KEB

KEB

BPN

BPN

About Me

About Me
Diah is here! Mom of three boys.

Kisah Tentang Ibu dan Cinta

3 komentar
Anak yang berwajah mirip dengan kita berpotensi menimbulkan ketidakadilan dalam pengasuhan. Anak yang berwajah mirip dengan kita berpotensi kita manjakan. Barangkali itu sering kita dengar. Tapi, benarkah?
Saya akan berbagi kisah tentang ibu dan cinta. Kisah seorang ibu dan anak yang berwajah mirip, yang anak tersebut memiliki kakak yang wajahnya tidak mirip sang ibu. Kok rumit sekali? Maksud saya adalah si ibu punya dua anak, yang satu mirip si ibu, yang lainnya mirip si bapak.
Si ibu yang seorang guru pada suatu kesempatan berbincang-bincang dengan saya, mengisahkan tentang hubungannya dengan anak keduanya yang berwajah mirip dengannya. Orang menuduh si ibu pilih kasih. Lebih sayang kepada si nomor dua daripada kakaknya. Walhasil si nomor dua, kata orang, jadi anak nakal. Terbukti ia pernah kecelakaan saat naik motor. Barangkali karena ngebut.
Saya mendengarkan dengan hati-hati saat si ibu mulai mengungkapkan alasan ia tampak seolah-olah pilih kasih. Ternyata keadaannya tidak sesederhana yang dipikirkan orang. Ia "memanjakan" anaknya itu untuk membayar "kesalahan" yang pernah dibuatnya. Apa itu?
Si ibu bercerita, suatu waktu ketika si anak masih bayi dan masih menyusu, si ibu mendapat tugas untuk mengikuti pendidikan di Jakarta selama beberapa bulan. Terpaksa si bayi dibawanya dan dititipkan kepada kakak iparnya yang tinggal di Bekasi dan Depok. Lima hari pertama sejak ditinggal, si bayi baik-baik saja. Makan tanpa ibu mau, tidur tanpa ibu mau, pokoknya tidak rewel. Si ibu sempat bersyukur mendengar kabar itu.
Baca juga: Ibu Benar-Benar Keren
Tetapi ketika akhir pekan tiba, saat ia mengunjungi anaknya, tiba-tiba si anak tidak mau didekati. Seolah merasa marah telah ditinggalkan. Sejak itu pula si anak sudah tidak mau menyusu lagi. Hancur hati si ibu.
Tak hanya sampai di situ. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, si anak ini menjauh dari si ibu dan lebih dekat dengan bapaknya. Semuanya bapak. Mandi dengan bapak, tidur dengan bapak, curhat dengan bapak. Jika si bapak pergi ia bisa menangis kehilangan. Pernah suatu ketika si anak tengah curhat kepada bapaknya, lalu si ibu masuk untuk nimbrung. Tiba-tiba si anak berhenti curhat. Ketika ditanya oleh si ibu, dijawab "tidak ada apa-apa".
Hal ini terus berlanjut hingga si anak remaja. Ibu mana yang tak sedih hatinya dicuekin anak?
Suatu ketika, di malam takbiran, terjadilah kecelakaan yang menimpa sang anak. Kakinya patah dan harus menjalani operasi. Saat itulah Tuhan membuka pintu hati yang terkunci. Ini mungkin jawaban dari doa si ibu dalam perihnya.
Ketika sadar dari operasi, tiba-tiba si anak memanggil-manggilnya dengan histeris. "Ibu, Ibu, Ibu". Rupanya dalam alam bawah sadar si anak, ia merindukan si ibu namun lisannya tak kuasa menerjemahkannya. Hingga hari itu, hari ketika dua hati bersatu lagi dalam keharuan.


Sungguh, saya hampir menangis saat si ibu bercerita pada bagian itu. Terbayang di mata saya keadaan saat itu. Di sana, waktu bagai berhenti, lalu berputar arah merengkuh kedua hati untuk bersama kembali.
Baca juga: Ternyata Tidak Cuma Di Iklan
Sebagai penutup, si ibu mengungkapkan keinginannya untuk mendampingi si anak ke manapun perginya. Dirinya bersedia melakukan apa pun jika si anak dalam masalah. Mungkin ini kurang sehat juga bagi mental si anak, namun saat itu dengan melihat latar belakangnya, saya pun maklum bahkan turut merasakan getaran hati si ibu tatkala berucap, "untuk membayar kesalahan saya di masa lalu."
Teruntuk Ibu: segala kehormatan semoga tetap menjadi milikmu di dunia hingga akhirat. Maafkan anakmu ini yang tak mampu merangkai ungkapan cinta dan rindu kepadamu.

Related Posts

3 komentar

  1. Kasih sayang ibu tak pernah lekang oleh apapun.

    BalasHapus
  2. Saya bisa merasakan perasaan ibu itu mbak. Dan memang pilihan untuk terkesan 'pilih kasih' itu merupakan pilihan yang tak mudah sebenarnya. Karena seorang ibu yang baik pasti ingin berlaku adil pada semua anak-anaknya.

    BalasHapus

Posting Komentar