KEB

KEB

BPN

BPN

About Me

About Me
Diah is here! Mom of three boys.

Wisata Tubing Di Brumbun Madiun

20 komentar
Wisata Tubing di Brumbun Madiun sedang naik daun saat ini. Wisata petualangan (adventure) ini merupakan salah satu objek wisata baru yang dikembangkan oleh Pemkab Madiun.




Desa Wisata Brumbun ini berada di Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun. Terletak di kaki pegunungan, suasananya masih asri dengan hamparan persawahan dan hutan. Baru dibuka pada Juli 2016 lalu, wisata alam ini langsung mengambil hati wisatawan yang kangen nyemplung ke kali. Oya, tubing bisa diartikan ikut arus sungai dengan duduk mengapung di atas ban bekas. Wisata tubing di Brumbun Madiun memanfaatkan saluran irigasi alias selokan a.k.a. kanal.


Berkelok indah. Di ujung sana adalah tempat parkir roda dua.

Wisata model ini juga disebut wisata kelen (dibaca dengan bunyi 'e' seperti pada 'bebek'), yang berasal dari kata 'keli' yang berarti hanyut. Kelen berarti tempat menghanyutkan diri tanpa terhanyut.

Rute Menuju Wisata Tubing Di Brumbun Madiun

Rutenya cukup mudah. Kalau dari arah kota Madiun bisa ambil jalur ke Dungus/Kare. Sampai di perempatan Pasar Dungus, belok kanan. Jalan pelan saja sebab setelah hiruk-pikuk pasar ada percabangan berbentuk Y, ambil yang kiri dengan jalur menurun. Ikuti jalur itu nanti ketemu gapura Desa Brumbun. Tinggal naik sedikit, turun, naik lagi sudah sampai di perempatan menuju wisata tubing. Sila terus, hati-hati jalan menurun. Pas di akhir turunan ada jembatan, ada plang, belok kiri.


Plang penunjuk arah

Kalau dari arah Ponorogo, ambil rute menuju perempatan Pabrik Gula Pagottan. Belok kanan, terus sampai ketemu perempatan Pintu, belok kiri, ikuti jalan sampai ketemu pertigaan Jetis. Belok kanan, di pertigaan kantor Desa Jetis belok kiri, maju sedikit, belok kanan di pertigaan ke arah Prambon (ada plang). Terus saja ikuti jalan itu sampai pertigaan sesudah Pasar Prambon. Ambil jalur kiri melewati Puskesmas Jetis. Terus saja ikuti jalur itu. Pemandangannya indah. Ada sawah dan perkampungan.

Ikuti saja jalan itu, nanti ketemu pertigaan. Belok kiri, ketemu jembatan dan ketemu gapura Desa Brumbun. Ikuti sampai ketemu perempatan desa wisata, belok kanan ke jalan menurun.

Bisa juga mengambil rute mendatar dengan mlipir mengikuti kanal setelah gapura Desa Brumbun.
Fiuh...agak berliku ya. Intinya rute Prambon-Mruwak-Brumbun. Jangan takut, andai kesasar pun bisa tanya ke penduduk sekitar. Hehe...

Baca juga: Piknik Asyik Di Wana Wisata Grape

Tepat pada 1 Januari 2017, kami berempat berkunjung ke sana. Setelah sarapan, sekitar pukul 7.30 kami berangkat dari rumah naik sepeda motor. Sebetulnya kawasan desa wisata ini sudah kerap kami lewati kalau mau piknik ke Wana Wisata Grape. Bahkan kanal yang dipakai tubing sudah kami kagumi sejak lama karena airnya yang deras menyenangkan dan panorama sekelilingnya yang indah menghijau. Mendengar grojogan arusnya saja sudah bikin tenang. Ternyata, ya kanal itu yang dipakai ciblon, cuma kami belum pernah masuk ke sentra wisatanya. Kira-kira pukul 8 pagi kami sampai di tujuan.

Setelah sampai di plang penunjuk arah tadi, kami berkendara mengikuti kelokan. Jalannya cukup untuk satu kendaraan, tapi harus hati-hati terutama kalau berpapasan. Oya, untuk kendaraan roda empat atau lebih parkirnya sebelum plang tadi ya. Bisa di atas sebelum jalan menurun atau di bawah di halaman luas milik warga setempat di dekat plang penunjuk arah. Sedangkan roda dua diparkir di dekat sentra wisata. Biaya parkir roda dua cuma 2.000 rupiah. Harga standar.

Horeee...Wisata Tubing Di Brumbun Madiun


Welcome!
Karena sepeda motor diparkir sebelum masuk sentra wisata, kami berjalan kaki. Datang pagi, kami termasuk tamu pertama bersama satu rombongan keluarga lain. Masih segar dan sepi. Pokoknya nggak rugi datang pagi! Langsung deh kami njujug ke masjid yang diubah jadi basecamp. Ngapain? Beli tiket. Di sinilah pelayanan tiket dan informasi. Mau tanya-tanya soal outbound juga di sini tempatnya. Rombongan besar yang mau tubing sebaiknya mem-booking dulu.

