbetul mak. malu sendiri jadinya. ternyata kualitas diri ini msh harus dipertanyakan.
BalasHapussaya jg kadang2 suka gt mak hihihi...
BalasHapusberburuk sangka memang penyakit yg harus segera diusir ya mak...
BalasHapusSifat dasar manusia,mungkin ya,mbak...hehe...biasanya kita sering berasumsi sendiri tanpa ngumpulin data dulu...mending kalo bener...kalo ternyata tidak...malu deh...:D
BalasHapusMakasi sharingnya ya...:-)
Salam kenal,
Mia Wify
mak Nathalia: manusiawi banget ya mak.
BalasHapusmak Santi: diusir2 jg suka datang lagi, apalg kl nggak diusir ya.
mbak Mia: makasih atas kunjungannya mbak. asyik, dikunjungi empunya gawe...
Kita dilarag buruk sangka loch Jeng.
BalasHapusKita membayagkan sesuatu ternyata yang terjadi malah sesuatu yang lain.
Sebaiknya saling mendoakan saja ya
Salam hangat dari Surabaya
betul Pak De. buruk sangka mmg berbahaya.
BalasHapus