KEB

KEB

BPN

BPN

About Me

About Me
Diah is here! Mom of three boys.

Menghadapi Sibling Rivalry Pada Anak Laki-Laki Kesundulan

1 komentar
Sibling-rivalry

Halo, assalamu alaikum.

Pada tulisan ini saya mau bercerita soal sibling rivalry pada anak kesundulan.

Sebelumnya, sibling rivalry itu apa? Kemudian, apa itu anak kesundulan?

Baik. Sebagian dari kita mungkin pernah mengalami sibling rivalry. Menurut Wikipedia sibling rivalry adalah sebuah tipe kompetisi ataupun friksi antarsaudara, baik saudara kandung ataupun bukan.

Kapan itu? Saat masih anak-anak dan cenderung terjadi pada anak-anak yang jarak usianya dekat.

Kompetisi itu  bermacam-macam. Ada yang bertengkar, berselisih, berkelahi. Ada juga yang positif seperti beradu ketrampilan.

Saya Juga Mengalami Sibling Rivalry 

Saya sendiri dulu juga sering bertikai dengan my siblings. Bertengkar sama kakak perempuan saya. Juga dulu sering nakal sama adik saya karena merasa iri.

Jarak usia antara saya dengan kakak adalah 2 tahun lebih 19 hari. Sedangkan dengan adik saya 3 tahun 6 bulan 12 hari. Eh rinci banget. 😅

Jarak usia segitu sangat potensial untuk bertikai. Yang satu baru beranjak besar, adiknya suka ikut-ikutan, lalu si kakak kesal akhirnya marah ke si adik. Adik ga terima, balas marah. Begitu terus sampai pada bosan sendiri.

Bosannya kapan? Saat beranjak dewasa.

Sekarang saya juga sedang menghadapi sibling rivalry jilid dua.

Sibling rivalry model anak laki-laki. Anak-anak saya. Yang semuanya laki-laki.

Menghadapi Sibling Rivalry Lagi 

Si Mas Besar punya adik saat ia baru berumur 1 tahun 2 bulan 1 minggu. Masih terlalu kecil untuk jadi kakak. Mungkin dia pun belum paham artinya punya adik.

Kondisi anak lahir berjarak dekat ini sering diistilahkan dengan 'kesundulan'. Si adik hadir di rahim ibu saat si kakak masih bayi.

Kehamilan yang tak direncanakan. Betul sekali. Tak direncanakan manusia tapi sudah ada dalam rencana Tuhan.

Punya anak kesundulan ternyata melelahkan sekali. Bohong kalau tidak lelah, deh. Capek banget!

Tapi betul, ada enaknya juga!

Segala sesuatu memang diciptakan seimbang oleh Tuhan. Di saat lelah melanda, ada kemudahan.

Mudahnya adalah kedua anak sundul tadi bisa tumbuh dan berkembang bersama.

Anak kesundulan saya cenderung rukun dan kompak saat kecil. Mereka belajar bersama, mengembangkan minat bersama.

Yang satu bisa membaca, satunya lagi segera menyusul. Yang satu sudah bisa naik sepeda, satunya lagi juga segera bisa.

Ibaratnya mereka ini berada dalam satu arena perlombaan terus-menerus. Tidak ada yang mau kalah.

Saya seperti tukang kompor saja. Dipanasin sedikit mereka maju bersama.

Begitu nyamannya (meski capek) mengasuh duo sundul ini. Masya Alloh.

Tapi itu dulu. Sekarang usia mereka 10 dan 9 tahun. Ceritanya beda lagi.

Sibling Rivalry Masa Prabaligh


Kakak saya pernah bilang kalau anak laki-laki mau baligh akan berubah jadi tukang ngeyel.

Bener banget!

Apalagi saat sudah baligh, "Wuih...ngeyelnya bisa bikin ibunya nangis," begitu kata kakak saya yang anak laki-lakinya sekarang hampir dewasa.

Waw... *emoticon khawatir*

Kalau di masa kecil dulu yang kental dari anak-anak saya adalah nuansa kompaknya, sampai-sampai ada acara anak menghilang dari rumah segala, kini muncul juga nuansa negatifnya.

Saling marahan, membentak, saling dorong, sampai saling lapor. Maklum, sudah mulai mau jadi ABG.

Alhamdulillaah belum pernah berkelahi. Saling pukul pernah, sih tapi yang kadarnya cuma satu kali dibalas satu kali.

Yang paling menonjol adalah saling lapor dan rebutan pengaruh teman.

Hampir setiap hari ada saja yang melaporkan tingkah saudaranya ke saya. Dengan maksud menjatuhkan tentunya.

Contohnya begini:
"Bu, tadi dia pas di masjid solatnya sambil ngobrol melulu."

Lalu yang dilaporkan balas lapor.

"Dia juga solatnya ga khusyuk, Bu. Ngelihatin aku terus."

Nah, lho.

Laporan semacam itu nyaris tiap hari saya dengar karena mereka bersekolah di SD Full Day yang sama. Teman bermain mereka juga sama. Jadilah seperti itu.

Tak jarang mereka bertengkar, sampai ada yang menangis, gara-gara rebutan teman. Padahal itu, ya teman baik mereka sendiri. A good friend of theirs.