Biaya satu kali jalan tubing sebesar 15.000. Kalau mau main ke Air Terjun Cinta cuma 5.000. Untuk tiket merah seharga 15.000 sudah termasuk ke Air Terjun Cinta rupanya. Alhamdulillaah...
Eh? Ada air terjunnya juga? Iya, ada. Jadi wisata di sini selain berbasah-basah di selokan juga bisa mandi di sungai betulan. Kali Catur namanya.


Beli tiket di basecamp yang juga musholla. Di sini juga dijual kaos khas. Sayangnya saya nggak sempat tanya-tanya lebih jauh soal ini.
Tiket merah @15.000 bisa tubing  dan ke air terjun


Patuhi tata tertib, ya


Yuk, jaga kebersihan biar nyaman

Selesai beli tiket, kami menunggu di tepi kanal. Sambil menikmati alam, saya merenung, dampak wisata seperti ini betul-betul bagus. Sungai jadi terjaga, penduduk pun sadar wisata. Ramah-ramah! Baik yang jadi petugas maupun yang tidak.


Termasuk mas karang taruna ini. Ramah.
Berhubung masih pagi, kami bisa lihat persiapannya


Pakai pelampung dulu, ya. Sampai terdengar bunyi 'klik'


Ini dia kendaraannya. Bagus, kan?


Dibantuin petugas untuk nyemplung. Alas kaki ga usah dipakai, ya. Bisa dititipkan di loker dekat basecamp. Rileks aja, kaki naik ke ban, tangan berpegangan ke tali samping


Bismillaahirrohmaanirrohiim. Yuk, berangkat!

Pagi itu duo krucil ber-tubing bareng rombongan keluarga lain. Total 'gerbong' ada delapan. Tujuh penumpang dan satu petugas pemandu di belakang. Uniknya, rombongan ini bawa bayi! Beneran! Satu keluarga terdiri dari bapak, ibu, tiga anak lelaki dan satu bayi! Si bayi dipangku bapaknya yang duduk persis di depan petugas pemandu.

Yang lucu, saya sempat diprotes seorang bapak pengunjung di sana gara-gara si bayi tadi. Ceritanya rombongan udah jalan, saya sibuk motret. Suami saya jalan di depan karena anak-anak duduk di paling depan. Tiba-tiba ada bapak agak sepuh nyamperin saya dan tanya, "Itu anaknya??" Saya jawab, "Iya." Terus bapak itu istighfar, "Astaghfirullooh... Anak segitu?! Bapaknya gimana sih!?" Gantian saya yang kaget. Sambil jalan saya mikir-mikir, "Lha, emangnya kenapa? Wong anak saya udah 6 dan 7 tahun kok?!" Setelah saya amati rombongan tubing itu saya baru paham. Ooo...sepertinya bapak itu mengira saya ini ibunya si bayi. Bukan, Pak. Anak saya yang di depan kok hehe...


Rombongan lewat. Tuh, bayinya kelihatan


Lewat bawah jembatan! Badan direbahkan...!

Karang taruna desa yang dapat manfaatnya. Menurut si mas yang ramah itu, bantuan dari desa turun dan dalam waktu dua bulan sudah balik modal. Personil banyak dikerahkan. Mulai dari pemandu, juru potret, CS, pemandu di air deras dan menurun, petugas ojek, petugas parkir dan lain-lain.Yang saya baca di beberapa blog, ide wisata tubing ini diambil dari wisata Goa Pindul. Bahkan pemuda karang taruna juga diutus untuk studi banding ke sana. Hasilnya? Cukup bagus menurut saya.


Melewati batuan alami

Rombongan tubing harus menepi dulu, naik dan berjalan kaki sebentar sebab ada bagian kanal yang tidak bisa dilewati. Jadi ada semacam tembok melintang di tengah. Duh, saya nggak paham nama dan fungsinya. Mungkin untuk mengatur derasnya arus yang lewat sebab akan segera masuk ke area persawahan. Yang jelas, sebelum masuk ke area tubing, ada bendungan di bagian atas. Cuma pak pemandu belakang yang tidak ikut naik. Beliau mengarahkan ban-ban melewati penghalang itu lalu nyebur lagi. Tidak jauh kok. Setelah itu rombongan bisa nyemplung lagi.

Daaan...setelah kurang lebih berlayar sejauh 750 meter, selesaiii...!! Sambil nungu jemputan, boleh main air lagi asal nggak keli terlalu jauh. Hah? Jemputan? Iyes.


