Mengunjungi Orang Tua di Dua Tempat
Saya dan keluarga tiba di rumah Ibu pada pagi hari. Pas waktu dhuha saya menyempatkan diri ke makam Bapak sendirian. Suasana makam sepi tapi tidak singup.
Saya berdoa untuk Bapak dan Paklik saya (adiknya Bapak) yang juga dimakamkan di sasana laya itu. Ini kunjungan pertama saya ke makam Bapak. Saat pemakaman Desember lalu saya tidak ikut masuk makam. Jadi, setelah mengucap salam, sambil mencari-cari, saya berjalan perlahan tanpa alas kaki, berhati-hati di sela-sela gundukan tanah dan nisan. Jangan sampai menginjak kuburan. Di pekuburan ini memang masih ada yang memasangkan nisan besar bagi leluhur. Makam Bapak dan Paklik hanya berhias patok kayu bertuliskan nama.Di makam Bapak, saya mengucapkan salam lalu berjongkok menghadap kiblat dan berdoa untuk Bapak. Selesai itu saya beranjak ke makam Paklik.
Di hari Lebaran saya kembali mengunjungi Bapak bersama Ibu, langsung seusai sholat Id. Kali ini pemakaman cukup ramai oleh peziarah. Kebanyakan orang dewasa. Barangkali mereka juga sama dengan saya, mengunjungi orang tua.
Mencari Orang Tua Namun Gagal
Setelah sholat Id, seperti biasa, ada acara sungkeman di rumah. Ada suasana berbeda, sangat amat berbeda malah, tanpa Bapak. Cuma ada pangkuan Ibu yang kami tuju. Lutut bertemu Bumi, telapak tangan generasi terdahulu bertemu telapak tangan penerusnya. Ucapan maaf pun terucap dengan versinya masing-masing. Air mata serasa ingin menampakkan diri, namun akhirnya ia mundur dan kembali menjalankan tugasnya membasahi bola mata.
Sangat keliru kalau seseorang yang pendiam dianggap tidak punya peran banyak. Pada kenyataanya, Bapak yang pendiam, yang seolah 'tak ada suaranya' bisa menjadikan suasana berbeda semenjak kepergiannya. Sungguh, seorang pendiam itu banyak diam bukan karena ia tak punya bahan untuk dibicarakan, tetapi karena tugasnya memang menjadi penyeimbang di antara hiruk-pikuk pembicaraan.
Usai sungkeman, tetangga kanan-kiri berkunjung. Cuma kunjungan singkat saja sebab ada acara halal bil halal di masjid. Ke sanalah seluruh umat muslim setempat menuju.
Biasanya setelah itu ada acara kunjungan ke sesepuh. Tapi tahun ini sungguh berbeda. Kami sudah kehabisan orang tua. Eyang Utik dari pihak Ibu yang merupakan eyang terakhir di keluarga kami baru saja meninggal dunia pada April lalu. Eyang yang lain (tante dan om-nya Ibu) juga baru tahun lalu keduanya meninggal. Tinggal seorang eyang yang tersisa, masih ada hubungan dengan Ibu, yaitu orang tua mereka adalah saudara misan.
Baca juga: What Do You Want to be Remembered When You're Gone?
Namun karena ibu saya merupakan anak tertua di keluarga dan kini sudah jadi sesepuh, baik bagi adik-adik Ibu maupun saudara-saudara sepupu, maka Ibu diminta tinggal di rumah saja pada hari pertama karena Ibu akan dikunjungi. Baiklah. Akhirnya kami tidak ke mana-mana seharian. Kebetulan di hari-H Jogja belum ramai. Tumben deh. Biasanya sepanjang Jalan Wonosari padat sekali, kali itu lengang. Sepertinya karena banyak pemudik tertahan di tol Brebes a.k.a. Brexit itu. Tapi akhirnya pada waktu menjelang maghrib, kami jalan-jalan juga! Ke rumah om di wilayah Piyungan, Bantul. Acaranya? Nyicipi opor!
Begitulah kisah yang berkesan pada lebaran 2016. Semoga di lain kesempatan kami masih bisa bertemu lagi. Bagaimana dengan teman-teman? Apa yang paling berkesan saat lebaran tahun ini?
Thn ini pertama kalinya kita ga mudik mbak, krn ada bayi lucu baru lahir di keluarga :D. Aku pikir sudahlah, kasian si dedek kalo dipaksa naik mobil ke solo. Dan trnyata untung Ku batalin. Kalo ga bisa2 kejebak macet parah brexit itu -_-. Ga kebayang bawa bayi.. asik juga lebaran di jkt. Sepiiii :p
BalasHapushal yang paling berkesan pas lebaran tahun ini ya bisa ngasih amplop (angpao) pada ponakan :')
BalasHapusBiasanya dikasih angpao, sekarang gantian ngasih angpao :D
Sempat ke Galaksi waterpark mbak?...
BalasHapussaya nggak ngira setelah baca ini bakal menghela napas dalam2 dan ada selipan duka. Nenek saya juga sudah meninggal tahun kemaren tepat di bulan Syawal.
BalasHapusSaya suka kalimat mba, orang yang pendiam itu bisa menjadi penyeimbang di antara hiruk-pikuk pembicaraan.
paling berkesan lebaran tahun ini nitipin anak -anak ke Ibu terus pacaran sama pak suami hahhaah
BalasHapusSedih ya mbak..kalo yang sepuh-sepuh sudah nggak ada. Semoga silaturrahim dengan saudara nggak putus setelah mereka nggak ada ya
BalasHapusSungguh, seorang pendiam itu banyak diam bukan karena ia tak punya bahan untuk dibicarakan, tetapi karena tugasnya memang menjadi penyeimbang di antara hiruk-pikuk pembicaraan.| sangat terkesan dengan kata-kata ini Mak :)
BalasHapuslho ? orang bantul to mbak?
BalasHapusWaaah, jadi ingat saya beberapa kali saya diminta ngisi ngaji di daerah Piyungan, termasuk bukber Ramadhan kemarin.
BalasHapussemoga ayahanda tenang di sisiNya
BalasHapussalam kenal dari malang