Eh padahal merawat jenazah itu termasuk fardlu kifayah lho. Artinya wajib dilaksanakan oleh sebagian orang. Nah, untuk itu perlu banget setiap individu muslim untuk mempelajarinya. Lho, kan fardlu kifayah, ngapain ikut belajar? Toh sudah ada orang lain yang bisa. Iya kalo pas orang lain itu ada, mampu, sempat. Lha kalo pas nggak ada? Apa iya jenazahnya disuruh mandi trus pakai kafan sendiri? Hehe...
OKI, oleh karena itu, hari Jumat kemarin (26/8), kelompok taklim ibu-ibu di tempat saya menggelar pelatihan singkat merawat jenazah. Pesertanya 10 orang saja. Dibimbing oleh Ibu Ni'mah, seorang aktivis dakwah yang juga bertanggung jawab dalam soal perawatan jenazah di tempat tinggal beliau, Desa Jatisari, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun.
Ibu Ni'mah memulai pelatihan dengan menjelaskan hal yang harus dilakukan ketika kita menjumpai orang yang sedang sakaratul maut. Pada saat genting itu, setan berusaha memalingkan iman seseorang dengan bermacam cara. Salah satunya dengan memba-memba alias menampakkan diri dalam wujud orang lain yang sudah meninggal. Biasanya orang terdekatnya, seperti orang tuanya, yang kemudian menyampaikan hal-hal yang tidak benar dengan tujuan agar yang mau dicabut ruhnya tadi berpaling dari agama menuju kesesatan. Saat seperti ini sungguh kritis. Oleh karena itu calon jenazah ditalqin (dibimbing) untuk mengucapkan lafal tahlil "Laa ilaaha illallaah". Tiada Tuhan selain Alloh. Adapun talqin yang lain seperti "Alloh, Alloh" tidak dituntunkan. Talqinlah persis dengan lafal tahlil itu.Selanjutnya Ibu Ni'mah menerangkan keadaan umum jenazah. "Pada waktu nyawa dicabut dari bawah ke atas, pandangan mata mengikutinya. Jasad ini seperti tak rela ditinggalkan," terang Ibu Ni'mah. Maka tak heran bila mata jenazah membelalak. "Tindakan pertama saat kita mengetahui seseorang telah meninggal dunia adalah menutup matanya dan menyedekapkan tangannya, lalu tutupilah jenazah dengan kain" lanjut Ibu Ni'mah. Setelah itu tunggulah sekitar 2 jam untuk memastikan benar-tidaknya nyawa seseorang telah dicabut. Jika telah pasti orang itu meninggal dunia, maka segera persiapkan segala sesuatunya.TANYA:
Bagaimana bila sebelum selesai melafalkan tahlil tapi sudah meninggal? Misal baru sempat mengucap "Laa ilaah" padahal artinya "Tiada Tuhan"? JAWAB:
Bukan ranah kita untuk mengedepankan logika dalam menjalankan perintah. Jika betul belum selesai melafalkan lalu nyawa dicabut, maka Alloh lebih mengetahui keadaan hamba-Nya daripada kita. Intinya: ikuti perintah.
YANG HARUS DISIAPKAN UNTUK MERAWAT JENAZAH
Untuk Mengkafani:Kain kafan, kapas, kapur barus/minyak/harum-haruman, tikar atau alas lainnya, kain penutup (bisa berupa kain jarik). Untuk Memandikan:
Dipan untuk meletakkan jenazah, air dalam ember, gayung, sabun (dibusakan dulu atau sabun cair), shampo, kain penutup, sarung tangan untuk yang memandikan dan 5 orang petugas yang memandikan serta sejumlah orang untuk memegang kain penutup. MEMANDIKAN JENAZAH Upayakan jenazah dibujurkan dengan arah kiblat ada di kanan jenazah. Jika tidak memungkinkan, tidak mengapa. Usahakan pula agar jenazah tidak dipangku, melainkan diletakkan di dipan khusus setinggi pinggang orang dewasa, atau jika tidak ada boleh dipan atau lincak (bangku panjang dan lebar) yang berlubang-lubang. Mengapa? Sebab jika dipangku lebih susah untuk dibersihkan. Badan jenazah akan sulit dibolak-balik. Dan mengapa dipannya setinggi pinggang? Ibu-ibu yang punya bayi pasti bisa membayangkan, ya. Lebih mudah memandikan atau memakaikan baju ke bayi jika posisi bayi sepinggang ibu.
