KEB

KEB

BPN

BPN

About Me

About Me
Diah is here! Mom of three boys.

Haruskah Diam Ketika Dimarahi?


diam-ketika-dimarahi
Gambar asli: Pixabay

 “Kalau Ibu sedang marah, Mas jangan bicara!” sontak emosi saya tersulut saat sulung saya mencoba berargumen dengan saya dalam suasana tegang.

“Kenapa?” tanyanya dengan nada penuh protes.

Jujur, saya masih belum bisa mengendalikan kemarahan saya dengan baik. Sungguh sulit menahan marah kala kita sedang berada di atas angin. Ibu memarahi anaknya, hal yang biasa terjadi, kan? Tapi ibu yang marah dengan cara yang baik? Uh, saya masih jauuuuh dari itu.

Pesan kepada anak saya yang bunyinya nggak enak didengar itu, “Diam ketika dimarahi” sejatinya adalah pesan yang saya tangkap dari pola pengasuhan yang diterapkan orang tua saya dan guru-guru saya dulu. Pola pengasuhan ini pula yang saya wariskan kepada anak saya. Klise, ya, cari pembenaran dari masa lalu, tapi itulah yang terjadi. Tak jarang saya menggunakan metode yang sama atau sangat mirip dengan metode yang saya alami dulu sebagai anak.

Baca juga: Wingka Katon Kencana

Tapi tak semua metode lama itu salah. Ada banyak pola pengasuhan gaya lama yang menurut saya masih patut dipakai hingga detik ini dan sampai nanti di masa mendatang, ratusan bahkan ribuan tahun dari sekarang. Misalnya soal berunggah-ungguh kepada orang (yang lebih) tua. Berbahasa yang baik dan santun, mengatur bahasa tubuh saat berbicara dengan mereka dan seterusnya. Masih, masih relevan dengan zaman apapun.

Kembali ke soal diam ketika dimarahi. Seingat saya, ibu saya seringkali mengulang-ulang perkataan itu saat memarahi anak atau anak didik yang membantah saat dimarahi. Ibu saya seorang guru SMK, beliau sering membawa cerita kejadian di sekolah, tentang murid-murid beliau, rekan kerja beliau dan banyak lagi. Salah satunya adalah soal murid yang menjawab ketika ibu saya memarahi mereka. Menjawab di sini maksudnya adalah membantah, baik membantah secara terang-terangan atau membantah dengan bahasa tubuh.

Baca juga: Hal - Hal yang Dulu Saya Kritik Dari Ibu yang Kini Saya Lakukan

Membantah orang tua atau orang yang dituakan memang bukan hal yang patut dilakukan, meskipun itu bukan kepada orang tua sendiri. Mengapa? Sebab memang begitulah kedudukan orang (yang lebih) tua. Dalam Al-Quran pun dikatakan berkali-kali untuk berkata yang baik kepada orang tua. Misalnya dalam surat Al-Isra ayat 23
 "Janganlah engkau berkata kepada keduanya “uf” ("ah") dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang mulia."

Atau dalam surat Luqman ayat 15, anak diwajibkan berkata dengan perkataan yang baik meski orang tua memaksa anak untuk berbuat syirik.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan

Mengenai menghormati orang tuanya orang lain, Rasulullaah SAW pernah bersabda dalam hadits:

diam-ketika-dimarahi
 
 

Harus Diam Ketika Dimarahi, Kenapa?

Diam ketika dimarahi memang berat. Siapa juga yang tahan diomeli tanpa membela diri? Bahkan saat dimarahi suami pun berlaku juga rumus ini: diam ketika dimarahi. Beraaat... banget. Kadang yang muncul adalah ego. Kepingin rasanya membantah, tapi bantahan saat dimarahi itu tidak akan membawa kebaikan, sebaliknya malah membawa keburukan. Ibarat bahan bakar, bantahan kepada seseorang yang sedang marah akan makin membuat api kemurkaannya makin berkobar-kobar. Apalagi kalau bahan bakarnya bensin atau avtur yang mudah sekali terbakar, ya, hehe... bisa-bisa kemarahan yang terjadi sebesar ledakan roket yang mau meluncur ke luar angkasa. Wusss...!