Rombongan dijemput pakai mobil. Kalau cuma berdua dijemput pakai motor. Ojek, istilahnya. Bayar nggak? Nggak. Sudah termasuk harga tiket. Tapi kalau yang ga ikut terjun dan malas jalan kaki, bisa juga pakai ojek ini dengan tarif 5.000.

Setelah puas berbasah-basah di kanal, kami kembali ke basecamp untuk menuju air terjun. Saya dan suami berjalan kaki, sementara anak-anak ikut jemputan. Lumayan juga saya bisa ikut olah raga. Sayangnya sepeda motor pengunjung mulai berdatangan, jadi kami kerap harus berbagi ruang dengan mereka ketika berpapasan.

Videonya bisa dilihat di sini, ya... super pendek ini videonya.



Baca Juga: Rencanakan Liburan Ke Lombok Dengan Batik Air

Air Terjun Cinta yang Masih Satu Lokasi dengan Wisata Tubing di Brumbun Madiun

Anak-anak basah kuyup tapi ternyata belum cukup puas bermain air. Oke deh. Saatnya nyemplung ke sungai betulan! Berbekal sobekan tiket tubing, kami menuju basecamp. Air terjun bisa diakses lewat sebelah kanan musholla. Ternyata air terjun itu ada di belakang musholla.


Lewat jembatan dulu. Hati-hati, ya.

Kenapa dikasih nama Air Terjun Cinta? Hmm...entah ya. Yang jelas pas menuju ke sana saya digandeng suami, hehehe...


Kincir air. Sayangnya nggak berputar karena air tidak bisa menyentuh kincir


Jembatan tadi menuju halaman luas di bawah rumpun bambu dan pohon-pohon rindang. Sejuk deh


Ada tempat api unggun juga


Halo...kenalan, yuk! Namaku Sukun. Namamu siapa?

Menurut satu blog, lahan ini milik seorang kakek yang ikhlas tanahnya dimanfaatkan untuk kerja sama dengan karang taruna desa. Masjid yang jadi basecamp tadi juga milik beliau. Saya jadi mikir, mungkin ini yang disebut Tamansari Mbah Kung, seperti yang tertera di plang selamat datang di depan basecamp. Mulia sekali ya, Mbah Kung. Semoga amalnya dicatat sebagai amal baik. Aaamiiin.

Dan pas di sana saya melihat ada dua-tiga orang mbah kung sedang duduk-duduk santai sambil berbincang. Dilihat dari gaya berbusana mereka, tampaknya mereka penduduk desa ini. Mungkinkah salah satu dari mereka adalah Mbah Kung?


Jalan menuju Kali Catur. Sebaiknya alas kaki dilepas. Ikuti arahan petugas berseragam


Selamat bermain air!


Ikuti tata tertib, ya.

Oya, berhubung saya sedang hamil dan tidak ikut ke kali, saya tidak dapat gambar air terjunnya. Jadi saya pinjam foto Air Terjun Cinta dari blog lain, ya.


Air Terjun Cinta.
Gambar pinjam dari http://m.kompasiana.com/bunnan/semangat-karang-taruna-desa-wisata-brumbun-mewujudkan-mimpi_58622cf2169373b906c078bf


Yang nggak nyemplung kali boleh leyeh-leyeh di sini sambil pesan pentol atau jajanan lain. Tersedia tempat sampah juga, jadi lebih nyaman.

Di sisi kiri tempat kulineran sebetulnya ada lagi yang menarik, yaitu Rumah Pohon! Sayangnya saya juga nggak sempat ambil fotonya. Dan pas mampir ke situ anak-anak sudah mentas dari kali dan ingin segera mengisi perut. Ada juga camping ground, tapi saya belum nemu itu di sebelah mana. Atau di sini ini karena ada tempat untuk menyalakan api unggun? Entah ya. Saya kok ya nggak tanya. Keburu lapar sih!

Berhubung menu di sana kurang pas untuk suasana lidah ibu hamil, maka kami putuskan untuk makan di tempat lain saja. Sebelum itu, mandi dulu.
Kamar bilas ada di sisi kanan depan basecamp. Jujur saja, ini kamar bilas, ya. Kondisinya kurang bagus, masih dalam pengembangan. Kalau tidak salah ada empat kamar bilas berukuran kecil dengan dua keran di dalamnya. Satu keran bawah dan satu keran yang dihubungkan dengan pipa ke atas yang berfungsi sebagai shower. Airnya melimpah. Cuma sayangnya penyekat ruangannya terbuat dari bekas spanduk print, eh apa ya namanya? Jadi kalau mau berbilas sebaiknya ada yang menjaga di luar biar lebih aman.

