KEB

KEB

BPN

BPN

About Me

About Me
Diah is here! Mom of three boys.

Brave Must Be Have!

7 komentar
Sewaktu masih belajar di SMP, saya punya sahabat karib yang hebat. Namanya Rosa. Kami menjadi akrab sejak disatukan Alloh di kelas yang sama, padahal sebelumnya kami bertetangga namun tak begitu akrab. Persahabatan kami mulai menghangat beberapa waktu setelah kelas yang baru dimulai. Pada awalnya saya 'berjodoh' dengan seorang teman lain, demikian juga Rosa, ia berteman dengan teman lain. Akhirnya, entah bagaimana mulanya, kami pun duduk sebangku.
Prestasi kami di kelas biasa-biasa saja. Tak buruk tapi juga tak pernah naik ke
sepuluh besar. Mata pelajaran kesukaan kami sama, Bahasa Inggris. Kurikulum di masa itu menetapkan bahasa Inggris baru mulai diajarkan di tingkat SLTP, sehingga tingkat kestressan siswa mempelajarinya cukup tinggi. Tak ada data yang pasti sih, namun setidaknya terlihat dari reaksi teman-teman saat pelajaran itu akan dimulai. Kebetulan, guru Bahasa Inggris kami di kelas 1 dan 2 tergolong galak. Syukur alhamdulillaah, saya dan Rosa meski berhadapan dengan guru yang galak tak pernah khawatir sebab kami dapat memahami pelajaran dengan baik.
Unggul di pelajaran Bahasa Inggris bukan berarti bebas dari stress, sebab ada mata pelajaran yang membuat kami selalu kelabakan, yaitu Matematika. Pernah dalam satu kesempatan saya dapat nilai 1 untuk ulangan Matematika. Betapa stressnya saya saat itu, karena seluruh hasil ulangan harus dimintakan tanda tangan orang tua/wali. Duh, bagaimana nanti memberi alasan kepada orang tua, pikir saya. Di saat yang menyedihkan itu Rosa memberi penghiburan yang luar biasa untuk saya. Ternyata, di luar dugaan, nilainya juga sama jebloknya, yaitu 2! Kami langsung tertawa berdua saat tahu hasil memalukan itu. Tapi, karena itu pula saya dengan pedenya menghadap orang tua dan meminta tanda tangan mereka dengan backing nilai Rosa yang juga parah.

Seperti remaja lainnya, kami berdua pun mulai membentuk image pertemanan kami dengan 'menyeragamkan' diri. Mulai dari potongan rambut, kaca mata, tas punggung, sepatu sampai sisir. Pokoknya apa yang bisa diseragamkan, kami usahakan seragam.
Saking akrabnya, sampai-sampai saya dan Rosa, entah bagaimana, memilih kegiatan ekstra kurikuler yang sama, padahal tidak janjian. Wah, wah.
Gambar dari halqohaddin.wordpress.com

Di kelas tiga, kami berdua sempat membuat sebuah slogan "brave must be have" yang artinya kalau berani pasti bisa dapat. Walaupun gramatically error tapi penerjemahannya selalu terbukti ampuh. Slogan ini kami cetuskan guna menghadapi rasa takut atau malu yang  seharusnya tidak boleh muncul, khususnya karena kami akan menghadapi ujian akhir yang penuh tantangan.
Brave must be have ini tak hanya kami tulis di buku catatan spesial kami tetapi juga menjelma menjadi semacam penyemangat. Misalnya saat kami harus maju mengerjakan soal di papan tulis, maka sebelum maju kami akan saling membisikkan semangat "brave must be have!". Juga di saat menghadapi ujian praktik olah raga, saat maju menyanyi tembang jawa, saat maju menghafal butir-butir Pancasila, saat bertanya kepada guru Matematika di kelas, pokoknya saat perlu suntikan keberanian kami dorong diri dengan slogan itu.
Jika dikatakan itu aneh, memang aneh, namun di akhir tahun pelajaran, kami mendapati diri kami meraih hampir semua impian kami. Untuk pertama kalinya kami menikmati posisi sepuluh besar di kelas dengan Nilai Ebtanas Murni (NEM) yang cukup membanggakan. Underdog seperti kami ternyata bisa juga melenggang ke posisi sakral. Rupanya Alloh menganugerahi kami khusnul khotimah, kesudahan yang baik.
Sekarang, saat mengingat itu semua, saya selalu bisa tersenyum. Geli sekaligus bangga. Walaupun kemudian kami berjalan sendiri-sendiri selepas SMP, tetapi brave must be have itu tetaplah milik kami berdua. Suatu saat, saya berharap, bisa mewujudkan lagi semangat brave must be have itu dalam bentuk yang lain. Dan jika kesempatan itu hadir nantinya, sungguh ingin saya colek sahabat saya Rosa itu sambil berteriak kepadanya "Ros, brave must be have...!".

Related Posts

7 komentar

  1. Halo mak. Salam kenal

    Aduuh mak. Saya jadi ingat sahabat saya semasa sekolah dulu. Walaupun sekarang kami terpisahkan oleh pulau. Alhamdulillah saling bertukar kabar dan cerita masih terjalin lewat sms dan telp hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sahabat tdk tergantikan ya mak. Meski melampaui ruang dan waktu yg berbeda...halah...kl ktmu lagi ga terbayang gimana hebohnya! Makasih sdh berkunjung ya mak!

      Hapus
  2. Benar-benar sahabat jarang sekali di jaman sekarang ini. salam kenal, mak.

    BalasHapus
  3. salam kenal kembali mak. sahabat lebih mudah dicari saat masih single ya mak. kl sdh berkeluarga ceritanya beda lg. terima kasih sdh berkunjung.

    BalasHapus
  4. Wah ada ya nilai ulangan 1 & 2 hehe

    BalasHapus

Posting Komentar