Ada yang pernah mengalami atau menyaksikan kejadian perang mulut gara-gara pihak yang dimarahi membantah? Di sinetron kali, ya, hehe...tapi memang berbahaya betul lho membantah orang yang sedang marah karena, ya itu tadi, bantahan bagaikan semburan bahan bakar ke dalam api yang menyala-nyala. Yang dikhawatirkan adalah jika kemarahan menjadi tidak terkendali lalu terjadilah kekerasan, baik fisik maupun verbal. Duh, jangan sampai deh. Jadi, memang diam ketika dimarahi adalah pilihan teraman.

Pikirkan juga alasan kita dimarahi. Bisa jadi memang kita pantas dimarahi gara-gara ulah kita sendiri. Bisa juga kita dapat musibah dimarahi karena kita baru saja memarahi orang lain, hehe... Intinya introspeksi diri saja, siapa tahu memang kita berbuat kesalahan yang cukup besar sehingga pantas dimarahi.


Tidak Bersalah Tapi Harus Diam Ketika Dimarahi. Terus, Kapan Kita Membela Diri?

Wahhh...ini sih berat banget. Sudah kita nggak bersalah, kena marah pula. Rasanya nggak terima, ya. Dalam kondisi seperti ini, apa ya harus tetap diam ketika dimarahi? Nggak adil dong. Kapan kita bisa melakukan pembelaan diri? Kapan?

Sabaaar...

Dimarahi padahal tidak bersalah adalah salah satu akibat dari miskomunikasi. Bisa jadi kabar yang diterima oleh orang yang memarahi kita adalah keliru. Kalau sudah begini, sebaiknya tunggu waktu yang tepat untuk menjelaskan duduk perkara, yaitu saat kemarahan sudah mereda atau menghilang. Cari situasi yang tepat agar tidak terjadi salah komunikasi lagi. Kalau kemudian pembelaan diri kita tidak diterima? Ya sudah, anggap saja kita sedang belajar karakter orang yang memarahi kita.

Ya, itulah cerita soal dimarahi dari saya. Diam ketiak dimarahi memang tidak enak banget, tapi rasanya kalau tidak diam keadaan bisa menjadi lebih buruk. Nah, teman-teman ada yang punya pengalaman tak terlupakan seputar dimarahi atau memarahi? Boleh cerita di sini lho. Siapa tahu berguna buat pembaca lain.

Tulisan ini merupakan kolaborasi bersama Ade Delina Putri dan Liza Permasih.
dengan tema: Tentang Marah dan Dimarahi
Baca juga tulisan Mak Ade: 4 Hal yang Harus Dilakukan Saat Dimarahi

Related Posts

8 komentar

  1. Kalo membela diri pas dimarahi...nanti dapat gelar baru mb.."ngeyel"

    Oh..mb diah juga sok marah juga tho mb.. Klo aku biasanya klo pas kerjaan rumah nggak beres2..baru selesai nyapu..eh, numplak mainan..trus tinggal bablas main ke tempat lain...di situ aku merasa tiba2 tensi darahku naik☺

    BalasHapus
    Balasan
    1. ngeyeler ya lis. hooh aku juga kalo udah sore trus rumah bukannya rapi tapi malah tambah berantakan, biasane langsung naik darah, hehehe...

      Hapus
  2. Iya, juga bilang gitu.. abis gak panteslah anak sama ortu tegang urat leher.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ga enak dilihat orang lain ya mbak. juga ga enak didengar tetangga

      Hapus
  3. Huhu, jadi ingat Suka marahi anak :((((

    BalasHapus
  4. Salam kenal, Mbak Diah. Kebetulan lagi mau marah, kebetulan nyasar ke postingan ini... Akhirnya, nggak jadi marah karena kasian dengan yang mau dimarahi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe...memang sulit mengelola marah jadi marah yang baik ya mbak. terima kasih sudah berkunjung. salam kenal kembali.

      Hapus

Posting Komentar