Caranya jenazah didudukkan. Seorang petugas harus menahan punggung jenazah (D dalam gambar). Untuk tugas ini Ibu Ni'mah biasanya menempatkan seorang laki-laki yang masih merupakan mahram si jenazah. Mengapa laki-laki? Sebab menyangga punggung jenazah itu berat. Laki-laki cocok untuk tugas ini. Sementara pembersih utama (B dalam gambar) mengurut perut jenazah hingga keluar kotorannya, dua orang yang lain bertugas membersihkan jenazah dari kotoran yang keluar (C dalam gambar). Untuk pembersihan, cukup yang keluar saja yang dibersihkan, tidak perlu dikorek-korek. Lakukan dengan perlahan dan lembut. Diwudhukan
Wudhu di sini cukup rukun wudhu saja sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Al-Maidah (surat ke-5) ayat 6. Yakni muka, tangan sampai siku, kepala dan kaki sampai mata kaki. Masing-masing tiga kali dengan mendahulukan bagian kanan. Kewajiban petugas A (dalam gambar) adalah mengguyur jenazah sambil menghitung jumlah guyuran. Lakukan dengan perlahan dan lembut. Dikeramasi
Rambut jenazah disiram air kemudian dicuci dengan shampo, lalu dibilas sampai bersih. Guyuran disunnahkan berjumlah ganjil. Lakukan dengan perlahan dan lembut. Dimandikan
Jenazah disiram air dari bagian tubuh kanan, baru yang kiri. Jumlah guyuran lebih disukai yang ganjil. Untuk membersihkan punggung, jenazah dimiringkan secukupnya saja. Di sinilah keuntungan dipan pembersih. Jika dengan dipangku akan kurang optimal dalam membersihkan bagian punggung jenazah.
Adapun kewajiban petugas E (dalam gambar) adalah memastikan jenazah tertutupi saat dimandikan. Dan ada baiknya petugas ini dibantu keluarga atau warga yang menyaksikan selalu mengingatkan agar hanya mahram si jenazah saja yang boleh terlibat. Sebab terkadang ada juga orang-orang iseng yang bukan mahram yang ingin mengintip jenazah yang sedang tidak berbusana. Sungguh perbuatan yang tak patut dilakukan!
Dalam memandikan, sebaiknya gunakan sabun cair atau sabun batangan yang dibusakan agar ketika digosokkan ke jenazah sudah lembut. Memandikannya juga tak perlu berlebihan sampai membersihkan ke dalam-dalam kuku. Cukup yang bisa dijangkau saja, tak perlu dikorek-korek.Setelah selesai dimandikan, dudukkan lagi jenazah. Urut kembali perutnya kalau-kalau masih ada kotoran atau angin yang tertinggal. Jika masih keluar, bersihkan, wudhukan kembali jenazah. Jika sudah bersih atau tidak ada kotoran dan angin yang keluar, bisa lanjut ke tahap berikutnya.
Ibu Ni'mah menjelaskan, saat memandikan jenazah, seluruh petugas mengenakan sarung tangan karet sekali pakai. Mengapa? Demi menjaga kemaslahatan bersama. Tidak menutup kemungkinan jenazah membawa penyakit yang bisa menular. Dikhawatirkan bila tidak mengenakan sarung tangan, petugas bila tertular. Sedangkan para petugas ini aset berharga sebab tidak semua orang bersedia terjun memandikan jenazah. Sungguh sayang jika petugas-petugas yang jumlahnya langka ini tak bisa lagi mengabdi gara-gara tertular penyakit. Ibu Ni'mah sendiri sebagai petugas pembersih utama (B dalam gambar), selain mengenakan sarung tangan karet juga mengenakan sepatu bot. Bawahan yang beliau kenakan pun dilapisi rok jas hujan. Mengapa? Tujuannya agar setelah selesai memandikan, beliau bisa segera mengkafani jenazah dengan pakaian kering. Setelah selesai dimandikan, jenazah dikeringkan dan ditutupi kain ke seluruh tubuhnya agar auratnya tak terlihat. Setelah itu jenazah dibawa untuk dikafani.MENGKAFANI JENAZAHTANYA:
Kenapa harus dengan lembut? Kenapa tidak perlu dikorek-korek? JAWAB:
Karena jenazah bisa merasakan sakit bila diperlakukan kurang lembut. TANYA:
Bila jenazah memakai gigi palsu, bolehkah dicabut? JAWAB:
Tidak perlu. Mencabut gigi dan yang sejenisnya termasuk melukai jenazah.
