KEB

KEB

BPN

BPN

About Me

About Me
Diah is here! Mom of three boys.

Dari Satu Tumbuh Sebelas

Dari satu tumbuh sebelas? Apa itu? Cerita ini bermula dari sekitar pertengahan atau akhir tahun 1960-an.

Ibu saya yang lain, ibu mertua saya, menyerahkan anak pertamanya untuk diasuh orang lain. Mengapa? Sebab orang lain itu tak lain adalah adik iparnya sendiri yang telah sekian lama berumah tangga namun tak kunjung dianugerahi keturunan. Dengan berbagai pertimbangan, termasuk nasihat dari ayahnya, ibu mertua saya mengikhlaskan anak tersebut kepada adik iparnya dan untuk kemudian diakuinya sebagai keponakannya.

Kala itu ayah beliau berkata, "Serahkan saja, sebab anak ini nantinya akan menyeberangi samudera."

Betul. Si anak tersebut bersama keluarga barunya kemudian bermukim di sebuah kota di Sulawesi. Dan ketika dewasa pun si anak ini bekerja dan menetap di sebuah kota di Kalimantan. 'Ramalannya' terbukti, kan?

Ibu mana yang tak berat melepas anak kandungnya untuk diasuh orang lain? Membiarkan si anak tumbuh dalam dekapan kasih sayang ibu lain? Membiarkan perempuan lain dipanggil 'ibu' oleh si anak sementara dirinya dipanggil 'bude'? Terlebih anak pertamanya. Namun ibu mertua saya dengan ikhlas melakukannya.

Gambar dari http://bilqissq.blogspot.in/2008_04_01_archive.html

Rahasia itu terjaga rapat hingga si anak belajar di bangku perguruan tinggi. Saat si anak tahu bahwa budenya adalah ibu kandungnya, ia syok. Namun seiring berjalannya waktu, kenyataan itu dapat diterimanya. Termasuk kenyataan bahwa ia bukan anak tunggal, tetapi anak pertama dari sebelas bersaudara. Sebelas? Ya. Pada akhirnya ibu mertua saya dianugerahi sebelas putra-putri.

#

Tiap mengingat cerita ini saya merasa merinding membayangkan bagaimana kuat dan istiqomahnya ibu mertua, bapak mertua dan juga pasangan adik iparnya menjaga rahasia ini. Betapa besar rasa ikhlas mereka saat harus melepas sang anak dua kali. Saat masih kanak-kanak dan saat dewasa ketika si anak menemukan kenyataan yang sebenarnya.

Memang tuntunan syariah melarang seseorang menyembunyikan nasab orang lain, akan tetapi barangkali karena cahaya agama belum sebenderang sekarang, kiranya wajar jika hal itu terjadi di era itu. Terlepas dari itu, sungguh keikhlasan ibu mertua saya patut diacungi jempol.

Kini kedua mertua saya sudah tiada. Semoga mereka berdua dianugerahi tempat yang baik di sisi Alloh Subhanahu Wa Ta'ala. Kesebelas putra-putri mereka yang kini tinggal bersepuluh (kakak nomor 4 sudah dipanggil Alloh tahun 2013 silam) hidup rukun saling menyayangi. Semoga demikianlah adanya. Aaamiiin.

Tulisan ini dibuat guna memeriahkan kegiatan posting serempak #K3BKartinian 2015.

Related Posts

14 komentar

  1. Jadi yang pertama diasuh adik iparnya dan lahirlah 11 adik dari yang pertama itu? Kisah menarik mbak.

    Febriyanlukito.com

    BalasHapus
  2. Trus setelah mengadopsi anak....buliknya punya momongan ndak mb? Kadang kan ada tradisi "mancing" gitu tho.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak ada lis. Memang nggak diparingi momongan oleh Alloh.

      Hapus
  3. Salah satu wali muridku ada juga yg gitu Mak. Anak beliau meninggal waktu masih kecil sampai beliau depresi, dan beliau tidak dikaruniai momongan lagi. Luar biasanya, sang adik dr wali murid ini kemudian merelakan anak pertamanya untuk diasuh dan dibesarkan oleh beliau. Benar2 perjuangan keikhlasan yg luar biasa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. subhanalloh. orang-orang yang luar biasa ya mak.

      Hapus
  4. betul mak, butuh keikhlasan yg tinggi utk bisa melakukan hal itu

    BalasHapus
  5. Ceritanya begitu luar biasa bisa menginpirasi siapa pun pastinya mbak.

    BalasHapus
  6. Saya salut dengan ibu mertuanya mbak, beliau dengan ikhlas menyerahkan putra pertamanya untuk diasuh saudaranya, meski sebenarnya terasa berat. Ternyata dg keikhlasan itu Allah malah memberinya lebih...sebuah pembelajaran tentang ikhlas ya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul, mbak. luar biasa hebat menurut saya.

      Hapus

Posting Komentar