Ga tahu kenapa kalau bermain bertiga dengan teman lama-kelamaan jadi timbul keributan. Mirip air vs minyak panas. Mau meledak!

Kalau dulu di kala mereka kecil saya jadi tukang kompor, sekarang saya harus jadi petugas pemadam kebakaran. 😖

Saat Timbul Pertikaian Dalam Sibling Rivalry, Orang Tua Harus Berbuat Apa?

Nah ini yang sulit.

Selama ini saya baru bisa belajar menahan diri supaya tidak ikut dalam kancah peperangan.

Iya, dong. Saya, kan yang jadi petugas pemadam kebakaran. Masak malah nambahin api?

Jujur saya masih belum bisa jadi petugas yang baik. Kadang ikutan emosi sehingga suasana berkabut.

Kemarin saya baca sebuah artikel yang bagus di New York Times. Judulnya 'For Sibling Battles, Be a Sportscaster, Not a Referee'.

Ketika terjadi pertikaian antarsaudara, jadilah seorang penyiar berita olahraga, bukan wasit.

Sibling-rivalry
Jadilah sportscaster pada sibling rivalry
Gambar dari Pixabay

Penyiar berita olahraga itu yang pekerjaannya melaporkan gerakan di lapangan itu tuh. Misalnya yang suaranya kita dengar pas ada pertandingan langsung di televisi.

Bukan komentator olahraga, ya. Penyiar yang kalau pas pertandingan sepak bola dia suka teriak, "Gooooool....!!!"

Seorang penyiar berita olahraga hanya mengabarkan keadaan, tidak pernah memberikan putusan ini bola masuk atau keluar.

Benar-benar hanya mengabarkan kejadian.

Jadi menurut Heather Turgeon, sang penulis, tahap pertama yang harus dilakukan orang tua ketika menghadapi anak-anaknya sedang bertikai adalah cukup menyebutkan yang dilihatnya.

Tahap kedua adalah memberikan batasan.

Misalnya tiba-tiba terdengar si Adik teriak marah-marah ke kakaknya. Lalu si Kakak balas marah-marah. Datangi lalu lihat situasinya.

Ibu:
"Hei. Ada apa? Ibu lihat Adik marah-marah ke Kakak?"

Si Adik mungkin akan lapor sambil marah. Si Kakak mungkin akan menyangkal.

Ibu:
"Sebentar. Ibu lihat ada minuman tumpah, Adik menangis dan Kakak marah."

Adik:
"Aku tadi sedang minum, Bu. Tiba-tiba Kakak buka pintu, terus aku jatuh, minumanku tumpah."

Kakak:
"Ya salah dia sendiri. Minum kok di depan pintu! Aku kan jadi ga bisa masuk!"

Ibu (ulangi ucapan kedua anak):
"Oh, jadi Adik sedang minum di dekat pintu lalu Kakak buka pintu mau masuk, terus Adik jatuh kena pintu dan minumannya tumpah. Begitu?"

Adik dan Kakak:
"Iya, Bu."

Ibu:
"Adik pasti kesal karena minumannya tumpah, ya? Dan Kakak juga kesal karena Adik menghalangi jalan, ya?"

Pada saat ini si Adik dan Kakak merasa mendapat perhatian yang sama dari orang tua.

Adik dan Kakak juga jadi paham perasaan saudaranya.

Langkah berikutnya buat kesimpulan dengan menyebutkan peraturan yang ada.

Ibu:
"Minuman tumpah itu memang tidak enak. Tapi minum di depan pintu itu tidak boleh. Kan begitu peraturan di rumah ini."

Menghadapi Sibling Rivalry Semudah Itu?


Haha...tentu tidak, Saudara.

Itu cuma contoh di saat ibunya sedang waras. Kalau ibu sedang dilanda emosi, bisa beda lagi.

Tapi, ya memang menjadi orang tua itu tidak pernah gampang. Meskipum kita pernah jadi anak, ternyata tetap susah menghadapi anak. Betul?

Tidak semua pertengkaran anak itu harus kita tangani segera. Kalau sekiranya teriakan mereka berubah jadi suara-suara yang lebih kalem, maka cukup amati saja. Barangkali mereka sudah menemukan jalan keluar.

Yang jelas jadi orang tua itu harus tanggap. Anak marah mungkin karena memendam masalah di sekolah, atau lapar atau tidak enak badan.

Sebagai orang tua kita akan tahu, kok keadaan anak, kondisi hati anak asal kita mau berusaha. Insya Alloh.

Sibling rivalry tidak pernah mudah dihadapi. Baik bagi orang tua maupun anak.

Tapi percayalah, cara kita sebagai orang tua menengahi pertikaian antarsaudara ini akan diingat anak. Kelak mereka ketika menghadapi sibling rivalry pada anak-anak mereka sendiri, ilmu dari kita ini bisa sangat berguna.







Related Posts

1 komentar

  1. Ha..ha, anakku banget. Padahal jaraknya juga sudah 5,5 tahun mba.. tapi yo tetep...ada yang diributin. Aku biasane tak diemin dulu..kadang pertikaian selesai dengan sendirinya..tapi kalau sudah berkali kali dalam.sehari kok cuma ribut wae...endingnya yo aku tetep ngomel..ha..ha

    BalasHapus

Posting Komentar