Catatan: saat pelatihan ini, jenazah diperagakan oleh salah seorang peserta taklim.
Kafan harus disiapkan sebelum jenazah dimandikan agar segera setelah selesai dimandikan bisa segera dikafani. Seperti saat dimandikan, usahakan jenazah dibujurkan dengan posisi kiblat di arah kanan jenazah. Kain kafan yang disarankan Ibu Ni'mah adalah yang lembut dan cukup tebalnya, misal merk Prima. Harga per meternya saat ini 12-13 ribu rupiah. Cukup terjangkau. Untuk rata-rata orang Indonesia (perempuan), dibutuhkan kain kafan sepanjang 9 meter. Untuk jenazah perempuan dibutuhkan 5 lapis kain kafan. Sedangkan jenazah laki-laki 3 lapis. SUSUNAN KAIN KAFAN Yang pertama dilakukan adalah menggelar tikar. Lalu letakkan minimal tiga tali di atas tikar (dari 0,5 meter kain kafan). Posisinya di atas kepala, di tempat tangan disedekapkan dan di bawah kaki. Bagaimana cara mengetahui letak tali yang pas? Tidak ada jalan lain kecuali dikerjakan sambil dipelajari. Mungkin tidak bisa sekali langsung pas. Jika perlu dibetulkan letaknya sila atur ulang sesuai kebutuhan. Setelah tali, tumpuk berurutan: 2 lembar kain dengan panjang sepanjang tubuh jenazah ditambah 2 jengkal ke atas dan 2 jengkal ke bawah (kurang lebih masing-masing sepanjang 2,5 meter). Ini adalah lapisan terluar. Letakkan kedua lapis kain ini dengan posisi saling menyilang. Gemuk-kurusnya jenazah tetap bisa ditampung dengan ukuran ini.Di atas kain lapis terluar ini, letakkan kain untuk rok di setengah bagian bawah. Panjangnya 1,5 meter (lebarnya mengikuti lebar kain kafan).
Selesai. Jenazah siap untuk disholatkan dan dikuburkan.
#
Mengikuti pelatihan singkat merawat jenazah ini sungguh mendebarkan sekaligus bermanfaat. Ibu Ni'mah mendoakan agar kelak peserta pelatihan pun akan mendapat kesempatan mempraktikkan ilmu ini. :-)
Dalam materi yang diberikan di pelatihan ini ada beberapa perbedaan dengan yang pernah saya saksikan. Namun perbedaan tersebut tidak mendasar, seperti kafan yang dipakaikan sebagai baju tidak disobek berbentuk V-neck melainkan utuh berbentuk segiempat saja.
Ada perasaan haru saat mengikuti pelatihan ini, terutama karena saya ingat mendiang Bapak. Terbetik juga perasaan kagum akan kelapangdadaan para relawan yang bersedia repot mengurus jenazah.
Baca juga: When A Journey Has Ended; Another One Starts
Mengikuti pelatihan singkat merawat jenazah seperti ini bisa menjadi salah satu upaya untuk menjaga keimanan. Ingat mati menumbuhkan rasa takut akan azab kubur. Rasa takut ini sungguh penting untuk menyadarkan diri bahwa sehebat apapun diri ini kelak akan berkalang tanah. Sendirian, sepi, tak ada penolong kecuali amal solih. Ah, dunia ini sungguh hanya persinggahan sementara. Sangat singkat.
Di akhir semua itu, saya berdoa, semoga kelak jika saya mati, saya bisa dirawat oleh orang-orang seperti Ibu Ni'mah ini. Yang berilmu dan amanah. Aaamiiin.
memang perlu ya berlatih agar ada yang meninggal kita bisa membantu
BalasHapussangat lengkap dan mudah dimengerti, wsjib bookmark. terimakasih sudah membagi ilmunya mak :)
BalasHapussemoga saya juga mba diurus matinya dengan orang yg bisa :")
BalasHapusbaca ini jadi inget mati huhu
Aamiin allahuma Aamiin. Semoga nanti aku juga diurus oleh orang seperti Bu Ni'mah. Di tempatku saat memandikan jenazah masih memangku belum menggunakan dipan. Semoga ilmu ini juga tersebar ke seluruh tanah air agar memandikan jenazah benar-benar bersih.
