KEB

KEB

BPN

BPN

About Me

About Me
Diah is here! Mom of three boys.

Lampu Riting dan Perilaku di Jalan Raya

9 komentar
Lampu riting atau juga disebut lampu sein, sejatinya adalah alat komunikasi antarpengendara di jalanan. Dengan menyalakan lampu sein, berarti seseorang sedang minta jalan untuk berbelok, mendahului atau minta agar tidak didahului. Lampu riting juga bisa digunakan untuk memberi tanda bahwa kendaraan akan segera berjalan setelah sebelumnya diam terparkir. Fungsi lampu riting ini sangat penting. Tanpanya, bisa-bisa sering terjadi tabrakan di jalanan.

Sayangnya, lampu riting yang penting ini seringkali diabaikan penggunaannya. Masih ingat dengan lampu riting dengan bunyi di sepeda motor merk Yamaha keluaran tahun 1990-an? Lampu riting dibuat ada bunyinya supaya si pengendara ingat bahwa ia tengah menyalakan lampu riting. Ini menandakan bahwa sebagian pengendara sering lupa mematikan lampu riting saat sudah selesai berbelok. Akibatnya, kendaraan berjalan lurus tapi lampu riting masih menyala sehingga membuat bingung pengguna jalan yang lain. "Ini mau belok apa nggak sih, kok dari tadi riting tapi jalannya lempeng aja?"

Berikut ini beberapa kesalahan penggunaan lampu riting yang biasa dilakukan pengendara:

Riting Mendadak

Beberapa hari lalu saya menyaksikan sebuah hasil tabrakan antara dua sepeda motor. Satu sepeda motor hendak menyeberang lalu ditabrak dari belakang. Kedua pengendara terluka. Banyak cerita beredar, namun yang paling masuk akal adalah yang tertabrak menyalakan lampu riting secara mendadak dan langsung memotong jalan. Jelas saja yang di belakangnya gelagapan.

Perilaku seperti ini sudah sangat sering saya saksikan, meski tak berakhir dengan tabrakan, setidaknya membuat pengguna jalan lain senam jantung. Sebaiknya, seharusnya, lampu riting dinyalakan tidak mendadak. Kemudian jangan pula langsung memotong jalan. Mentang-mentang sudah menyalakan lampu langsung sikat saja. Ya kalau yang di belakangnya siap, kalau tidak? Belum lagi tak jarang lampu riting kurang jelas menyalanya.

Prosedur menyeberang bagi sepeda motor yang aman adalah: menepi, nyalakan lampu riting, tunggu hingga jalanan cukup lengang, baru menyeberang. Ini berlaku bagi jalanan yang tidak macet, ya. Untuk jalanan yang macet apalagi yang parah, saya belum ada pengalaman dengan itu.

Riting tapi Slengekan

Yang ini biasanya begini: kendaraan dari sisi luar kiri jalan, menyalakan lampu riting, langsung masuk jalur tanpa lihat depan-belakang. Bisa jadi kendaraan baru saja diparkir atau turun dari badan jalan. Sepeda motor yang berbuat begini saja sudah bikin kesal, apalagi mobil.

Kalau mau masuk jalur harap diingat bahwa jalan raya itu milik umum, jadi banyak yang menggunakannya. Setelah riting tengoklah dulu kondisi lalu-lintas. Amankah? Jika sudah aman, baru masuk jalur.

Minta Jalan tapi Ngawur

Paling banyak kejadian riting minta diberi jalan itu di jalur luar kota. Biasanya truk, bis dan mobil sering melakukan ini: riting kanan supaya diberi jalan untuk mendahului kendaraan di depannya.

Tapi, seringkali riting kanannya ini tidak pakai tepa selira, tanpa toleransi. Mentang-mentang minta jalan lalu ambil jalur kanan sebanyak yang disukai. Ya kalau jalanan sepi-pi-pi, nah kalau ada sepeda atau sepeda motor di sana? Parahnya lagi, kadang sudah merebut jalur, nglakson pula. Waduh...ke mana perginya etika?

Berkendara di jalan raya jelas bukan pekerjaan sepele. Perlu ilmu dan ketrampilan. Kalau masih menganggap jalan raya sebagai tempat latihan, sebaiknya jangan menyetir. Jalan raya bukan tempat unjuk kekuasaan ataupun tempat menyabung nyawa.

Related Posts

9 komentar

  1. Wah. Satu hal bisa bencana ya Mba. Sering tuh kalau lg sama kakak naik mobil. Tiba2 dr kiri ada yang nyelip n belok ke kanan. Mbok ya kalau mau belok kanan ya dari kanan gitu ya.
    Soal yang buat nyalip kanan, jadi inget pas jalan malam2 dr Cirebon ke Sumedang. Wuidihhh. Ngeri. Hahaha. Supir bus n truck pada berani semua

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jalur luar kota itu yang paling bikin stres. Pada nekat-nekat! Apalagi yg asal motong jalan...duuuh...memprihatinkan!

      Hapus
  2. Dari pengamatan.....biasane usia sing rawan ngawur berkendar tu para ABG usia SMP-SMA, seakan-akan punya nyawa serep aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan-jangan sekarang nyawa dijual online ya. Hehe...

      Hapus
  3. Banyak yang ngasih lampu sen tapi pas uda mau belok banget.. Bahaya iss.. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mepet gitu ya mbak. Terus yang repot tuh kalau ada apa-apa nyalahin pihak lain. Haduuuh...

      Hapus
  4. Pengalaman paling sering itu ibu" naik motor yang menyalakan riting untuk belok tetapi justru dia belok ke arah sebaliknya.. entah panik, cemas atau apa... dan sepertinya ragu" dijalan..

    BalasHapus
  5. Iya mas. Bisa jadi karena saking senangnya nyalakan riting sampe nggak mau matikan ya. Haha...

    BalasHapus
  6. Saya kalo dibonceng suami, ritingnya dobel mbak..sen motor sama tangan saya..hehe..daripada diseruduk or serempetan ama pengendara blkg yang ga konsen :p

    BalasHapus

Posting Komentar