Anak-anak mandi dan keramas di sini. Oya, kalau lupa tidak bawa sabun dan shampo, bisa beli di basecamp. Kalau mau BAB gimana? Kata anak saya, ada toilet di sebalik kamar bilas. Saya sih nggak ngintip ke sana, tapi ada satu pengunjung yang membenarkan perkataan anak saya.

Tips Untuk Berwisata Tubing di Brumbun Madiun

Pas selesai mandi, waktu menunjukkan sekitar pukul 10 pagi. Sudah dua jam rupanya kami di sini. Dan ternyata pengunjung sudah buanyak. Yang antri mau ber-tubing juga buaaanyak. Memang sudah kondang rupanya tempat wisata baru ini! Biar makin hepi berwisata, berikut ini beberapa tips dari saya:

  • Datang pagi lebih bagus. Wisata di sini buka pukul 8 pagi. Masih segar dan belum ramai.
  • Bawa baju ganti dan perlengkapan mandi.
  • Pakai sandal jepit lebih nyaman.
  • Ikuti tata-tertib dan jagalah kebersihan.

Bagi yang masih penasaran, ingin cari info lebih lanjut, bisa mengunjungi fanpage-nya di facebook.com/dewibrumbun atau instagramnya @desa_wisata_brumbun atau bisa juga kontak via twitter @dewibrumbun. Nah, selamat berwisata tubing di Brumbun Madiun, ya!

Keterangan: foto-foto merupakan koleksi pribadi kecuali yang disebutkan sumbernya.

Related Posts

20 komentar

  1. Waaa seru banget..murmer ya mbk,15ribu

    BalasHapus
  2. Mbak HM: iya mbak. murmer pakai banget. puaslah dengan harga segitu. :-)

    BalasHapus
  3. Seru dan asyik buat wisata dengan keluarga ya mbaaa. Kebayang seseruan di sungai. Ada yang terjun ke air ngga? :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada mbak. Selesai di garis finish, boleh turun dari ban dan main air sambil nunggu jenputan. Anak saya yang besar malah sampai agak jauh kelinya sampai harus dijemput ayahnya. Haha...

      Hapus
  4. seru banget..kayaknya..naik benen..., beda dikit ma arung jeram... yah.. he2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau arung jeram arusnya deras mbak. Di sini ga terlalu deras.

      Hapus
  5. Wah asiiik sekarang madiun makin maju :D

    Ban nya lucu ya bisa bentuk bulet2 begitu wkwkk
    Jadi keinget sama perutnya ayah yang buncit. :')


    Yang saya rindu dari madiun ini apanya ya.. makanan khas madiun apa sih ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Madiun terkenal dengan pecelnya mbak. Juga brem.

      Hapus
  6. Huwaaa bumil udah nyampek sana aja,

    Rencana kami mau kesana hari minggu tgl 15 ini Mbak. Pas ultah Alfi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pas sama ultah Alfi ya. Asyiiik. Besok ikut nyemplung aja mbak biar tambah seru.

      Hapus
  7. Wisata2 baru/alami gini dimana mana lagi booming ya mbak.. Klo di terapin di selokan mataram itu..koyone iso yoo..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pas fotonya tak share ke grup WA keluarga, dikira di selokan mataram juga. Hehe...

      Tapi kalo selokan mataram udah rame dilalui orang, mungkin kurang nyaman.

      Hapus
  8. waahhh seru banget Mbaa, mana murah pula! apalagi air terjunnya itu loh, pasti seger banget deh bisa mandi di situ :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya gitu mbak. Asal debit airnya cukup, seger banget.

      Hapus
  9. Seruuu dan menyenangkan, kepengen tapi jauhhhh :(

    BalasHapus
  10. Pertama kali saya mengenal istilah Tubing itu ketika melihat foto kawan di Gua Pindul (?) Jogyakarta. Saya pingin sekali merasakan hanyut diatas ban seperti itu.

    Patut dipujikan upaya masyarakat setempat yang mendaya gunakan sumber daya dan fasilitas apa adanya untuk kepentingan pariwisata

    salam saya

    BalasHapus
  11. Nah, kalo sungai terjaga kebersihannya dan masyarakat sekitar sadar wisata ..., sungai bisa dimanfaatkan jadi sarana tubing seperti di Brumbun ini.
    Tiketnya murmer pula, bisa buat contoh lokasi wisata lainnya.

    BalasHapus
  12. wah memanfaatkan sungai yang ada dan dibuat wisata dan ditata bisa jdi peamsukan uang buat desa, bagus ya

    BalasHapus
  13. wisata alam banget ini..
    aku juga pengen banget ngerasain ngikutin arus sungai dikelilingi pemandangan alam yang indah. tiketnya mura lagi..sayang jauh banget.
    yang menarik ada tulisan bahasa jepang nya disitu. berarti banyak wisata asing juga ya

    BalasHapus

Posting Komentar