BalasHapuspengen juga dapat pelatihan singkat kaya gini.. soalnya jrg banget yg tau.. dan yg ngerjain itu kaum tua... dan tertentu orgnya. jadi siapa pun bisa..gak nunggu yg mandiin..dll
BalasHapusPas sy SMA dulu ada pengajian bapak2 di rumah sy, sy rada baper krn habis pengajian bapak2 mw belajar ttg merawat jenazah, yg mw dijadikan seolah2 jenazahnya itu guling saya huaaa. Tp pas dengar ada memakannya saudara saya, meninggal & di kompleks perumahannya yg elit nggak ada yg ngerti soal merawat jenazah, saya jadi mikir trnyt ilmu ini penting banget. Praktiknya blm pernah si & sudah bnyk lupa jg huhu. Tp yg sy ingat, memandikan jenazah sebaiknya keluarga dekat. Org luar ga perlu intip2 pengen tau. Apalagi klo trus jadi ember crita2 ke orang soal kondisi si jenazah. Sy suka kesel sm yg begini. Banyak banget yg msh suka kepoooo klo ada jenazah di mandi kan :/
BalasHapus(keluarga dekat & petugas)
HapusDi komlekku belum ada pelatihan begini Mbak. Semua dipasrahkan ke petugas atau modin. UUtuk memandikan rata2 masih dipangku.
BalasHapusPengetahuan banget nih buat saya, kalau sebiknya ada dipan.
Thanks infonya
Mamah Tira: ini ilmu 'kuno' yang makin jarang diajarkan ya mah.
BalasHapusMbah Shunjindakara: makasih mbak sudah dibookmark. bisa berbagi cerita juga dong kalau muslim di sana gimana merawat jenazahnya
Mb Echa: aaamiiin. bahkan saat mati pun kita punya keinginan khusus ya mbak.
Mb Rani: di sin juga masih banyak yang dipangku mbak. semoga saja pemakaian dipan ini bisa diterima masyarakat luas.
Mb Nova: betul mbak. paling sedih kalau pada lempar-lemparan ga mau mandiin atau yang bisa mandiin bukan mahram.
Mb Heni: kalau pelatihan kemarin pakai orang betulan mbak. jadi ada satu ibu yang bersedia jadi probandus. iya tuh, suka jengkel kalo ada nonmahram yang ikut ngintip.
Mb Tatit: iya mbak. rata-rata memang modin. masalahnya pak modin itu bisa jadi bukan mahram. memang sebaiknya tiap individu tahu dan pernah praktik ya mbak.
BalasHapusAku dulu ikut mandiin jenazah ibuku bantu mengguyurkan air dan keramasin rambutnya. Sedih sekali rasanya seumur hidup baru kali itu aku memandikan ibuku untuk pertama dan terakhir kalinya *jadi curhat*
BalasHapusMakasi sharingnya mba salam kenal ^^
Mb Herva: salam kenal juga. Sedih ya ibunda sudah tiada. Semoga beliau diberi tempat yang baik di sisi Alloh. aaamiiin.
BalasHapusOh..tak kira semua bnda2 yang palsu mesti di cabut, gigi palsu gitu...ternyata ndak to mb..
BalasHapusAku blm pernah mb, melihat scr dekat..ato mlh belajar ilmu ini...wedi ...padahal semua pasti nemui yaa
Lengkap penjelasannya mba, saya jadi tahu tata cara memandikan jenazah. Bapak saya meninggal waktu saya masih kelas 1 SMA jadi tidak tahu bagaimana memandikan jenazahnya.... Terimakasih sharing ilmunya mba...
BalasHapusmakasih tulisannya Mba, bermanfaat banget *jempol*
BalasHapusbaca tulisan ini tiba-tiba jadi ingat mati :'(
sama seperti Mba Diah, doa saya juga sama "semoga kelak jika saya mati, saya bisa dirawat oleh orang-orang seperti Ibu Ni'mah ini. Yang berilmu dan amanah. Aaamiiin."
Waaaah, makasih banget sharingnya Mbak. Kadang masih suka kagok kali pas disuruh menyolatkan jenazah. Masih awam banget ilmu ttg ini.
BalasHapus