KEB

KEB

BPN

BPN

About Me

About Me
Diah is here! Mom of three boys.

Nenek Zombie

Dear Diary,
Kemarin si unyu Hasna datang lagi sama mamanya ke rumah. "Nengok Nenek", katanya. Ugh! Na, Hasna...kalau kau panggil aku begitu unyumu hilang deh! Memangnya setua itukah Budemu ini?

Diaryku sayang, aku muak dipanggil 'Nenek' oleh balita itu. Padahal mama Hasna, si Dewi-adikku yang bontot itu, sebenarnya ngajarin ke Hasna untuk panggil aku 'Bude'. Trus dari mana ya Hasna bisa panggil aku 'Nenek'? Umurku dan Dewi memang terpaut sepuluh tahun. Tapi masak iya aku kelihatan setua itu?

Pingin protes deh, Diary. Tapi protes sama siapa? Sama Tuhan? Ah...aku nggak berani. Biarpun begini aku masih takut sama Tuhan. Apalagi aku merasa umurku mungkin tak sepanjang cita-citaku, karena sel-sel kanker ini yang bergerak makin cepat setiap hari, sementara aku semakin melambat. Bukan hanya dalam hitungan hari, bahkan mungkin dalam jam, menit atau detik.

Masih ingatkah kau, Diary, lima tahun yang lalu saat pertama kali aku dirontgen, dada ini dirontgen? Ingatkah kau betapa paniknya aku saat diberitahu dokter bahwa aku mungkin terkena kanker paru-paru? Ingin rasanya aku tak percaya, tapi batuk parahku yang berdarah sebelumnya menguatkan kemungkinan ini.

"SCLC", kata Dokter Ridwan waktu itu. Small-Cell Lung Cancer ditemukan di paru-paruku! Sel kanker ini bergerak sangat cepat mengubah wajah paru-paruku yang semula ramah menjadi penuh  amarah. Oh, Diary, bagaimana aku bisa hidup tanpa dukungan sepasang paru-paru ini...

Aku tahu, Diary, kaupun pasti juga memusuhiku saat itu. Kau pasti kecewa kepadaku yang kerap mengabaikanmu dan lebih memilih rokok putihku di kala aku galau. Maafkan aku. Aku sungguh khilaf telah memilihnya sebagai teman dekatku hanya demi pergaulan. Demi order pekerjaan yang kudapat dari komunitas itu. "Komunitas artis", katamu. Ah, apalah artinya artis kalau hanya hidup dari gosip ke gosip. Tapi itulah hidupku dulu. Menjual gosip dari satu artis ke artis yang lain. Menawarkan popularitas instan lewat gosip.

Rokok putih itu telah menipuku, Diary. Dia memang setan bermuka manis namun berhati busuk penuh jelaga. Tak kusangka, tujuh tahun kesetiaanku kepadanya dibalas dengan ini.

Jadi aku paham alasan Hasna panggil aku 'Nenek'. Ya, bagaimana lagi, ubanku tumbuh subur. Bukan cuma karena faktor 'U', tapi karena nikotin dari rokok putihku itu menghambat nutrisi yang seharusnya sampai ke rambutku. Dasar perampok, kau, nikotin! Dan entah apa lagi yang dilakukan ke-250 zat karsinogenik lainnya yang bersembunyi dalam sebatang rokok pada tubuhku! Bodohnya aku, percaya bahwa rokok putih itu lebih aman dan lebih ringan dari rokok kretek! Sampai-sampai aku habiskan hingga 20 batang sehari!

Belum lagi keriput di pinggir bibir dan ujung mata ini. Aku sungguh kelihatan sepuluh tahun lebih tua. Jangan bilang aku tak berjodoh gara-gara ini juga, ya, Diary. Tak ada lelaki yang tertarik menikahi gadis berkulit kusam dan kering serta berwajah keriput. Kalaupun ada, satu di antara sekian juta. Berlebihan, ya? Mungkin tidak.

Sudahlah. Aku tak ingin menambah penyesalan ini. Masih bersyukur aku hidup meski dengan tubuh lemah lunglai. Berjalan jauh aku sudah tak sanggup. Nafasku serasa terputus. Makan pun tak enak. Tiap kali menelan makanan tenggorokanku ikut sakit. Makin kurus saja badan ini. Belum lagi suaraku parau, tak bisa lagi berteriak memanggil siapapun. Makanya aku lebih suka curhat sama kamu, Diary. Denganmu aku bisa bercerita tanpa suara.

Diary sayang, aku sudah insyaf dan bertaubat kini. Biar orang bilang terlambat, nggak apa-apa. Aku percaya Tuhan masih memberiku kesempatan. Setidaknya, dengan begini aku bisa mengingatkan orang lain. Jangan pernah merokok, apa pun rokoknya. Lihatlah perempuan berumur 37 tahun ini. Dia bagai zombie, masih hidup atau mati, tak jelas. Organ tubuhnya sekarat, sistem tubuhnya nyaris tamat. Masih nekat juga? Jangan menyesal kalau nanti kita bertemu di ruang praktik dokter paru. Siapa yang 'selesai' duluan, aku atau kamu?

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis Diary Sang Zombiegaret.

Related Posts

There is no other posts in this category.

2 komentar

  1. Wah keren banget cerpennya mb Diah Dwi :) Sukses utk kontes Zombigaretnya :) btw jgn lupa folbek akun twitterku ya mb @cputriarty :)

    BalasHapus
  2. makasih mbak. oke, sdh saya folbek mbak.

    BalasHapus

Posting Komentar